0 KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA FUTUHIYYAH MRANGGEN DEMAK TAHUN 2011 Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan (AM. Keb) WIWIK HANDAYANI NIM:G0E 008189 PROGRAM STUDI D - III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering di sebut dengan masa pubertas. Selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens. Para ahli merumuskan bahwa pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010, p. 1). Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-19 tahun. Sementara itu, masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan kejiwaan. Remaja menjadi individu yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berfikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010, p. 47). 1
2 Dalam perkembangannya, remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang negatif merupakan faktor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misalnya merokok, minum minuman keras, penggunaan narkoba, seks bebas, tawuran, tindakan kriminal dan kebut-kebutan di jalan. Semua perilaku remaja yang dianggap menyimpang ini sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan mereka (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010, p.95) Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja sering jatuh pada kegiatan tuna susila. Di tambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapatkan informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua (Mighwar, 2006, p.22) Berdasarkan laporan hasil studi yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada Tahun 2010, melakukan penelitian perilaku seksual remaja dengan mengambil 99 responden, diketahui bahwa seluruhnya melakukan aktifitas berpacaran dengan mengobrol (89,9%), berpegangan tangan (82,8%), berpelukan (68,7%), mencium bibir (62,6%), mencium pipi (64,6%), meraba badan/alat kelamin (32,3%), petting (20,2%), sek anal (5,1%), oral seks (8,1%)dan melakukan hubungan seksual (14,1 %).
3 Data telah tercatat sebanyak 863 orang telah melakukan hubungan seksual pranikah, 452 remaja putri mengalami kehamilan pranikah dan 244 remaja putri melakukan aborsi. Remaja yang melakukan konsultasi melalui telpon, surat, dan tatap muka, peringkat ke 2 terbesar dilakukan oleh remaja yang duduk di SLTA (PILAR PKBI, 2010). Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Kabupaten Demak 2010 telah tercacat 316 jiwa mengalami kejadian hamil di luar nikah dan 5 jiwa yang melakukan aborsi. Angka tersebut semakin besar mengingat semakin tingginya intensitas perilaku seksual remaja pada saat ini. Tersedianya berbagai macam sumber informasi mengenai seks yang salah akan diterima secara bebas oleh remaja pada akhirnya akan mencoba-coba ini kaitannya dengan dorongan seks pada masa puber serta pengaruh lingkungan pergaulan. Pornografi yang disuguhkan melalui film-film, bacaan, video dan sikap permisif yang semakin longgar dalam masyarakat mendorong pergeseran norma-norma, sikap, dan perilaku seks di kalangan remaja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2011 di SMA Futuhiyyah Mranggen yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu kelas X, XI, XII berjumlah 790 siswa. Dari 15 sampel siswa diperoleh 5 siswa yang mengerti tentang kesehatan reproduksi, 8 siswa tidak mengerti tentang kesehatan reproduksi. Dan 1 siswa menyatakan mengalami keputihan yang berlebih dan gatal-gatal pada alat kemaluan.
4 Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memilih mengambil sampel remaja di SMA Futuhiyyah Mranggen, Kabupaten Demak, karena remaja merupakan makhluk yang rentan dan masih tingginya remaja yang kurang memahami kesehatan reproduksi. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut Adakah hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Futuhiyyah Mranggen, Kabupaten Demak, tahun 2011? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. 2. Tujuan khusus a.mendiskripsikan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi b.mendiskripsikan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi c.menganalisis hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi
5 D. Manfaat penelitian 1. Bagi dinas kesehatan dan institusi terkait Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan dan Institusi Terkait tentang keadaan remaja di wilayah setempat, sehingga dapat menjadi upaya pencegahan bila ada kasus kesehatan reproduksi. 2. Bagi remaja Remaja dapat memperoleh informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi, serta akibat yang akan didapatkan dari penyakit itu sendiri. 3. Bagi institusi pendidikan Dapat digunakan sebagai masukan bagi Institusi Pendidikan guna menambah materi tentang kesehatan reproduksi 4. Peneliti Memperoleh pengalaman pelaksanaan penelitian dan menambah ilmu pengetahuan tentang penelitian serta dalam melakukan analisis.
6 E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian Nama Judul Jenis penelitian Variable penelitian Hasil Purwanti eni 2009 Analitik Lestari Ari 2009 Anggraini Diana 2010 Hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan praktik perawatan organ reproduksi eksternal studi pada siswi SMA Negeri 2 Mranggen, Demak Hubungan tingkat pengetahuan tentang infeksi menular seksual dengan perilaku seks pra nikah mahasiswa studi DIII Kebidanan (Semarang) Efektifitas penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja sebelum dan sesudah penyuluhan di SMA 2 Solo Analitik Analitik Dua variabel (Bivariat) hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan praktik perawatan organ reproduksi eksternal Dua variabel (Bivariat) pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual dan Perilaku Seks Pra Nikah Dua variabel (Bivariat) efektifitas penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan Menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan praktik perawatan organ reproduksi eksternal Tidak ada hubungan antara hubungan pengetahuan tentang infeksi menular seksual dengan perilaku seks pra nikah Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan yaitu 43% peningkatan siswa setelah diberikan penyuluhan 6