BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan siswa mampu mengidentifikasi alur,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanda Mahesa, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak, berbicara,

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Devi Lamria Hasibuan, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuli Yuliani Disfana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kata yang sesuai yang terdapat pada KD menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan hal yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis tidak dapat terlepas dari ketiga komponen lainnya seperti keterampilan menyimak, keterampilan berbicara dan keterampilan membaca. Keempat komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain karena empat keterampilan tersebut merupakan suatu keterampilan dasar ketika siswa mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, setiap siswa diharuskan mampu menguasai empat keterampilan tersebut. Salah satu keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa SMP/ MTs adalah keterampilan dalam menulis cerita pendek (cerpen) seperti yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran yang diajarkan salah satunya dengan standar kompetensi mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek dan kompetensi dasar menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerita pendek yang pernah dibaca. Dengan siswa mempelajari dua keterampilan sekaligus, yaitu keterampilan berbahasa dan bersastra. Membelajarkan siswa bukanlah hal yang mudah, karena kebanyakan siswa SMP/ MTs memiliki minat dan kemampuan yang rendah dalam. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Iskandarwassid dan Sunendar (2008:248). Menurut kedua penulis, kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks jika dibandingkan dengan ketiga kemampuan berbahasa lainnya seperti kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menulis mengharuskan seseorang berpikir lebih keras. Karena menulis merupakan suatu proses perkembangan pikiran seseorang yang menuntut pengalaman, waktu, dan

2 latihan yang terus menerus serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam bentuk tulisan yang runtut dan padu. Oleh karena itu, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai oleh siswa dan tidak heran bila keterampilan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh siswa. Sejalan dengan pendapat tersebut, faktanya memang pembelajaran menulis masih dianggap sulit oleh siswa. Terutama dalam mengembangkan topik menjadi sebuah cerita yang utuh. Banyak siswa yang merasa kesulitan pada saat hendak menulis. Seperti yang dikemukakan oleh Semi (2007:22), mereka masih kesulitan dalam mencari topik atau gagasan yang hendak disampaikan. Siswa seringkali tidak mampu menemukan dan mengembangkan topik menjadi sebuah cerita. Hal tersebut karena pembelajaran di kelas cenderung terpatok dengan teori yang sudah ada sehingga menghambat siswa dalam mengembangkan imajinasinya. Semi (2007:22) juga menjelaskan pentingnya pengembangan topik dalam kegiatan menulis cerita: Seperti yang sudah kita ketahui, topik tulisan itu sangat banyak dan tidak terbatas jumlahnya. Tetapi, pada kenyataan siswa masih merasa kesulitan dalam hal tersebut. Terkadang siswa memiliki topik yang menarik untuk dituliskan tetapi masalahnya siswa tidak memiliki bahan pendukung untuk menyajikan topik tulisan dan pada akhirnya topik yang ia miliki gagal atau tidak jadi dituliskan. Kemudian, pada situasi lain, siswa menemukan topik lain yang bagus untuk dituliskan tetapi topik tersebut tenyata sudah banyak ditulis oleh orang lain sehingga dengan sendirinya tulisan tersebut gagal untuk dituliskan. Permasalahan-permasalahan tersebut yang pada akhirnya membuat siswa beranggapan bahwa ia tidak memiliki topik untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita yang utuh. Penyebab lain dari kesulitan pada siswa adalah rendahnya minat menulis. Minat menulis tentu saja tidak terlepas dari metode guru dalam mengajar. Kebanyakan guru hanya menyuruh siswa saja tanpa menggunakan teknik pembelajaran yang kreatif. Untuk dapat menumbuhkan minat pada siswa, seorang guru bahasa Indonesia seharusnya menggunakan teknik pembelajaran yang kreatif ketika menyampaikan materi. Diharapkan dengan menggunakan metode yang kreatif,

3 pembelajaran akan lebih menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat serta antusiasme siswa dalam. Pernyataan-pernyaatan yang telah peneliti jabarkan di atas selain sudah diperkuat oleh penyataan dan pendapat para ahli, didukung pula oleh penelitianpenelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya mengenai dengan menggunakan teknik Parafrase sudah pernah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian Yosi Wulandari, seorang mahasiswi di Universitas Negeri Padang dengan judul skripsi Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Teknik Parafrase Puisi Siswa Kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesulitan siswa dalam dikarenakan ketidakmampuan siswa dalam sesuai tema yang diberikan, siswa juga tidak dapat mengembangkan topik, dan siswa tidak menggunakan alur yang jelas sehingga tidak cerpen yang ditulis tidak runtut dan padu. Penelitian lain yang menggunakan teknik Parafrase juga dilakukan oleh Roni Ardiansyah, mahasiswa STKIP Siliwangi Bandung yang berjudul Uji Coba Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan Teknik Parafrase Puisi pada Siswa Kelas X SMA Muhamadiyah Banyuresmi Kabupaten Garut. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan yang rendah disebabkan karena pembelajaran yang kurang berhasil. Kurang berhasilnya pembelajaran tersebut disebabkan oleh kurang kreatifnya seorang guru dalam memilih metode dan teknik pembelajaran yang tepat. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan sebuah teknik pembelajaran yang baru. Teknik pembelajaran dalam tentunya sangat banyak dan penggunaan teknik Parafrase pun pernah dilakukan. Namun teknik Parafrase yang peneliti pilih tentu saja berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Teknik parafrase yang peneliti pilih adalah Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda.

4 Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda merupakan salah satu dari teknik pembelajaran aktif (active learning). Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mengembangkan kecakapan siswa dalam. Teknik ini cocok untuk mengungkapkan kembali suatu cerita yang sudah ada menjadi cerita yang baru tanpa mengubah pengertian awal atau maknanya dari cerita sebelumnya (Zaini. dkk., 2008:187). Dengan kata lain, tulisan cenderung diuraikan dengan bahasa sendiri, bukan dengan bahasa asli penulis. Menurut Irman. dkk. (2008:114), teknik ini memberikan kemungkinan kepada siswa berekspresi secara bebas dengan membuat penekanan yang berlainan dengan penulis asli atau cerita aslinya. Ada empat tahapan dalam teknik ini, yaitu: 1) mencatat yang terlintas; 2) mendeskripsikan; 3) menggunakan parafrase dengan pengandaian 180 derajat berbeda; 4) menggunakan berbagai sudut pandang (Haryadi, 2010:45). Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda membuat siswa tidak merasa kebingungan ketika menentukan topik maupun mengembangkan ide cerita menjadi sebuah cerpen yang utuh. Dengan menggunakan teknik ini, siswa dapat dengan cara mengembangkan cerpen yang sudah pernah dibaca menjadi sebuah cerpen baru yang memiliki jalan cerita yang baru sehingga siswa akan lebih mudah dalam mengeksplor imajinasinya dalam. Penggunaan teknik ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi kesulitan ketika dan menjadi teknik alternatif yang digunakan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan gambaran yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan sebuah solusi dan jawaban untuk guru dan siswa ketika menghadapi kesulitan dalam pembelajaran. Sepanjang penelusuran peneliti, penelitian menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda, khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul, Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180

5 Derajat Berbeda dalam Pembelajaran Menulis Cerpen (Penelitian Eksperimen Semu Terhadap Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/ 2014). B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut. 1) Minat dan kemampuan siswa SMP dalam masih tergolong rendah. 2) Pembelajaran dianggap sulit bagi sebagian siswa terutama kesulitan mencari dan mengembangkan topik menjadi rangkaian cerita yang utuh. 3) Pengajar belum menggunakan model atau teknik pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan untuk meningkatkan semangat siswa dalam menulis cerpen. C. Batasan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti hanya akan membahas masalah yang berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda. D. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

6 1) Bagaimana kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda di kelas eksperimen? 2) Bagaimana kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran tanpa menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda di kelas kontrol? 3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa menulis cerpen di kelas eksperimen dan kelas kontrol? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain: 1) untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda di kelas eksperimen; 2) untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran tanpa menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda di kelas kontrol; 3) untuk menemukan perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa menulis cerpen di kelas eksperimen dan kelas kontrol. F. Manfaat Penelitian Manfaat secara teoretis dan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dalam menciptakan iklim pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda dapat

7 digunakan menjadi salah satu metode pembelajaran alternatif dalam upaya mengatasi kesulitan pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dengan menggunakan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda diharapkan siswa akan merasa termotivasi dengan menggunakan teknik yang berbeda dari biasanya dalam. Suasana menulis pun menjadi lebih menyenangkan sehingga diharapkan siswa dapat mengeksplor imajinasinya secara maksimal dalam. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah teknik pembelajaran alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran sehingga menjadi solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh para siswa dalam pembelajaran. c. Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah diharapkan dapat teratasinya kesulitan siswa dalam pembelajaran, tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan teknik pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, dan tumbuhnya minat dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas. G. Struktur Organisasi Skripsi Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam skripsi ini peneliti membuat struktur organisasi skripsi. Bagian ini berisi rincian tentang urutan

8 penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Skripsi ini secara keseluruhan terdiri atas lima bab. Pada bab I dalam skripsi ini berisi pendahuluan yang memuat alasan peneliti melakukan penelitian. Adapun bab I tersebut memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II dalam skripsi ini memuat kajian pustaka yang meliputi pemaparan mengenai Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat Berbeda dan pembelajaran, asumsi, dan hipotesis penelitian. Bab III peneliti mulai menyiapkan metode penelitian yang hendak diaplikasikan, meliputi metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Metode penelitian yang dipilih adalah eksperimen semu dengan menggunakan desain control group pretest-posttest. Dalam instrumen penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu instrumen pengumpulan data berupa tes dan observasi, sedangkan instrumen perlakuan berupa RPP. Pada bab IV, peneliti menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil temuan yang diperoleh dari pengambilan data yang telah peneliti lakukan sebelumnya. Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian pada bab sebelumnya. Saran ditujukan untuk perbaikan-perbaikan pada penelitian selanjutnya. Bagian terakhir dari skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka merupakan kumpulan dari referensi buku dan pedoman yang menjadi acuan dalam skripsi ini, termasuk di dalamnya semua sumber yang dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan skripsi.