BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dalam bentuk program

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern tentunya menuntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Unnes Journal of Biology Education

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses

I. PENDAHULUAN. fisika. Aspek kognitif merupakan aspek utama dalam pembelajaran, aspek ini

Munarti, Sutjihati / PEDAGONAL Vol 2 No 1 (2018) VOL 2 NO 1 (2018) E-ISSN : P E D A G O N A L. Jurnal Ilmiah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI SISWA TENTANG KEGIATAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI LABORATORIUM SMA NEGERI SE-KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gabungan dari Fisika dan Biologi. Di Sekolah Menengah Atas. mata pelajaran fisika akan berdiri sendiri.

KETERSEDIAAN PERALATAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SMP NEGERI SE-KECAMATAN RANAH BATAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem pencernaan termasuk ke dalam mata pelajaran Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

Manajemen Laboratorium dalam Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Kota Jambi. Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi 2,3)

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah

KELENGKAPAN PENUNJANG PRAKTIKUM BIOLOGI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau penurunan dan teori saja,

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Biologi merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Negeri di Kabupaten Malang

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

ANALISIS MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA SMA NEGERI DI KOTA TANJUNGPINANG GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DAN PESERTA DIDIK

MANAJEMEN LABORATORIUM BIOLOGI BEBERAPA SMA SWASTA DI KOTA JAMBI. Oleh: Afreni Hamidah 1) Novita Sari 1) Retni S.Budianingsih 1)

BAB I PENDAHULUAN. nantinya dapat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa di sekolah.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DAN PERMASALAHANNYA DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KARO

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

I. PENDAHULUAN. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan memberikan dampak besar terhadap kemajuan sistem pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas, misalnya alat-alat percobaan jika akan diadakan praktikum.

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

I. PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran adaptif ini bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

PROFIL LABORATORIUM DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

judul IMPLEMENTASIRENCANAPELAKSANAANPEMBELAJAR AN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MANAJEMEN LABORATORIUM BIOLOGI BEBERAPA SMA SWASTA DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang lebih efektif dan efisien. Upaya tersebut meliputi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM DALAM PELAJARAN KIMIA DI SMA NEGERI 9 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Belajar merupakan proses dari pendidikan untuk menjadi lebih baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran biologi, karena melalui praktikum siswa akan memperoleh pengalaman belajar baik dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Pada ranah kognitif, praktikum di laboratorium memberikan manfaat dalam membantu pemahaman siswa. Pada ranah afektif, praktikum dapat melatih sikap ilmiah siswa. Pada ranah psikomotorik, pelaksanaan praktikum dapat melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan (Litasari dkk, 2014; Sundari, 2008). Keberadaan laboratorium biologi di SMA sangat dibutuhkan karena biologi merupakan pelajaran sains. Namun pada kenyataannya banyak laboratorium di sekolah-sekolah yang masih bergabung dengan kimia dan fisika. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Indriastuti dkk (2013) ada dua sekolah SMA Negeri yang ada di Kabupaten Brebes masih memiliki laboratorium yang bergabung dengan kimia dan memiliki fasilitas laboratorium yang terbatas. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamidah dkk (2013) terdapat 6 laboratorium biologi di SMA Swasta di kota Jambi yang masih bergabung dengan laboratorium kimia dan fisika. Tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan di atas, pada SMA Negeri di Kabupaten Semarang terdapat 2 SMA yang memiliki laboratorium biologi yang masih menjadi satu kesatuan dengan laboratorium mata pelajaran fisika dan kimia. Dengan bergabungnya laboratorium fisika, kimia, dan biologi menjadi satu kesatuan menyebabkan pemakaian laboratorium menjadi tidak maksimal dan waktu yang digunakanpun menjadi lebih sedikit karena harus dibagi dengan mata pelajaran lain yang akan menggunakan laboratorium juga, padahal waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan praktikum tidak sebentar (Litasari dkk, 2014). Hasil observasi yang telah dilakukan di 5 sekolah yang berada di kota Medan menunjukkan bahwa SMA Negeri 9 Medan telah memiliki ruangan 1

2 laboratorium biologi sendiri dengan fasilitas cukup lengkap, SMA Negeri 11 dan 12 masih bergabung dengan laboratorium fisika dan alat & bahan yang tergolong cukup lengkap, SMA Negeri 17 Medan masih bergabung dengan kimia dan fisika, dan di SMA Negeri 21 laboratoriumnya menjadi satu kesatuan dengan laboratorium kimia dan fisika karena laboratorium fisika dipakai menjadi ruangan kelas. Kegiatan praktikum juga jarang dilakukan, lebih banyak proses belajar mengajar yang terjadi di kelas hanya penjelasan teori saja sehingga menyebabkan kemampuan berpikir siswa dalam membangun konsep-konsep sains tidak dapat dikembangkan. Kegiatan praktikum merupakan metode yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar biologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Akinbobola dan Afolabi (2010) bahwa keterampilan proses sains dapat dikembangkan melalui praktikum. Hal ini terjadi karena siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran berbasis laboratorium dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Siswa mengganggap bahwa pelaksanaan praktikum (pembelajaran berbasis laboratorium) lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Pembelajaran biologi berbasis laboratorium juga mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas. Melalui kegiatan praktikum di sekolah siswa dapat mempelajari biologi melalui pengamatan proses, melatih keterampilan berpikir, bersikap ilmiah, dan dapat memecahkan masalah melalui metode ilmiah (Litasari dkk, 2014; Nuada dan Harahap, 2015). Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Litasari dkk (2014), melalui praktikum yang dilakukan pada materi sistem pencernaan kualitas hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Sundari (2008: 210) juga mengatakan hal yang sama, bahwa terjadi peningkatan sebesar 96,25% terhadap hasil belajar siswa di sekolah Madrasah Aliyah Negeri se- Kabupaten Sleman. Ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium yang sesuai standar peraturan yang berlaku sangat dibutuhkan dalam menunjang pengetahuan psikomotorik siswa. Laboratorium biologi yang memenuhi standar Permendiknas No.24 tahun 2007 adalah laboratorium yang mempunyai ruang praktikum/kerja siswa dengan rasio pergerakan siswa seluas 2,4 m 2 /peserta didik. Ada 2 SMA

3 Negeri di Kabupaten Brebes yang mempunyai ruang laboratorium biologi berdasarkan standar peraturan yang berlaku dan 3 SMA Negeri di Kabupaten Brebes belum memiliki ruang laboratorium biologi yang sesuai dengan standar peraturan yang berlaku. Sekolah Madrasah Aliyah Negeri se-kabupaten Sleman berada pada kategori cukup lengkap, sebesar 57,30%. Berbeda dengan SMA yang sebelumnya, SMA Negeri se-kabupaten Semarang dan SMA Negeri Kota Denpasar masih belum memenuhi standar minimal yang tercantum pada Permendiknas No.24 tahun 2007 karena masih terbatasnya kelengkapan alat dan bahan praktikum. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada di laboratorium berpengaruh terhadap intensitas waktu atau jumlah kegiatan praktikum biologi yang dilakukan. Jika kegiatan praktikum tidak dilakukan sesuai Garis Besar Program Pengajaran, beberapa tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai oleh siswa dan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Indriastuti dkk, 2013; Litasari dkk, 2014; Mastika dkk, 2014; Nuada dan harahap, 2015; Sundari, 2008). Laboran berperan sebagai pembantu untuk penyiapan alat dan bahan praktikum, mengecek secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan. Hal ini sejalan dengan Sundari (2008:), menyatakan bahwa keberadaan laboran maupun asisten memiliki peran sangat penting dalam menunjang keterlaksanaan kegiatan laboratorium mulai dari penyiapan alat bahan, membantu membersihkan dan mengembalikan lagi semua alat bahan yang telah dipakai seperti semula. Keberadaan seorang laboran juga sangat dibutuhkan untuk membantu guru biologi yang sudah kelelahan dalam mengurus kegiatan belajar di kelas. Meskipun demikian tidak semua sekolah memiliki tenaga laboran. Misalnya saja 3 SMA Madrasah Aliyah Yogyakarta, 7 SMA Swasta di Kota Jambi, dan 1 SMA Negeri di Kabupaten Brebes. Guru yang merangkap menjadi seorang laboran akan menyebabkan laboratorium tidak dapat dikelola dengan baik. Ketika guru akan melaksanakan praktikum maka guru sendiri yang harus menyiapkan alat dan bahan sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak. Ini menyebabkan tidak efektifnya penggunaan waktu dan pemanfaatan laboratorium. Tetapi ada juga SMA yang sudah memiliki Laboran, yaitu 1 SMA Madrasah Aliyah Yogyakarta,

4 2 SMA Negeri di Kabupaten Brebes, dan 8 SMA Negeri Kota Denpasar (Hamidah dkk, 2013; Indriastuti dkk, 2013; Mastika dkk, 2014). Selain secara fisik laboratorium, peran guru sebagai pengelola sangat besar. Kemampuan guru dalam menggunakan alat dan bahan, intensitas penggunaan laboratorium, serta teknis pengelolaan laboratorium yang efektif merupakan aspek-aspek yang penting dalam memanfaatkan laboratorium di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Ketpichainarog dkk (2010) bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Namun pada kenyataannya banyak guru yang kurang memahami cara penggunaan alat-alat dan bahan tersebut sehingga tidak digunakan untuk praktikum, kurangnya keterampilan guru dalam mengelola kegiatan laboratorium menyebabkan kegiatan praktikum atau kegiatan laboratorium secara praktis jarang dilaksanakan, praktikum banyak menyita waktu dan tenaga, guru kurang mampu merencanakan percobaan, merumuskan tujuan, membuat lembar kerja siswa, mengelola dan menilai praktikum, serta tidak adanya laboran yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium. Guru yang kurang memahami cara penggunaan alat-alat praktikum akan menyebabkan terbatasnya kegiatan praktikum dan akan membuat beberapa peralatan praktikum mengalami kerusakan karena kurang difungsikan. Pengetahuan pengelolaan laboratorium yang sangat minim disebabkan oleh pelatihan pengelolaan laboratorium yang sangat jarang diadakan sehingga laboratorium tidak dapat digunakan secara maksimal (Indriastuti dkk, 2013; Litasari dkk, 2014; Nuada dan Harahap, 2015; Sundari, 2008). Pemanfaatan keberadaan laboratorium IPA di sekolah-sekolah masih sangat minim. Tidak sedikit sekolah yang memiliki laboratorium lengkap, tetapi tidak digunakan dengan maksimal. Kurangnya perhatian pengelolaan laboratorium dan kemampuan para guru menyebabkan minimnya pengetahuan siswa tentang materi pelajaran. Siswa hanya sebatas mengetahui teori, tanpa mengerti praktek ilmiah. Oleh sebab itu, diperlukan usaha dari pihak terkait untuk memberdayakan dan mengaktifkan kembali fungsi laboratorium di sekolahsekolah demi meningkatkan mutu pendidikan. Dari uraian tersebut, terlihat bahwa

5 pengelola laboratorium membantu guru dan siswa dalam proses belajar demi terciptanya pembelajaran yang maksimal (Peniati dkk, 2013). Sehubungan dengan kondisi-kondisi di atas dan mengingat peran penting yang dimiliki oleh laboratorium sebagai sarana pembelajaran, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Kemampuan Guru dalam melaksanakan Praktikum dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Sekolah SMA Terakreditasi A Di Kota Medan. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Laboratorium sekolah yang tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan praktikum. 2. Kurangnya alat dan bahan laboratorium Biologi di SMA Negeri di Kota Medan yang terakreditasi A. 3. Kemampuan guru dalam melaksanakan praktikum Biologi di SMA Negeri di Kota Medan yang terakreditasi A belum maksimal. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang hendak diteliti yaitu: 1. Kelengkapan alat dan bahan di laboratorium biologi SMA Negeri di Kota Medan yang terakreditasi A. 2. Kemampuan para guru biologi dalam melaksanakan praktikum. 3. Hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA di SMA Negeri se-kota Medan yang terakreditasi A.

6 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasatan masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kelengkapan alat dan bahan di laboratorium biologi SMA Negeri di Kota Medan yang terakreditasi A? 2. Bagaimana kemampuan para guru biologi dalam melaksanakan praktikum biologi? 3. Bagaimana hubungan pelaksanaan praktikum biologi dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri se-kota Medan yang terakreditasi A. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui kelengkapan alat dan bahan di laboratorium biologi SMA Negeri di Kota Medan yang terakreditasi A. 2. Mengetahui kemampuan para guru biologi dalam melaksanakan praktikum biologi. 3. Mengetahui hubungan pelaksanaan praktikum biologi dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri se-kota Medan yang terakreditasi A. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: 1. Sebagai pertimbangan bagi kepala sekolah untuk mengotimalkan alat dan bahan praktikum di laboratorium. 2. Sebagai pertimbangan bagi guru Biologi untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium dalam pembelajaran biologi, sehingga laboratorium dapat dimanfaatkan dengan baik. 3. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik bahwa pentingnya memanfaatkan laboratorium biologi sebagai sarana belajar.