HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN A, DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

dokumen-dokumen yang mirip
Yoni Wibowo 1 dan Ririn Yuliati 2. Alumni Prodi Gizi FIK UMS. Instalasi Gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, VITAMIN A DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit


BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

oleh K/DOQI sebagai suatu keadaan dengan nilai GFR kurang dari 60 ml/men/1,73 m 2, selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : WIDYA REZA KUSUMASTUTI J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

Hubungan Asupan Fe dan Vitamin A dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

DAFTAR PUSTAKA. Alam et al., Gagal Ginjal, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007).


BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

Journal of Nutrition College, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

AZIMA AMINA BINTI AYOB

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN A, DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (Correlation between intake of iron, vitamin A, and vitamin C with hemoglobin level in cronic renal failure) Yoni Wibowo ABSTRACT Chronic Renal Failure (CRF) is a disease that has a bad prognosis. It happens when the function of renal decreases gradually. One of the complications that often appears in CRF is anemia or the decrease of hemoglobin level in the blood that is related to the intake of vitamin A and vitamin C. This research s aims were to investigate the correlation between intake of vitamin A, vitamin C and hemoglobin level in hemodialysis. Type of the research was analytical observational research with cross-sectional approach. Subjects were obtained by consecutive sampling with total research subjects were 22 subjects. Percentages of vitamin A and vitamin C were obtained by recall 3x24 hour method, hemoglobin level was obtained by the Spectrophotometric method. While Pearson Product Moment was used to investigate the correlation. The percentages of outpatients who had an adequate intake of vitamin A and vitamin C were 68,2% and 4,5% respectively. Meanwhile, most of the patients had low hemoglobin level which was 86,4%. There was not any correlation between intake of vitamin A and vitamin C with hemoglobin level. Keywords: chronic renal failure, vitamin A, vitamin C, hemoglobin. ABSTRAK Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan penyakit yang memiliki prognosis buruk. Hal ini terjadi bila fungsi ginjal menurun secara bertahap. Salah satu komplikasi yang sering muncul pada GGK adalah anemia atau penurunan kadar hemoglobin dalam darah yang berkaitan dengan asupan vitamin A dan vitamin C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin A dan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada pasien rawat jalan hemodialisis. Penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang diperoleh secara berturut-turut dengan total subjek penelitian berjumlah 22 subjek. Persentase vitamin A dan vitamin C diperoleh dengan metode recall 3x24 jam, dan kadar hemoglobin diperoleh dengan metode Spektrofotometri. Analisis data menggunakan Product Moment Pearson digunakan untuk analisis korelasi. Hasil dari penelitian ini adalah persentase pasien rawat jalan yang memiliki asupan vitamin A dan vitamin C yang adequat masing-masing 68,2% dan 4,5%. Sementara itu, sebagian besar pasien memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu 86,4%. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dan vitamin C dengan kadar hemoglobin. Kata kunci: gagal ginjal kronis, vitamin A, vitamin C, hemoglobin. ISSN 2579-8588 Darussalam Nutrition Journal, November 2017, 1(2):31-36 *Korespondensi: Surel: yoniwibowo@gmail.com 31 Vol. 1, No. 2, November 2017

Wibowo PENDAHULUAN Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penyakit yang mempunyai prognosis buruk dimana akan terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Pada tahap awal penderita mungkin tidak merasakan keluhan tetapi setelah beberapa tahun atau beberapa puluh tahun penyakit ginjal ini sering berkembang cepat menjadi gagal ginjal terminal dimana akan membutuhkan terapi renal seperti dialisis atau transplantasi sehingga dapat memperpanjang usianya. Diperkirakan 19,5 juta orang menderita GGK di Amerika Serikat. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penderita Diabetes Millitus yaitu 17 juta penderita dan mendekati hampir setengah penderita hipertensi yaitu diperkirakan 50 juta. Perkiraan The National Institute of Diabetes and Degestive and Kidney Disease antara tahun 1995-1999 pada penderita ginjal terminal dilakukan dialisis sebanyak 329.874 penderita dan transplantasi pada 8.287 penderita, sedangkan prevalensi gagal ginjal terminal diduga akan meningkat mendekati 50.000 penderita pada tahun 2010 (Goodnough, 2002). Diperkirakan jumlah penderita di Indonesia dapat mencapai 100 penderita per satu juta penduduk dalam setahun (Pernefri, 2003). Rekam medik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa jumlah pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis pada bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2010 sebanyak 91 pasien dan pada tahun 2011 berjumlah 114 orang. Dari hasil perbandingan antara tahun 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah pasien yang cukup signifikan, yaitu sebesar 25,3%. Anemia merupakan komplikasi yang sering timbul pada GGK. Hal ini diperkirakan karena ketidakmampuan ginjal dalam mensekresi eritropoetin dan menstimulasi hematopoesis yang adekuat. Sebagai faktor penyebab tambahan yang lain adalah kekurangan besi, pemendekan paruh hidup sel darah merah, hipotiroidisme dan hemoglobinopati seperti talasemia (Goodnough, 2002). Kadar hemoglobin yang disarankan untuk penderita perempuan premenopouse dan prepubertas dengan gagal ginjal kronik adalah 11 g/dl dan kadar hemoglobin yang disarankan pada penderita laki-laki dewasa dan perempuan pasca menopouse adalah 10 g/dl (Pernefri, 2001). Anemia mempunyai pengaruh negatif yang sangat besar dan secara bermakna menurunkan kemampuan fungsional pada pasien yang mendapatkan dialisis. Anemia berat juga merupakan salah satu faktor utama dalam keterbatasan abilitas fungsional dan rehabilitasi pada pasien dialisis (White, 2005). Penyebab langsung pada kejadian anemia adalah beraneka ragam, antara lain defisiensi asupan gizi dari makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C, ribovlavin, vitamin A, seng dan vitamin B12). Penyebab lainnya yaitu konsumsi zat-zat penghambat penyerapan zat besi, penyakit infeksi, malabsorpsi, perdarahan dan peningkatan kebutuhan (Ramakrishnan, 2001). Ditinjau dari berbagai latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul tentang Hubungan 32 Vol. 1, No. 2, November 2017

Asupan vitamin A, dan vitamin C dengan kadar hemoglobin antara asupan vitamin A dan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada penderita Gagal Ginjal Kronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin A dan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis. METODE Desain, tempat, dan waktu Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik melalui pendekatan cros sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dan di Laboratorium Kimia milik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2011 sampai bulan Maret 2012. Jumlah dan cara pengambilan subjek Populasi adalah semua pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan yang berobat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan jumlah sampel 22 subjek dengan kriteria inklusi, melakukan hemodialisis rutin satu minggu dua kali. Teknik atau cara yang digunakan adalah consecutive sampling yaitu termasuk dalam pemilihan subjek penelitian nonprobability sampling serta dilakukan dengan cara semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang berobat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan kriteria inklusi antara lain menjalani hemodialisis rawat jalan, rutin melakukan hemodialisis satu minggu dua kali, serta diagnosis GGK stadium V. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang meninggal selama penelitian berlangsung. Jenis dan cara pengumpulan data Alat ukur untuk mengetahui asupan vitamin A dan vitamin C adalah formulir food recall 24 jam. Data diperoleh dengan metode recall 24 jam selama 3 hari terakhir sebelum melakukan hemodialis dan diolah dengan nutrisurvey. Kategori asupan vitamin A dan vitamin C adalah Adekuat > 65% dan Tidak adekuat 65% (Kemenkes RI, 2004). Alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin adalah Spektrofotometer. Kategori untuk kadar hemoglobin Pria adalah Normal 13 gr/dl dan Rendah < 13 gr/dl, sedangkan Wanita adalah Normal 12 gr/dl dan Rendah < 12 gr/dl (WHO, 2002). Pengolahan dan analisis data Data asupan makan akan dimasukkan dan dianalisis menggunakan nutrisurvey 2008. Kemudian semua data yang diperoleh dan terkumpul akan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows. Analisis dilakukan dengan univariat dan bivariat. Analisis hubungan menggunakan Pearson Product Moment. Program komputer untuk analisis data adalah menggunakan SPSS 15. HASIL Subjek penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. 33 Vol. 1, No. 2, November 2017

Asupan vitamin A, dan vitamin C dengan kadar hemoglobin Soeradji Tirtonegoro Klaten yang memenuhi kriteria inklusi. Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik subjek menurut usia dan jenis kelamin Usia Jenis Kelamin Kategori n % Remaja 1 4,5 Dewasa (25-49 tahun) 14 63,6 Lansia( 50 tahun) 7 31,9 Laki- laki Perempuan 11 11 50,0 50,0 Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik subjek menurut asupan vitamin A, vitamin C dan kadar hemoglobin Kategori n % Asupan Vitamin A Adekuat Tidak adekuat 15 7 68,1 31,9 Asupan Vitamin C Adekuat 1 4,5 Kadar Hemoglobin Tidak adekuat Rendah Normal 21 19 3 95,5 86,4 13,6 Tabel 3. Analisis bivariat hubungan antara asupan vitamin A dan vitamin C dengan kadar hemoglobin Variabel Kadar Hemoglobin (p) Asupan Vitamin A 0,919 Asupan Vitamin C 0,710 Hubungan asupan vitamin A dengan kadar hemoglobin Hasil pengujian hubungan vitamin A dengan kadar hemoglobin mengunakan uji Pearson Product Moment diperoleh nilai r sebesar 0,023 dengan p-value = 0,919, sehingga H0 diterima. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin A dengan kadar hemoglobin pada penderita GGK dengan hemodialisis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tidak adanya hubungan asupan vitamin A dengan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik karena absorpsi zat besi pada saluran cerna diatur oleh jumlah zat besi tubuh, kadar EPO dan kecepatan eritropoiesis. Absorpsi besi terjadi di duodenum dan jejunum proksimal yang dipengaruhi oleh asupan makanan, faktor-faktor intraluminal, aktifitas eritropoiesis, kapasitas fungsional dari sel mukosa usus dan jumlah zat besi di dalam jaringan penyimpanan. Dengan restriksi daging yang banyak mengandung heme, maka jumlah zat besi yang diabsorpsi akan berkurang. Disisi lain dengan adanya eritropoiesis yang meningkat atau dengan berkuranganya cadangan zat besi tubuh akan menginduksi 34 Vol. 1, No. 2, November 2017

Wibowo peningkatan absorpsi besi. Telah dibuktikan pula dengan teknik ferrokinetik bahwa pada pasien GGK absorbsi besi oleh sel mukosa usus akan berkurang, terutama pada pasien yang menjalani dialysis (Bandaria, 2003). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Gillespie (1998) yang menyatakan bahwa vitamin A berperan dalam memobilisasi cadangan zat besi di dalam tubuh untuk dapat mensintesis hemoglobin. Perubahan metabolisme zat besi pada kasus kekurangan zat besi berhubungan dengan status vitamin A yang buruk. Penelitian yang mendukung teori tersebut dilakukan oleh Palapox et al (2003) yang menghasilkan kesimpulan bahwa dengan perlakuan suplementasi vitamin A akan meningkatkan kadar hemoglobin. Kemungkinan mekanisme yang berperan dalam menurunkan anemia, yaitu karena vitamin A berperan memobilisasi cadangan zat besi di dalam hati, meningkatkan erytropoiesis, dan menggurangi anemia yang disertai infeksi. Vitamin A berperan memobilisasi cadangan besi di dalam hati meskipun asupan vitamin A cukup, tetapi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis terjadi gangguan metabolisme besi sehingga cadangan besi tidak dapat dipergunakan untuk sintesa hemoglobin dan sel darah merah (Ponka, 1999). Hubungan asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin Hasil uji hubungan asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin mengunakan uji Pearson Product Moment diperoleh nilai r sebesar 0,084 dengan p-value = 0,710, sehingga H0 diterima. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada penderita GGK dengan hemodialisis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hal ini berbeda dengan penelitian Tarng (1999) yang menyimpulkan bahwa pemberian vitamin C 300 mg tiga kali seminggu pada setiap hemodialisis, terjadi respon positif yang ditandai dengan adanya peningkatan yang signifikan pada kadar hemoglobin. Vitamin C mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyerapan zat besi terutama dari besi non heme yang banyak ditemukan dalam makanan nabati. Vitamin C juga menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dimobilisasi untuk membebaskan besi (Parakkasi, 1992). Tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik karena adanya anemia pada gagal ginjal kronik disebabkan oleh defisiensi besi, yaitu keadaan dimana kadar besi yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan untuk eritropoiesis (Bandaria, 2003). Penyerapan zat besi dibantu oleh vitamin C namun pada pasien GGK yang menjalani dialisis mengalami gangguan metabolisme besi, meskipun cadangan besi mencukupi namun cadangan besi tidak dapat dipergunakan untuk sintesa hemoglobin dan sel darah merah (Ponka, 1999). Pembatasan asupan kalium sangat diperlukan pada pasien gagal ginjal kronik, karena itu 35 Vol. 1, No. 2, November 2017

Asupan vitamin A, dan vitamin C dengan kadar hemoglobin makanan tinggi kalium seperti buahbuahan sangat dibatasi, hal itu yang menyebabkan asupan vitamin C pada pasien tidak adekuat (Sudoyo, 2006). KESIMPULAN Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dan vitamin C dengan kadar hemoglobin (0,919; 0,710). Pasien diharapkan mematuhi diit yang diberikan oleh ahli gizi rumah sakit supaya kebutuhan zat gizi terpenuhi. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperkaya jumlah variabel independent yang memengaruhi perubahan hemoglobin, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang dominan seperti penyakit komplikasi yang menyertai, obatobatan, ataupun aktifitas fisik yang memengaruhi kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis. DAFTAR PUSTAKA Bandaria R. 2003. Penatalaksanaan anemia defisiensi besi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Jurnal. Subbagian Ginjal dan Hipertensi bag ilmu penyakit dalam FK UNPAD, Bandung. Goodnough, I.T. 2002. Anemia: A Hidden Epidemic. NAAC, 11-8. Gillespie, Stuart 1998, Mayor Issues in the Control of Iron Deficiency the Micronutrien Initiative Unicef, New York, Published by the Micronutrien Initiative Canada, p.6-74. Palafox, NA et al. 2003. Vitamin A deficiency, iron deficiency, and anemia among preschool children in the Republic of the Marshall Islands, Nutrition 19 : 405-408. Parakkasi, A. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Nutritional Biochemistry and Metabolism karangan asli Linder) Universitas Indonesia, Jakarta, hal.169-269. Pernefri. 2001. Manajemen Anemia pada Gagal Ginjal Kronik. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Ponka, P. 1999. Cellular Iron Metabolism, Kidney Int 55Supp(69):s-2-2-11. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 14. Jakarta: FKUI. Tarng, DC. 1999. Intravenous ascorbic acid as adjuvant theraphy for recombinant erythropoeitin inhemodialisis patiens with hyperferritinemia. Kidney International1999;55:2477-86. White, R.B. 2005. Funtional Ability of Patiens on Dialisis: The Critical Role of Anemia. Nephrol. Nurs. J. 32 :79-82. World Health Organization. 2002. Iron Deficiency Anemia, Assesment, Prevention, and Control. A. Guide Programme Manager. WHO/NHD/ 01.3. 36 Vol. 1, No. 2, November 2017