BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam mengembangkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. untuk membawa bangsa ini keluar dari krisis menuju kemajuan. kemampuan mental, pikir (rasio, intelektual) dan kepribadian manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan harus kita optimalkan sedini mungkin. Soedijarto (dalam Tambak, 2013:3) mengemukakan: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna

BAB I PENDAHULUAN. proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah untuk meningkatkan produktivitas pendidikan. Undang- Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional diharapkan mampu mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa yang memiliki intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Pada era desentralisasi pendidikan yang dimulai pada tahun 2001 lahir harapan baru akan adanya peningkatan kualitas organisasi pendidikan sampai ke tataran sekolah. Sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan, kualitas pendidikan dapat dilihat dari kualitas sekolah. Kualitas pendidikan dapat meningkat jika kualitas sekolah meningkat. Peningkatan kualitas sekolah merupakan wujud dari adanya produktivitas sekolah. Produktivitas sekolah merupakan kegiatan yang berkaitan dengan proses perencanaan, penataan, dan pendayagunaan sumber daya yang ada di sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Ukuran produtivitas sekolah tidak hanya diartikan sebagai perbandingan antara masukan dengan keluaran dalam periode tertentu, tetapi sekolah yang produktif juga harus memperhatikan kualitas produksinya, dalam hal ini kualitas siswanya. Produktivitas merupakan rasio input-output dalam periode tertentu dengan mempertimbangkan kualitas. Sekolah bukan lembaga yang memproduksi barang, tetapi memproduksi jasa dalam mengembangkan potensi siswa agar siswa mampu menjadi pribadi yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya. Berkaitan

2 dengan pernyataan tersebut, Wibowo (Wahyudi, 2009:84) menyatakan bahwa organisasi pendidikan yang tidak memproduksi barang, melainkan memberikan pelayanan jasa pendidikan, memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas atau mutu lulusan yang dilihat, baik dari segi akademik maupun non-akademik. Peningkatan produktivitas sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya peran kepala sekolah, masyarakat, guru, dan organisasi sekolah tersebut. Sekolah perlu dikelola dengan baik dalam upaya peningkatan produktivitasnya sehingga mampu menghasilkan lulusan yang bermutu sehingga memiliki daya saing tinggi. Pengelolaan sekolah tersebut berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas dalam menggerakkan sendi-sendi organisasi agar tujuan pendidikan sekolah dapat dicapai secara maksimal. Kepala sekolah harus memiliki pandangan jauh ke depan dan harus mampu memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang sehingga mampu menyiasati langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kepala sekolah merupakan tenaga profesional yang harus terdidik dan terlatih secara akademik dan profesional. Davis, G.A. & Thomas, M.A. (Wahyudi, 2009:63) menyatakan bahwa kepala sekolah yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin sekolah, (2) memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, (3) mempunyai keterampilan sosial, (4) profesional dan kompeten dalam bidang tugasnya. Seseorang yang diangkat menjadi kepala sekolah harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan keketentuan yang berlaku untuk menduduki jabatan tersebut. Danumihardja (2001:39) menyatakan bahwa kepala sekolah yang profesional harus selalu kreatif dan produktif dalam melakukan inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya-upaya yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalismenya, yaitu dengan meningkatkan kreativitas, motivasi, kinerja, dan produktivitas kerjanya sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dan administrator pendidikan harus memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mempunyai sifat-sifat

3 kepemimpinan, (2) mempunyai harapan yang tinggi terhadap sekolah, (3) mampu mendayagunakan sumber daya sekolah, (4) profesional dalam menjalankan tugasnya. Kepala sekolah yang profesional harus mampu menunjukkan motivasi dan kinerja yang tinggi sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja yang berdampak pada produktivitas sekolahya. Kepala sekolah yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi cenderung memiliki etos kerja yang tinggi. Tingginya etos kerja yang dimiliki merupakan suatu upaya dalam rangka pencapaian tujuan yang dirumuskan dalam bentuk visi dan misi kepemimpinannya. Mulyasa (2006:39) menyatakan bahwa kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Selain kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah juga berpengaruh terhadap produktivitas sekolah. Iklim sekolah yang kondusif akan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan suasana belajar yang kondusif akan mampu menciptakan sekolah menjadi produktif. Setiap sekolah membutuhkan kondisi yang kondusif, aman, dan nyaman agar mampu menyelenggarakan pendidikan dengan baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut tentunya hubungan yang harmonis harus senantiasa terjalin dengan baik, baik secara intern maupun ekstern. Hubungan intern diartikan sebagai hubungan antara warga sekolah dengan warga sekolah, sedangkan hubungan ekstern diartikan sebagai hubungan antara warga sekolah dengan masyarakat. Satori (Wahyudi, 2009:86-87) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah selain kepala sekolah, pengawas, masyarakat, guru, dan penggiatan organisasi, juga dipengaruhi oleh lingkungan yang kondusif serta manajemen yang tepat. Pada jenjang sekolah menengah pertama, khususnya di Kota Cirebon, kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah memiliki peran yang sangat penting terhadap produktivitas sekolahnya. Kepala sekolah diharapkan memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas sesuai dengan tugasnya sehingga arah kepemimpinannya jelas. Kepala sekolah

4 sebagai pemimpin harus mampu menggerakkan berbagai komponen sekolah dengan visinya tersebut sehingga sekolah yang dipimpinnya menjadi produktif. Iklim sekolah diharapkan dapat menjadi kondusif sehingga produktivitas di sekolah dapat meningkat. Berdasarkan kajian pendahuluan, masih ditemukan beberapa kepala sekolah yang hanya melanjutkan hal-hal yang diwariskan oleh kepala sekolah sebelumnya. Namun demikian, setiap kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Cirebon memiliki cara beragam dalam menerapkan kepemimpinannya demi mewujudkan sekolah yang produktif. Cara yang beragam tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain latar belakang pendidikan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman aktualisasi, dan sosialisasi. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan senantiasa memiliki iklim yang kondusif sehingga mampu menciptakan keharmonisan antar elemen sekolah. Jika keharmonisan terjalin, maka kenyamanan dalam melakukan berbagai aktivitas dapat dirasakan dan produktivitas sekolah akan meningkat tanpa terganggu oleh suasana yang kurang kondusif. Sekolah sebagai organisasi pendidikan diharapkan senantiasa peka terhadap kondisi yang ada di sekitarnya. Hal tersebut perlu dilakukan agar sekolah tetap mampu mempertahankan eksistensinya, bahkan dapat meningkatan produktivitas yang berujung kepada peningkatan kualitas pendidikan di sekolahnya. Saat ini sekolah dihadapkan kepada berbagai persoalan yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah guna menciptakan sekolah yang produktif. Hal tersebut juga terjadi di SMP di Kota Cirebon. Seiring perkembangan zaman, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang meningkat senantiasa membayangi sekolah. Kota Cirebon merupakan kota yang berada di jalur transportasi utama, yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon merupakan salah satu kota berkembang di wilayah timur Jawa Barat. Berdirinya pusat-pusat perdangangan dan industri di Kota Cirebon signifikan dengan tuntutan akan peningkatan kualitas pendidikan di Kota Cirebon.

5 Temuan data di Kota Cirebon yang bersumber dari renstra pendidikan Kota Cirebon tahun 2009-2013 bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Cirebon didongkrak dari tiga bidang, yaitu Indeks Pendidikan (IP), Indeks Kesehatan (IK), dan Indeks Daya Beli (IDB). Sejak otonomi daerah diberlakukan, IPM di Kota Cirebon dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada akhir tahun 2006 IPM Kota Cirebon berada pada kisaran 76,50 sedikit lebih baik dibanding kabupaten lain yang berada di wilayah III Cirebon. Hal ini wajar terjadi karena penduduk Kota Cirebon relatif sedikit, namun memiliki potensi dan sumber daya yang lebih baik. Sebagai gambaran yang berkaitan dengan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama, Angka Partisipasi pada SMP di Kota Cirebon digambarkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Angka Partisipasi Sekolah pada SMP di Kota Cirebon Tahun APK APM 2006/2007 141,71% 92,08% 2007/2008 196,54% 92,38% 2008/2009 131,02% 93,67% Data tersebut menunjukkan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP pada tahun 2006/2007 berjumlah 141, 71%, pada tahun 2007/2008 berjumlah 196,54%, dan pada tahun 2008/2009 berjumlah 131,02%. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP pada tahun 2006/2007 berjumlah 92,08%, pada tahun 2007/2008 berjumlah 92.38%, dan pada tahun 2008/2009 berjumlah 93,67%. Angka Melanjutkan Sekolah SMP pada tahun berjumlah 99,90% dan pada tahun 2007/2008 berjumlah 99,92%. Berdasarkan uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa Angka Partisipasi Murni pada SMP di Kota Cirebon dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Angka Putus Sekolah SMP pada tahun 2006/2007 berjumlah 84 siswa, pada tahun 2007/2008 berjumlah 81 siswa, dan pada tahun 2008/2009 berjumlah 39 siswa. Angka Mengulang SMP pada tahun 2006/2007 berjumlah 58 siswa, pada tahun 2007/2008 berjumlah 50 siswa, dan pada tahun 2008/2009 berjumlah 63 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat di ketahui bahwa Angka Putus Sekolah

6 (APS) pada SMP di Kota Cirebon dari tahun 2006-2009 mengalami penurunan yang cukup sugnifikan. Pada Angka Mengulang bersifat fluktuatif, dari 58 siswa pada tahun 2006/2007 menjadi 50 siswa pada tahun 2007/2008, sedangkan pada tahun 2008/2009 mengalami peningkatan menjadi 63 siswa. Berdasarkan data dari Litbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam dari http://litbang.kemdikbud.go.id, nilai ujian nasional siswa SMP di Kota Cirebon pada tahun 2011/2012 jika dibandingkan dengan kabupaten/ kota lain yang berada di wilayah III Cirebon berada pada peringkat pertama. Data tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.2 Data Rata-rata Jumlah Nilai UN Tahun 2011/2012 No. Kota/Kabupaten Rata-rata Jumlah Nilai UN 1. Kota Cirebon 31,235 2. Kabupaten Indramayu 31,040 3. Kabupaten Majalengka 28,605 4. Kabupaten Cirebon 29,535 5. Kabupaten Kuningan 28,670 Data tersebut menunjukkan pada tahun pelajaran 2011/2012 Kota Cirebon menduduki peringkat yang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lain yang berada di sekitar Kota Cirebon. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi akademik siswa SMP di Kota Cirebon jika dilihat dari nilai Ujian Nasional sedikit lebih baik dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di sekitar Kota Cirebon. Berdasarkan data dari Badan Akreditas Propinsi Sekolah/Madrasah Propinsi Jawa Barat yang diambil dari http://www.ban-sm.or.id/provinsi/jawabarat/akreditasi, dengan rentang penetapan tahun 2006-2012 dapat diketahui gambaran sekolah yang memperoleh akreditasi A antara Kota Cirebon dibandingkan dengan kabupaten lain yang berada di wilayah III Cirebon sebagai berikut:

7 Tabel 1.3 Data Akreditasi SMP No. Kota/Kabupaten Jumlah Total Sekolah Jumlah Sekolah dengan Akreditasi A Ratarata Nilai Persentase 1. Kota Cirebon 40 26 85,37 65% 2. Indramayu 172 94 84,70 54,65% 3. Majalengka 92 55 84,42 59,78% 4. Cirebon 158 74 83,03 46,83% 5. Kuningan 91 50 85,18 55,55% Data tersebut menunjukkan persentase sekolah di Kota Cirebon yang memperoleh nilai akreditasi A memiliki persentase yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain yang berada di sekitar Kota Cirebon. Dari 40 SMP di Kota Cirebon, sebanyak 26 SMP terakreditasi A dengan rata-rata nilai 85,37 dan persentase sebesar 65%. Dari 172 SMP di Kabupaten Indramayu, sebanyak 94 SMP terakreditasi A dengan rata-rata nilai 84,70 dan persentase 54,65%. Dari 92 SMP di Kabupaten Majalengka, sebanyak 55 SMP terakreditasi A dengan rata-rata nilai 84,42 dan persentase 59,78%. Dari 158 SMP di Kabupaten Cirebon, sebanyak 74 SMP terakreditasi A dengan rata-rata nilai 83,03 dan persentase 46,83%. Dari 91 SMP di Kabupaten Kuningan, sebanyak 50 SMP terakreditasi A dengan rata-rata nilai 85,18 dan persentase 55,55%. Dari data-data yang telah disajikan, Kota Cirebon sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan kabupaten lain yang berada di sekitarnya dalam konteks pendidikan. Permasalahan dalam peningkatan kualitas pendidikan di Kota Cirebon yang dilihat dari aspek produktivitas sekolah tidak bisa dilihat secara parsial, namun saling terkait dalam suatu sistem. Sistem tersebut dapat berjalan dengan baik jika elemen-elemen yang terlibat dalam sistem tersebut mampu menjalankan fungsinya masing-masing secara optimal. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah diharapkan mampu menggerakkan berbagai elemen terkait agar senantiasa ikut terlibat dalam

8 peningkatan kualitas sekolahnya. Apakah kepala sekolah memiliki pemikiran jauh ke depan dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang? Apakah kondisi sekolah mendukung terhadap peningkatan kualitas pendidikan sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi? Berkaitan dengan fenomena-fenomena tersebut, penyusun ingin mengkaji hal tersebut lebih dalam melalui sebuah penelitian yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap. B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH Mali dalam Engkoswara (2011: 42) mengemukakan produktivitas pendidikan pada level kedua dipengaruhui oleh beberapa variabel sebagai berikut: Kepemimpinan Pengalaman Iklim Material Produktivitas Sekolah Insentif Jadwal Teknologi Struktur Organisasi Penelitian ini difokuskan kepada tiga variabel utama, yaitu kepemimpinan visioner kepala sekolah, iklim organisasi, dan produktivitas sekolah. Kepemimpinan visioner kepala sekolah diteliti karena seorang kepala sekolah harus seseorang yang visioner, yang memiliki pandangan jauh ke depan sehingga mampu memprediksi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pada era persaingan global seperti sekarang, terutama dengan adanya berbagai perkembangan yang sangat pesat yang terjadi di Kota Cirebon saat ini, kehadiran seorang kepala sekolah yang visioner sangat diperlukan. Kepemimpinan visioner kepala sekolah harus melekat pada diri setiap kepala

9 sekolah dalam menjalankan kepemimpinan di organisasi sekolah yang dipimpinnya. Kepemimpinan visioner kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepemimpinan visioner kepala SMP di Kota Cirebon. Variabel iklim organisasi dalam penelitian ini diteliti karena penulis memandang bahwa sekolah perlu ditunjang oleh iklim yang kondusif untuk mewujudkan sekolah yang produktif. Dalam penelitian ini, iklim organisasi sekolah difokuskan kepada permasalahan dalam kondisi lingkungan sekolah dan kondisi hubungan antarindividu lingkungan sekolah, khususnya pada SMP di Kota Cirebon. Variabel produktivitas sekolah difokuskan kepada berbagai permasalahan mengenai fungsi administrasi, perubahan perilaku, dan sisi keuntungan yang diperoleh siswa SMP di Kota Cirebon. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran kepemimpinan visioner kepala sekolah pada SMP di Kota Cirebon? 2. Bagaimana gambaran iklim sekolah pada SMP di Kota Cirebon? 3. Bagaimana gambaran produktivitas sekolah pada SMP di Kota Cirebon? 4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala SMP di Kota Cirebon terhadap produktivitas SMP di Kota Cirebon? 5. Seberapa besar pengaruh iklim organisasi SMP di Kota Cirebon terhadap produktivitas SMP di Kota Cirebon? 6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah di Kota Cirebon terhadap produktivitas SMP di Kota Cirebon? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah terhadap produktivitas sekolah pada SMP di Kota Cirebon.

10 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan gambaran secara empiris mengenai hal-hal yang berkaitan dengan: a. Gambaran deskriptif tentang kepemimpinan visioner kepala SMP di Kota Cirebon. b. Gambaran deskriptif tentang iklim sekolah pada SMP di Kota Cirebon. c. Gambaran deskriptif tentang produktivitas sekolah pada SMP di Kota Cirebon. d. Besarnya pengaruh kepemimpinan visioner kepala SMP di Kota Cirebon terhadap produktivitas sekolah. e. Besarnya pengaruh iklim organisasi sekolah SMP di Kota Cirebon terhadap produktivitas sekolah. f. Besarnya pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah SMP di Kota Cirebon terhadap produktivitas pada SMP di Kota Cirebon. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk: a. Memperkaya pengetahuan dalam bidang administrasi pendidikan, khususnya mengenai kepemimpinan visioner kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan produktivitas sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan. b. Menjadi bahan masukan dalam upaya pengembangan ilmu bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk dapat ditindaklanjuti dengan penelitian sejenis atau aspek lain yang belum tercakup dalam penelitian ini.

11 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat untuk: a. Mengimbau warga sekolah agar senantiasa menjaga kondusivitas iklim organisasi sekolah guna meningkatkan produktivitas sekolahnya. b. Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan bahwa untuk meningkatkan produktivitas sekolah sekolah harus dipimpin oleh kepala sekolah yang memiliki visi dan misi yang jelas serta iklim organisasi yang kondusif. c. Memberikan informasi bagi kepala sekolah, khususnya kepala SMP di Kota Cirebon, bahwa kepemimpinan visioner dan iklim organisasi di sekolahnya memiliki pengaruh terhadap produktivitas sekolah. d. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah agar dalam menjalankan kepemimpinannya senantiasa memiliki visi dan misi yang jelas sehingga mampu meningkatkan produktivitas sekolahnya. E. SISTEMATIKA PENYUSUNAN Sistematika penyusunan dalam penelitian ini disesuaikan dengan panduan penyusunan karya ilmiah UPI tahun 2012 yang terdiri atas lima bab yang diuraikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan: (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi dan perumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) sistematika penyusunan. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Bab ini membahas beberapa teori yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu teori produktivitas sekolah, teori kepemimpinan visioner, iklim organisasi, dan produktivitas sekolah. Bab ini juga menguraikan kerangka pikir penelitian, asumsi dasar, dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian. Bab ini menguraikan metodologi dari penelitian yang dilakukan, mencakup lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, dan teknik analisa data.

12 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan: 1) Hasil penelitian, meliputi deskripsi setiap variabel penelitian, uji normalitas, dan hasil uji hipotesis, 2) Pembahasan penelitian, menguraikan beberapa temuan dari hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menguraikan kesimpulan yang berisi poin utama dari hasil penelitian dan beberapa saran yang ditujukan kepada kepala sekolah, guru, dan peneliti selanjutnya.