BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar adalah bagian dari system pendidikan yang merupakan lembaga pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni Budaya dalam Kurikulum 2013 dirumuskan untuk mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan


2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

RENCANA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) SENI RUPA ANAK USIA DINI

LAPORAN PERKEMBANGAN ANAK DIDIK RA YKUI BABAKSARI DUKUN GRESIK IDENTITAS ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangkitkan imajinasi berpikir siswa dalam berkarya. Pelajaran menggambar

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget yang dikutip Sagala (2010 : 1) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Sementara menurut Kartadinata (2014 : 1) mengatakan bahwa Pendidikan adalah upaya normatif yang membawa manusia dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya. Pendidikan nasional sebagai sebuah system itu sendiri bearti bahwa pendidikan nasional dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara terprogram, jelas, dan sistematis. Sistem pendidikan nasional dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Seni merupakan sebuah cara pemahaman melalui pengalamanpengalaman artistik individu untuk menggali, mengembangkan dan mengenali diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan seni dalam pengertian secara umum menurut Soehardjo (2005 : xiv) adalah upaya mengantarkan peseta didik dengan kompetensi yang terkait dengan kesenimanan, maka dalam khusus kompetensi itu terkait dengan upaya pendewasaan potensi individu. Salah satu bidang pendidikan seni adalah pendidikan seni rupa. Pendidikan seni rupa adalah salah satu upaya pengembangan diri untuk mengenali diri sendiri, menggali dan mengembangkan keterampilan serta kreativitas peserta didik dibidang seni rupa. Setiap anak manusia memiliki potensi mendasar dalam bidang seni, khususnya seni rupa. Potensi ini perlu dikembangkan dan ditanamkan secara dini. Pendidikan seni rupa adalah upaya pemberian pengetahuan dan pengalaman dasar kegiatan kreatif senirupa dengan menerapkan konsep seni sebagai alat pendidikan. Fungsi dari pendidikan seni rupa pada

2 hakikatnya adalah sebagai sarana untuk membentuk kepribadian (cipta, rasa, karsa) secara utuh dan bermakna, melalui kegiatan praktik berolah senirupa sesuai dengan potensi maupun kompetensi pribadinya.dan kepekaan daya apresiasinya. (Sumanto, 2005 : 22) Pendidikan seni rupa memiliki ciri karakteristik khas dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Pendidikan seni rupa, seperti pelajaran lainnya, memiliki setidaknya dua aspek, yaitu aspek teori dan aspek praktek. Pada dasarnya, pendidikan seni rupa diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan, penciptaan, rasa dan karsa melalui elemen atau unsure rupa yang diapresiasi melalui indera mata. Peran guru dalam pendidikan seni rupa memliki pengaruh besar terhadap hasil belajar peserta didik. Di dalam suatu pembelajaran, kompetensi guru sangat mempengaruhi pada keberhasilan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pembelajaran seni rupa memerlukan komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan peserta didik, sehingga kompetensi guru tersebut dapat diajarkan kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran seni rupa. Guru pendidikan anak usia dini merupakan guru yang memiliki peran dalam pembentukan keterampilan dasar seni. Kompetensi guru pendidikan anak usia dini tentu memiliki karakter berbeda dengan guru di jenjang pendidikan yang lainnya. Maka dari itu, para calon guru pendidikan anak usia dini, khususnya mahasiswa yang mengambil jurusan Pendidikan Guru (PG PAUD) perlu dididik dan dilatih untuk menjadi guru seni rupa di PAUD dengan sangat tepat, karena pembelajaran di PAUD berhubungan unsure rupa (visual). Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dini dalam bidang seni rupa dan pembelajaran pada sasarannya adalah mahasiswa Pendidikan Guru STKIP 11 April Sumedang. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan 11 April Sumedang merupakan instansi pendidikan yang menyelenggarakan Program Studi Pendidikan Guru. Program studi ini adalah program pendidikan yang mencetak guru. Program Studi Pendidikan Guru (PG PAUD) merupakan program studi yang meluluskan calon tenaga guru PAUD. PG

3 PAUD juga diperlukan untuk mengantisipasi permasalahan terkait dengan kualitas yakni sejauhmana PG PAUD dapat meluluskan calon guru PAUD yang memiliki kompetensi dasar sebagaimana dibutuhkan masyarakat saat ini. Di lain pihak, lembaga PAUD menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Mansyur, 2006 : 183). Guru PAUD merupakan guru yang harus bisa menguasai berbagai aspek pengembangan anak diantaranya nilai-nilai agama, fisik, kognitif, bahasa dan social emosional. Aspek seni dalam pedoman pengembangan anak PAUD tidak dijabarkan secara terperinci tetapi masuk ke dalam aspek pengembangan fisik yaitu motorik halus. Mata kuliah Seni Rupa Anak Usia Dini merupakan bagian dari mata kuliah yang terdapat dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Akan tetapi pada kurikulum perkuliahan Program Studi PG PAUD, mata kuliah Seni Rupa Anak Usia Dini hanya ditawarkan dalam satu semester (2 SKS) saja, sehingga pendalaman tentang seni rupa dirasakan sangat kurang. Hal tersebut akan dapat berakibat pada minimnya pengetahuan mahasiswa terhadap seni rupa. Untuk itu, perlu pengajaran metode pembelajaran seni rupa dalam mata kuliah Seni Rupa Anak Usia Dini yang lebih baik dan tepat untuk mahasiswa PG PAUD. Salah satu akibatnya yang terjadi dilapangan terdapat kebiasaan dalam pembelajaran seni rupa yang kurang tepat, contohnya adalah guru tidak atau kurang memahami seni untuk anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena berbeda karakter fisik maupun mentalnya. Perbedaan ini tentu saja menyebabkan adanya perbedaan citarasa, perbedaan pandangan ini menyebabkan adanya perbedaan cara mewujudkan bentuk-bentuk yang digambarkan. Masalah pokok yang dihadapi oleh guru-guru PAUD dalam pendidikan seni rupa yang kurang diperhatikan adalah adanya perbedaan dunia kesenian, khususnya antara anak didik dengan gurunya. Jika perbedaan ini kurang disadari oleh para guru maka yang seharusnya bermakna untuk anak menjadi tidak bermakna, sementara gurunya memaksakan yang menurut mereka bermakna tetapi malah bagi anak tidak atau kurang bermakna. Dari perbedaan citarasa ini kitalah yang harus bisa menyesuaikan diri dengan dunia kesenirupaan anak-anak

4 selama kegiatan belajar mengajar. Kita sebagai guru harus bisa masuk ke dalam dunia anak-anak sehingga dengan demikian kita menjadi warga yang tidak asing bagi mereka. Hal di atas banyak terjadi di lingkungan pendidikan anak usia dini khususnya dunia seni rupa. Salah satu pokok bahasan yang ada dalam mata kuliah Seni Rupa Anak Usia Dini adalah karya 2 dimensi dan karya 3 dimensi. Kompetensi yang diharapkan adalah memberikan dasar-dasar pemahaman serta tahapn pengerjaan jenis karya seni rupa yang termasuk karya 2 dimensi dan karya 3 dimensi diantaranya kolase, mozaik, montase, mencetak, melipat dan menggunting kertas. Pembelajaran seni rupa dilaksanakan dalam 4 pertemuan. Dalam proses pembelajarannya, materi yang disampaikan adalah tentang jenis karya seni rupa yang termasuk dalam karya 2 dimensi dan karya 3 dimensi melalui eksplorasi, ekspresi dan apresiasi dalam konteks bermain, seperti yang ada dalam muatan kurikulum dan kompetensi dasar kurikulum 2013 : (4.6) Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda di sekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya. (4.7) Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan lingkungan social ( keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, transportasi) dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, dan gerak tubuh. (4.8) Menyajikan berbagai karya yang berhubungan dengan lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll) dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, dan gerak tubuh. (4.15) Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media (Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014) Adapun selama ini, bahan ajar Seni Rupa dalam pembelajaran seni rupa anak usia dini untuk mahasiswa Pendidikan Guru menggunakan bahan ajar yang diperuntukkan untuk umum dan mahasiswa seni rupa. Kondisi ini tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, karena mahasiswa PGPAUD mempunyai latar belakang yang berbeda dan kemampuan seni rupa yang beragam. Terutama bagi mahasiswa PGPAUD tidak dapat disamakan potensinya dengan mahasiswa seni rupa. Selama penulis menjadi pengajar di STKIP 11 April Sumedang sejak tahun 2007, mayoritas mahasiswa PGPAUD memiliki keterampilan seni yang kurang terasah. Meskipun kemampuan mereka mengenal dan memahami konsep sudah relatif baik. Jumlah mahasiswa yang

5 memiliki keterampilan seni rupa sangat terbatas tiap angkatan. Penulis sendiri pernah menggunakan bahan ajar lainnya yang mendukung mahasiswa untuk melatih kreatifitas dalam berkarya rupa seperti kolase, mozaik, mencetak dan membentuk dari barang bekas. Berbeda dengan mahasiswa seni rupa yang terkadang mempelajari berbagai media, alat dan bahan secara kreatif dan inovatif, mahasiswa PGPAUD cukup mempelajari satu bahan untuk setiap karya yang sering digunakan di PAUD pada umumnya. Dari angkatan ke angkatan, penulis merasakan bahwa menggunakan bahan ajar yang sama diberikan kepada mahasiswa seni rupa dan umum tidak cocok untuk mahasiswa PGPAUD. Atas dasar ini, maka perlu adanya pengembangan bahan ajar seni rupa yang khusus diperuntukkan mahasiswa PGPAUD. Tujuan dari pengembangan bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini adalah untuk menyesuaikan kebutuhan materi yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan mahasiswa PG PAUD. Selain itu mengatasi keterbatasan frekuensi tatap muka antara mahasiswa dengan pengajar. Dengan adanya bahan ajar tersebut mahasiswa dapat belajar dan berlatih secara mandiri dan tidak terlalu menggantungkan pada pertemuan tatap muka. Bahan ajar harus memiliki kompetensi dan materi yang mengarah kepada pengembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Bahan ajar yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan ajar harus memenuhi kriteria berikut ini menurut Gintings (2007 : 154): (1) sesuai dengan topik yang dibahas, (2) memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas, (3) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis sehingga mudah dipahami, (4) jika perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya, (5) sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa, (6) memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa. Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Melalui proses komunikasi guru dapat menyampaikan atau

6 memberikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa dengan tujuan agar pengetahuan tersebut juga dapat dimiliki oleh para siswanya. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya salah komunikasi digunakan media (Sadiman, 2007: 11). Media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa untuk meningkatkan motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami. (Suswina, 2011 : 44) Pemilihan buku sebagai sumber belajar harus memperhatikan kesesuaian materi ajar dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran, dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa belajar secara maksimum. Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menjadikan buku sebagai sumber belajar, yaitu ketersediaan yang dapat dijangkau oleh pembelajar, dapat membantu siswa untuk belajar, dan memenuhi kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru dituntut kreativitasnya untuk membuat bahan ajar yang inovatif, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa agar proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. (Agustien & Listiadi, : 1) Bertumpu pada permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengembangkan bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini sebagai salah satu bahan ajar dalam pembelajaran pendidikan seni rupa untuk Pendidikan Guru, khususnya di tempat penulis bekerja, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan 11 April Sumedang. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini, masalah-masalah atau gejala-gejala seperti terjadi di lapangan dan menghambat proses pembelajaran seni rupa, khususnya pada Program Studi Pendidikan Guru di STKIP 11 April Sumedang dapat teratasi. Diharapkan penelitian ini juga dapat menyusun bahan ajar Seni Rupa Anak Usia Dini yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di STKIP 11 April Sumedang bagi mahasiswa PG PAUD. Selain itu, penelitian yang penulis lakukan dapat memberikan solusi dan masukan yang benar untuk peserta didik yang nantinya akan terjun ke lapangan maupun pengajar itu sendiri.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengembangan bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini untuk mahasiswa Pendidikan Guru yang layak digunakan oleh mahasiswa PGPAUD STKIP 11 April Sumedang?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun beberapa pertanyaan penelitian secara spesifik sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini untuk mahasiswa Pendidikan Guru STKIP 11 April Sumedang? 2. Bagaimana kelayakan bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini untuk diimplementasikan dalam pembelajaran pendidikan seni rupa pada mahasiswa Pendidikan Guru STKIP 11 April Sumedang? 3. Bagaimana produk akhir bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini yang digunakan pada Pendidikan Guru STKIP 11 April Sumedang? C. Definis Operasional 1. Bahan ajar: Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). 2. Seni Rupa : salah satu cabang kesenian, seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain 3. PGPAUD: Program Studi Pendidikan Guru menghasilkan lulusan yang kompeten, kreatif, inovatif, dan professional (kurikulum STKIP 11 April Sumedang.

8 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakteristik bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini untuk mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini STKIP 11 April Sumedang. 2. Mengetahui kelayakan bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini untuk diimplementasikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini STKIP 11 April Sumedang. 3. Menghasilkan produk bahan ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini untuk direkomendasikan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru. E. Manfaat Peneliti 1. Peneliti Mendapat pemahaman tentang pembelajaran Seni Rupa untuk anak usia dini terutama pada Program Studi Pendidikan Guru di STKIP 11 April Sumedang. Selain itu peneliti ingin mengetahui dan memahami bagaimana cara mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mengajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini, sehingga dapat tercapai pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi juga tujuan yang ingin dicapai. 2. Mahasiswa PGPAUD Memberikan informasi pengetahuan dan meningkatkan wawasan, juga sebagai bahan masukan dalam menggunakan metode yang tepat dan menarik dalam pembelajaran seni rupa pada siswa Anak Usia Dini. 3. Lembaga STKIP 11 APRIL SUMEDANG Dapat memberikan masukan yang positif atau sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran seni rupa, dan dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka pengembangan program pendidikan seni, khususnya seni rupa.

9 F. Asumsi Penelitian Asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bahan Ajar Seni Rupa untuk Anak Usia Dini merupakan salah satu media pembelajaran seni rupa. Dalam perkuliahan seni rupa, berkarya 2 dimensi dan 3 dimensi merupakan pembelajaran untuk menanamkan kreativitas, eksplorasi dan ekspreimen pengolahan media dan bahan.