BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sepak bola

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAM GAME TOURNAMENT ) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA KEDIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehat dan aktif, serta sikap sportif. Pendidikan jasmani merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Anggi Sugiyono, 2015

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Selain sebagai pengajar, guru dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik siswa dalam beraktifitas untuk mendidik lebih mengedepankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer di dunia

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO,

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan meningkatkan mutu pendidikan menuntut guru memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN. Moch.Vichi Fadhli Rachman, 2015 PENGARUH LATIHAN UMPAN KOMBINASI TERHADAP DOMINASI BALL POSSESSION DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA. Untung

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. beban latihan atau pekerjaaannya (Harsono, 1988:101). Latihan adalah peran

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. yang diterapkan supaya hasil belajar siswa semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh kalangan remaja pada saat ini. Dalam permainan sepakbola

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuritia Septiantry, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

JURNAL SURVEI KETERAMPILAN DRIBBLING, SHOOTNG, HEADING DAN THROW IN PADA SSB YUDHA BHIRAWA U-14 KECAMATAN TUGU TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Anak- anak pada umumnya memiliki kecenderungan ingin selalu bergerak. Bergerak bagi anak- anak merupakan salah satu bagian yang sangat penting di dalam hidupnya. Berbagai bentuk dan corak gerakan yang diperoleh anak- anak, merupakan dasar di dalam memasuki tahap- tahap perkembangannya, baik perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, nilai dan sikap, maupun gerak itu sendiri (kognitif, afektif dan psikomotor). Oleh karena itu, kepada anak- anak hendaknya diberikan kesempatan yang cukup untuk mencoba melakukan berbagai bentuk gerakan, agar mereka memperoleh berbagai pengalaman. Keberhasilan anak- anak dalam belajar keterampilan gerak, ditentukan oleh faktor- faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada diri anak. Salah satu usaha untuk mewujudkan keberhasilan anak dalam belajar keterampilan gerak, adalah melalui program pendidikan jasmani di sekolah. Pendidikan jasmani berkontribusi membawa siswa semakin banyak tahu tentang hakekat aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga serta bersedia beraktivitas jasmani di saat kini dan mendatang, yang berdampak pada meningkatnya kebugaran siswa, sehingga dapat mengantarkan siswa meraih kualitas hidup lebih baik. Setiap anak berhak untuk mengaktualisasi diri melalui gerak tubuhnya, tak terkecuali siswa dengan kebutuhan khusus atau disabilitas. Anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak untuk mendapatkan pembelajaran pendidikan jasmani disetiap tingkat pendidikan. Tarigan (2008:12), mengemukakan bahwa: Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri- ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya. Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa terdapat perbedaan fisik dan mental antara anak normal dengan anak luar biasa. Anak luar biasa tidak bisa beraktivitas secara anak normal, mereka memiliki batasan tertentu dalam bergerak

atau berolahraga. Maka dari itu dibutuhkan suatu penyesuaian dalam pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus, yakni pendidikan jasmani adaptif. Selain untuk mengembangkan fisiknya, pendidikan jasmani adaptif diberikan untuk mengembangkan mental siswa, dalam hal ini Tarigan (2008:15) menjelaskan tentang tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah Pendidikan jasmani adaptif bertujuan untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan diantara aspek penting yang dikembangkan adalah konsep diri yang positif. Pada dasarnya manusia melakukan kegiatan olahraga mempunyai maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Artinya setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik untuk manusia normal maupun yang berkebutuhan khusus. Program pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) melalui bentuk permainan dan olahraga, akan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi anak- anak sekolah luar biasa terhadap pengembangan kemampuan atau kebugaran jasmaninya. Hal ini merupakan sarana untuk memacu pengembangan kemampuan pengetahuan, nilai dan sikapnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dan dibedakan dengan anak normal, pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan harus dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukkan manusia seutuhnya. Menurut Tarigan (2008:33) mengemukakan bahwa: Siswa yang berkebutuhan khusus memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua instruksi harus jelas dan isyarat- isyarat yang diberikan dapat dipahami dengan baik. Pada siswa yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) proses komunikasi tidak lancar karena siswa tunarungu tidak mampu mendengar intsruksi yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani adaptif. Untuk memperlancar komunikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan siswa, para guru pendidikan jasmani dapat melakukannya dengan cara melalui isyarat- isyarat melalui tangan. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diselenggarakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa dengan

kelainan pendengaran atau tunarungu. Dalam standar kompetensi, permainan sepak bola merupakan mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai- nilai yang terkandung di dalamnya. Kompetensi dasar yang ingin dicapai dari permainan sepak bola ini meliputi mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama. Mengenai pengertian sepak bola Sucipto dkk. (1997:7), menjelaskan bahwa: Sepak bola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. adalah Lebih lanjut Sucipto (1997:7), menjelaskan tujuan permainan sepak bola Pemain memasukkan bola sebanyak- banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukkan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri atau draw. Ciri dominan gerak dalam permainan sepak bola adalah berlari, melompat, menendang, melempar, dan menagkap. Permainan sepak bola dilihat dari karakteristiknya merupakan permainan tim, hal ini menuntut pemainnya untuk memiliki nilai kerjasama yang tinggi. Pada umumnya siswa dengan kelainan pendengaran tergolong mudah untuk melakukan aktivitas fisik, sebab secara fisik anggota tubuh mereka tidak mengalami kekurangan. Namun, yang menjadi permasalahan dasar ialah hambatan anak tunarungu yang tidak mampu menerima informasi secara verbal, sehingga sulit untuk meningkatkan nilai kerjasama siswa tunarungu dalam pembelajaran sepak bola. Hal ini berdampak terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan satuan nilai yang menunjukkan keberhasilan selama proses pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran dibutuhkan model belajar yang dapat membantu siswa tunarungu dalam meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar dalam pembelajaran sepak bola. Melalui model pembelajaran yang tepat, dapat mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu model pembelajaran harus digunakan oleh guru

untuk memberi pemahaman kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Model pembelajaran yang tepat akan berdampak pada hasil belajar yang diharapkan. Salah satu model belajar yang dianggap tepat dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar bagi siswa tunarungu ialah melalui model belajar kooperatif. Menurut A. Suprijoyo (2012) Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran. Selanjutnya menurut Slavin (2008) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Tipe- tipe dalam model belajar kooperatif meliputi: (1) Student Team Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (Investigasi Kelompok), (4) Make a Match (Membuat Pasangan), dan (5) TGT (Team Games Tournament), dan Think Pair Share. Tipe Team Games Tournament (TGT) dianggap tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran sepak bola, mengingat karakteristik permainan sepak bola merupakan permainan tim. Model pembelajaran TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan karena tidak memerlukan ruangan dan peralatan khusus yang dikembangkan oleh DeVries dan Slavin. TGT sebagai model baru, belum banyak yang mengetahui apalagi menerapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif TGT mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, juga melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur reinforcement. Jika pada siswa regular penerapan model belajar kooperatif dalam pembelajaran sepak bola dapat dengan mudah dipahami siswa dan tugas gerak dapat dengan mudah terpenuhi. Namun, tidak demikian bagi siswa adaptif. Dalam pembelajaran sepak bola kerjasama tim merupakan faktor pendukung dalam permainan. Bagi siswa adaptif dengan kelainan tunarungu hal ini sulit untuk diterapkan, sebab mereka tidak dapat memberi dan menerima sinyal atau tanda dalam bentuk verbal. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui pengaruh model belajar kooperatif tipe Team Games Tournament dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas maka identifikasi masalah yang dapat dipaparkan yaitu sebagai berikut : 1. Belum diajarkannya aktivitas permainan sepak bola di sekolah berdampak terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam melakukan aktivitas permainan sepak bola dan kurangnya kemampuan siswa dalam melaksanakan permainan sepak bola. 2. Minat guru yang kurang dalam mencari sumber belajar terkait model pembelajaran TGT yang berakibat kurangnya pemahaman guru terhadap model belajar kooperatif tipe Team Games Tournament dan dampaknya terhadap pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis ungkapkan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan kerjasama siswa tunarungu?

2. Apakah model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam pembelajaran sepak bola berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa tunarungu?

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran, pengaruh model belajar kooperatif dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama bagi siswa tunarungu. Dan untuk mengkaji tentang pengaruh model belajar kooperatif dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa tunarungu. E. Batasan Masalah Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang terlalu luas maka perlu adanya batasan-batasan sehingga ruang lingkup penelitian jelas. Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan model belajar kooperatif tipe team games tournament yaitu melalui pembagian kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif dan heterogen. 2. Permasalahan yang dijelaskan yaitu pengaruh model belajar kooperatif tipe team games tournament dalam pembelajaran sepak bola untuk meningkatkan nilai kerjasama dan hasil belajar siswa tunarungu. 3. Subjek penelitian ini adalah siswa- siswi SLB Negeri Bagian B Cicendo. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dan sebagai informasi untuk perkembangan ilmu pendidikan terutama pada penerapan model- model pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi guru pendidikan jasmani, sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan keilmuan dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

b. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah dalam pembelajaran melalui model belajar kooperatif tipe team games tournament. G. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang salah dalam istilah yang digunakan dalam penelitian ini, baik judul maupun isi. Maka penulis menjabarkan dalam definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Pembelajaran Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2006:61). Pembelajaran dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang diterapkan dalam aktivitas permainan sepak bola bagi siswa tunarungu. 2. Model Kooperatif Team Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif team games tournament merupakan model pembelajaran mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur reinforcement (A Suprijoyo, 2012). Model belajar Team Games Tournament dalam penelitian ini meliputi pengaruh model belajar TGT dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak bola siswa tunarungu. 3. Pendidikan jasmani adaptif Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu program pendidikan jasmani yang disesuaikan untuk anak- anak yang memiliki kebutuhan khusus yakni anak luar biasa.( Tarigan, 2008). Pendidikan jasmani adaptif dalam penelitian ini yaitu proses pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunarungu. 4. Sepak Bola Sepak bola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang

yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. (Sucipto, 1999:7). Dalam penelitian ini sepak bola menjadi aktivitas yang akan diberikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 5. Tunarungu Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya indera pendengar. (Tarigan,2000:17). Pada penelitian ini siswa tunarungu yang menjadi subjek penelitian.