BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di Taman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

Pendidik. Pengertian. Pendidik. Hakekat PAUD-KBK PAUD-SPN AKD-NON. Oleh: Dra. OCIH SETIASIH, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. (Kepmendikbud Nomor 0486/U/1992, Bab II Pasal 3 ayat (1)). Pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. Taman kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan

A. Prosedur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran AUD. 1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan tahapan pertama dan strategis yang sangat membantu anak didik untuk mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar. Pendidikan TK/anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Jika mencermati perkembangan Taman Kanak-kanak saat ini sangatlah memprihatinkan, karena telah terjadi pergeseran dari Taman Kanak-kanak yang seharusnya memberi kebebasan kepada anak untuk belajar sambil bermain menjadi TK yang berorientasi akademik bukan berorientasi pada perkembangan anak. Dewasa ini, istilah "menyiapkan anak didik memasuki pendidikan dasar" disalah artikan sehingga kurang tepat dalam implementasinya di lapangan. Akibatnya, materi-materi pembelajaran yang dikembangkan lebih menekankan pada kemampuan baca, tulis, dan hitung. Harapannya, ketika anak memasuki SD, mereka mampu membaca dengan lancar, menulis dengan baik, dan mampu mengerjakan konsep matematika sederhana. Selain itu ada pula TK yang memberikan PR (pekerjaan rumah) kepada siswa-siswinya. 1

Anggapan tersebut perlu diluruskan, sebab kemampuan yang dikembangkan di TK bukan hanya sebatas baca, tulis, dan hitung. Pengembangan siswa TK seharusnya meliputi pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan teori Bloom sehingga potensi yang bisa dikembangkan pada anak TK adalah aspek kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni (bidang kemampuan dasar). Saat ini beberapa lembaga pendidikan anak usia dini sudah mulai membenahi program-program kegiatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka membekali anak didik dengan hal-hal yang bersifat alam bahkan beberapa lembaga menerapkan pola pendidikan sekolah alam dengan metode pembelajaran experiential learning. Fenomena ini ditandai dengan munculnya sekolah alam di berbagai kota seperti sekolah alam Indonesia di Jakarta, sekolah alam bogor, sekolah alam depok, sekolah alam tangerang, sekolah alam ar-ridho di Semarang, sekolah alam nurul islam di Yogya. Pemikiran yang berkembang dewasa ini adalah anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya (Rianawati, 2004). Pestalozzi, seorang pakar pendidikan mempunyai pandangan bahwa pendidikan bukanlah upaya menimbun pengetahuan pada anak didik. Atas dasar pandangan ini, ia menentang pengajaran yang verbalistik. Pendidikan yang verbalistik lebih mengedepankan hafalan dan bukannya lebih mengagungkan prestasi belajar dan bukannya tradisi ilmiah. Pandangan ini melandasi pemikirannya bahwa pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan pada anak agar anak mampu menolong dirinya sendiri yang dikenal dengan Hilfe Zur Selfbsthilfe. Selain itu Pestolozzi juga menganjurkan pendidikan kembali ke alam (back to nature), atau sekolah alam. 2

Intinya adalah mengajak anak melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar. Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Anak dapat membangun ikatan emosional di antara teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari (Hartati, 2005) Sekolah alam menjadi alternatif sekolah yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada halhal yang positif. Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan alam sebagai media utama pembelajaran siswa didiknya. Pembelajaran di sekolah alam lebih banyak dilakukan di alam terbuka. Metode belajar mengajar di sekolah alam menggunakan experiential learning dimana anak belajar melalui pengalaman. Gardner (1983) mengidentifikasi perbedaan antara pendidikan sekolah dan pendidikan di luar ruang (outdoor education). Pendidikan dalam ruangan dibatasi secara ketat oleh setting sekolah sedangkan belajar di luar ruang lebih mengedepankan metode connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia nyata). Pendidikan dianggap sebagai bagian integral dari sebuah kehidupan. Konsep belajar di luar ruang berbeda dengan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Belajar di alam memakai seluruh lingkungan, peserta belajar sebagai sumber pengetahuan, dalam konteks belajar. Interaksi dalam proses belajarmengajar pada pendidikan di alam terbuka mempertemukan ide-ide atau gagasan dari setiap individu sebagai salah satu sumber belajar. 3

Menurut Wurdinger (1995), pendidikan dan pelatihan di alam akan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh setiap individu berdasarkan kemampuan yang ia miliki. Penelitian yang dilakukan oleh Kraft (1985) terhadap generasi muda di Amerika menyatakan metodologi pendidikan dan latihan yang sangat efektif manfaatnya adalah menggunakan alam sebagai media untuk pengetahuan. Sementara itu Murphy (1995), menyatakan bahwasanya pendidikan di alam adalah metodologi pendidikan dan latihan di masa mendatang. Metode ini akan menggantikan metode tradisional yang menjadikan guru (instruktur) adalah sumber pengetahuan segala-galanya, sehingga tidak ada ruang bagi setiap individu untuk berfikir di luar dari koridor yang disampaikan oleh instruktur tersebut. Metode seperti ini berangkat dari pembelajaran melalui pengalaman (Experiential Learning). Kolb (1984) mendefinisikan experiential learning sebagai sebuah proses dimana pengetahuan diperoleh melalui transformasi pengalaman siswa sebagai sumber pembelajaran tersebut. Pendidikan melalui pengalaman merupakan sebuah filosofi dan metodologi dalam pembelajaran dimana para pendidik melibatkan siswa secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan, mengembangkan skill dan menjelaskan banyak hal (AEE, Association for Experiential Education). Pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (Experiential Learning), dengan demikian dapat diartikan suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Pengalaman digunakan sebagai katalisator untuk membantu pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. 4

Kemampuan dasar siswa TK dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya; (1) kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran, (2) perhatian orang-orang terdekat terhadap anak yang bersangkutan, dan (3) sarana dan prasarana pembelajaran. Experiential learning di Taman Kanak-kanak dapat mengembangkan kemampuan dasar yaitu kognitif, bahasa, motorik dan juga seni, sesuai dengan tahapan perkembangan siswa TK. Hal tersebut dapat membantunya menuju kematangan sekolah di Sekolah Dasar. Salah satu sekolah yang menerapkan pendekatan experiential learning adalah Sekolah Alam Bandung (SAB). Sekolah Alam Bandung memiliki tiga jenjang pendidikan sekolah yaitu Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Lanjutan. Pembeda antara sekolah alam dan sekolah konvensional lainnya adalah metodologi pembelajarannya. Proses pembelajaran terjadi secara natural karena pada experiential learning guru bukanlah pusat belajar tapi hanya sebagai fasilitator. Minat masyarakat terhadap sekolah alam terus meningkat. Banyak orang tua yang merindukan pendidikan alternatif yang tidak hanya fokus kepada akademik. Bahkan orang tua siswa turut aktif mensosialisasikan keberadaan sekolah alam kepada publik dengan mengikutsertakan sekolah alam di dalam event-event pendidikan (Ulfah, 2005). Sekolah alam menawarkan pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman dan pendidikan yang menghargai potensi setiap individu. Implementasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pendidikan di taman kanak-kanak dimana pembelajaran diarahkan kepada pengembangan kemampuan dasar siswa. Memperhatikan berbagai permasalahan, kondisi dan kenyataan sebagaimana diutarakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian 5

ini dimaksudkan untuk menggali informasi yang lebih jelas, nyata dan komprehensif dari lapangan berdasarkan data empirik mengenai implementasi pembelajaran experiential learning yang dilaksanakan di TK Sekolah Alam Bandung 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas selanjutnya dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) di Taman Kanak Kanak - Sekolah Alam Bandung? 1.3. PERTANYAAN PENELITIAN Untuk memberikan arah penelitian yang lebih jelas, selanjutnya rumusan masalah di atas dirincikan lagi dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran umum TK Sekolah Alam Bandung? 2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran experiential learning di TK Sekolah Alam Bandung? 3. Bagaimanakah proses pembelajaran experiential learning yang dilakukan oleh guru di Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Bandung? 4. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran experiential learning yang dilaksanakan di TK Sekolah Alam Bandung? 5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) di Taman Kanak Kanak di Sekolah Alam Bandung? 6

1.4. TUJUAN PENELITIAN Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) di TK Sekolah Alam Bandung Mengacu pada tujuan umum di atas, maka berikut ini merupakan tujuan khusus penelitian: 1. Memperoleh gambaran umum mengenai TK Sekolah Alam Bandung 2. Memperoleh gambaran mengenai perencanaan experiential learning di TK Sekolah Alam Bandung 3. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran experiential learning yang dilakukan oleh guru di Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Bandung 4. Memberikan gambaran tentang evaluasi pembelajaran experiential learning di Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Bandung 5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pembelajaran berdasarkan pendekatan pengalaman (experiential learning) pada siswa Taman Kanak Kanak di Sekolah Alam Bandung 1.5. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan penting bagi kajian ilmu pengembangan kurikulum yaitu implementasi pembelajaran experiential learning di Taman Kanak-kanak 7

2. Manfaat Praktis Secara khusus, hasil penelitian ini terutama sekali diharapkan berguna bagi: a. Guru TK, sebagai bahan masukan dalam implementasi pembelajaran experiential learning di TK b. Kepala sekolah, agar kiranya dapat meningkatkan kepedulian dan tanggung jawabnya untuk memotivasi, membina, dan mengarahkan guru agar dapat mengatasi kendala juga hambatan dalam pembelajaran experiential learning. c. Praktisi pendidikan lain; agar kiranya dapat memberikan masukan bagi upaya peningkatan dukungan dan pengawasan terhadap realisasi proses implementasi pembelajaran experiential learning di TK. 8