TENTANG PEDOMAN UMUM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI, JABUNG DAN KEDELAI MELALUI BANTUAN BENIH TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/SR.120/7/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 64/Kpts/SR.130/3/2005 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

AUDIT ATAS PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 22/Permentan/SR.130/4/2011 /Permentan/OT.14 0/ /2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 50/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

RISALAH DAN BERITA ACARA PENJELASAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/SR.130/5/2006 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 282/Kpts/KU.210/4/2006 TENTANG

HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.02/2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/KP.340/1/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.13/Menhut-II/2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 441/Kpts/KU.510/12/2005 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 106/Kpts/SR.130/2/2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2004

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH KEMENTERIAN PERTANIAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 23/Permentan/SR.120/2/2007 TENTANG PEDOMAN UMUM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI, JABUNG DAN KEDELAI MELALUI BANTUAN BENIH TAHUN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan petani, dan mengembangkan perekonomian pedesaan dapat ditempuh dengan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dipandang perlu menetapkan Pedoman Umum (Pedum) Peningkatan Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Bantuan Benih Tahun 2007; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 (Lembaran Negara Tahun 2006 nomor 94,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4662); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 Tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616); 9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418); 10. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330) jis Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 77), Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 36), Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006; 11. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 12. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 2

13. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon - I Kementerian Negara Republik Indonesia; 14. Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2006 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2007; 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2006; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/ OT.140/7/2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/ OT.140/7/2005 tentang Kelengkapan dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Permentan/ KP.340/1/2007 tentang Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2007; 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04/Permentan/ KP.340/1/2007 tentang Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2007; Memperhatikan : 1. Arahan Presiden dalam rapat tanggal 8 Januari 2007 di Departemen Pertanian; 2. Hasil Sidang Kabinet tanggal 15 Februari 2007; 3. Keputusan Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR-RI tanggal 19 Februari 2007; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU : Pedoman Umum (Pedum) Peningkatan Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Bantuan Benih Tahun 2007 sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan ini. KEDUA : Pedum Peningkatan Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Bantuan Benih Tahun 2007 sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU 3

sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan benih bantuan tahun 2007 oleh Bupati/Walikota. KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Pebruari 2007 MENTERI PERTANIAN, ttd. ANTON APRIYANTONO SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; 3. Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan; 4. Menteri Keuangan; 5. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS; 6. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pertanian; 7. Para Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia; dan 8. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia. 4

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 23/PERMENTAN/SR.120/2/2007 TANGGAL : 26 PEBRUARI 2007-03-01 PEDOMAN UMUM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI MELALUI BANTUAN BENIH TAHUN 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi syarat kuantitas, kualitas dan kontinuitas sehingga memiliki daya saing dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Produksi komoditi utama tanaman pangan (padi, jaagung dan kedelai) meskipun meningkat setiap tahunnya namun belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran produksi komoditi utama tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) tahun 2007 adalah dengan meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bermutu. Penggunaan benih varietas unggul bermutu, berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, produksi dan mutu hasil tanaman. Permasalahan yang masih dihadapi sampai saat ini, antara lain adalah penggunaan benih varietas unggul bermutu (bersertifikat/berlabel) pada petani relatif masih rendah, walaupun produksi benih varietas unggul bermutu meningkat setiap tahunnya. Salah satu relatif rendahnya penggunaan benih bermutu, antara lain adalah rendahnya daya beli petani, disamping tingkat kesadaran dan keyakinan petani terhadap manfaat penggunaan benih varietas unggul bermutu di beberapa daerah juga masih rendah. Untuk meringankan beban petani dalam rangka meningkatkan penggunaan benih bermutu untuk mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai maka Pemerintah akan memberikan bantuan benih varietas unggul bermutu kepada petani. Anggaran bantuan benih berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Departemen Pertanian Tahun 2007, yang dialokasikan di Kabupaten/Kota. Pemberian bantuan benih tersebut 5

merupakan salah satu upaya mendukung tambahan produksi beras sebanyak 2 (dua) juta ton pada tahuh 2007. Adanya kecenderungan kekurangan ketersediaan pangan akibat antara lain deraan anomali iklim, keterbatasan lahan, peningkatan jumlah penduduk yang cenderung memicu kenaikan permintaan pangan dan harga, sehingga diperlukan percepatan pelaksanaan tanam guna mendukung peningkatan produksi diatas secara cepat, tepat dan aman. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan program peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai melalui bantuan benih tahun 2007 tersebut diatas, perlu diterbitkan Pdoman Umum Peningkatan Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Bantuan Benih Tahun 2007 yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaannya oleh instansi terkait di tingkat Pusat, Prpvinsi maupun Kabupaten/Kota. Pedoman umum ini merupakan acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk dijabarkan lebih operasional sesuai dengan kondisi setempat dan ketentuan yang berlaku. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Program Peningkatan produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan kedelai melalui Bantuan Benih Tahun 2007, bertujuan untuk : a. Meningkatkan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai dalam waktu yang cepat. b. Meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bermutu. c. Meningkatkan beban petani dalam penyediaan benih varietas unggul bermutu. d. Mendorong berkembangnya Industri Perbenihan Nasional. e. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 2. Sasaran Sasaran Program Peningkatan Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Bantuan Benih Tahun 2007, adalah : a. Peningkatan produktivitas padi non hibrida pada areal tanam sasaran bantuan benih baik program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) maupun di luar PTT. b. Peningkatan produktivitas padi hibrida pada areal tanam sasaran bantuan benih baik program Penglolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) maupun di luar PTT. 6

c. Peningkatan produktivitas jagung hibrida pada areal tanam sasaran bantuan benih. d. Peningkatan produktivitas jagung komposit pada areal tanam sasaran bantuan benih. e. Peningkatan produktivitas kedelai pada areal tanam sasaran bantuan benih baik program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) maupun di luar PTT. f. Meningkatnya penggunaan benih varietas unggul bermutu (bersertifikat) padi, jagung dan kedelai. g. Meningkatnya produksi dan pemasaran benih unggul bermutu (bersertifikat) dalam negeri serta menumbuh-kembangkan Produsen Benih. C. Indikator Keberhasilan Keberhasilan program peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai 2007, menggunakan indikator sebagai berikut : 1. Meningkatnya penggunaan benih unggul bermutu pada komoditas padi, jagung dan kedelai. 2. Meningkatnya produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai. 3. Meningkatnya produksi benih dalam negeri dan berkembangnya Produsen/Industri Benih. D. Definisi Istilah 1. Bantuan Benih adalah pemberian bantuan gratis benih varietas unggul bermutu padi, jagung dan kedelai dari pemerintah bagi kelompok tani yang telah terseleksi. 2. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah rencana kebutuhan kelompok tani yang memuat daftar nama petani yang merupakan anggota kelompok, luas tanam, kebutuhan benih (jumlah, varietas, waktu dan lokasi) yang disusun oleh kelompok tani, ditandatangani oleh Ketua kelompok diketahui oleh Kepala Desa dan disetujui oleh Mantri Tani/KCD/PPL (lampiran 2). 3. Kelompok tani penerima bantuan adalah kelompok tani yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, untuk mendapatkan bantuan benih. 4. Dinas Pertanian yang dimaksud adalah dinas yang membidangi Tanaman Pangan. 7

BAB II KRITERIA PENERIMA BANTUAN A. Lokasi Bantuan Benih 1. Persyaratan Daerah Penerima Bantuan Benih a. Lokasi penerima benih padi non hibrida yaitu di daerah dengan produktivitas rendah sampai sedang atau daerah yang masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. Diutamakan pada daerah pelaksana PTT. b. Lokasi penerima benih padi hibrida yaitu di daerah irigasi teknis yang ketersediaan airnya terjamin. Bukan daerah endemik Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama terutama wereng coklat dan tungro. Pertanaman diarahkan pada musim kemarau (MK). c. Lokasi penerima benih jagung komposit yaitu di daerah dengan produktivitas rendah sampai sedang atau daerah yang masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. d. Lokasi penerima benih jagung hibrida yaitu di daerah yang belum terbiasa mananam jagung hibrida. e. Lokasipenerima benih kedelai yaitu di lahan kering potensial dengan produktivitas rendah sampai sedang atau daerah yang masih dapat ditingkatkan produktivitasnya dan pada lahan sawah irigasi guna peningkatan indeks Pertanaman (IP) dari IP 200 menjadi IP 300 atau lahan sawah tadah hujan dari IP 100 menjadi IP 200 serta daerah pelaksana PTT. 2. Wilayah Penerima Bantuan Benih a. Bantuan benih padi direncanakan di 33 (tiga puluh tiga) provinsi, pada 407 kabupaten. b. Bantuan benih jagung direncanakan d. 32 (tiga puluh dua) provinsi, pada 346 kabupaten. c. Bantuan benih kedelai direncanakan di 30 (tiga puluh) provinsi, pada 203 kabupaten. B. Kriteria Kelompok Tani 1. Kelompok Tani Penerima Bantuan Benih Padi Non Hibrida a. Kelompok tani penerima bantuan benih ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan. b. Diutamakan kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan benih padi non hibrida pada tahun 2007 dari sumber dana lainnya. 8

c. Menyusun RDKK. d. Bersedia menanam padi non hibrida. e. Bersedia menerapkan teknologi melakukan budidaya padi non hibrida sesuai anjuran. 2. Kelompok Tani Penerima bantuan Benih Padi Hibrida a. Kelompok tani penerima bantuan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan. b. Diutamakan kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan benih padi hibrida pada tahun 2007 dari sumber dana lainnya. c. Menyusun ROKK. d. Bersedia menanam benih padi hibrida. e. Bersedia menerapkan teknologi budidaya padi sesuai anjuran. 3. Kelompok Tani Penerima Bantuan Benih Jagung Komposit. a. Kelompok tani ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan. b. Diutamakan kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan benih jagung komposit pada tahun 2007 dari sumber dana lainnya. c. Menyusun ROKK. d. Bersedia menanam benih jagung komposit. e. Bersedia menerapkan teknologi budidaya jagung komposit. 4. Kelompok Tani Penerima Bantuan Benih Jagung Hibrida. a. Kelompok tani ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan. b. Diutamakan kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan benih jagung hibrida pada tahun 2007 dari sumber dana lainnya. c. Menyusun ROKK. d. Bersedia menanam benih jagung hibrida. e. Bersedia menerapkan teknologi budidaya jagung hibrida sesuai anjuran. 5. Kelompok Tani Penerima Bantuan Benih Kedelai. a. Kelompok tani ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan. b. Diutamakan kelompok tani yang belum pernah menerima bantuan benih kedelai pada tahun 2007 dari sumber dana lainnya. c. Menyusun ROKK. d. Bersedia menanam benih kedelai. 9

e. Bersedia menerapkan teknologi budidaya kedalai sesuai anjuran. C. Tata cara Seleksi dan Penetapan Kelompok Tani. 1. Dinas melakukan sosialisasi program bantuan benih dan kelompok tani mengajukan permohonan bantuan, disertai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Mekanisme penetapan kelompok tani sasaran (lampiran 1). 2. RDKK yang disusun oleh kelompok tani harus ditanda-tangani oleh ketua kleompok tani dan diketuai oleh Kepala Desa serta disetujui Mantri Tani/KCD/PPL setempat. 3. Selanjutnya RDKK dari setiap Desa direkap oleh Penyuluh/Petugas Pertanian setempat dan dilampirkan ke kecamatan selanjutnya disampaikan ke Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan (lampiran 4). 4. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan memberdayakan Tim Teknis yang ada atau membentuk Tim Teknis baru melakukan seleksi dan verifikasi terhadap keberadaan Kelompok Tani serta keberadaan data dan isian yang tertuang dalam RDKK. 5. Tim Teknis Kabupaten/Kota selanjutnya melakukan seleksi dan verivikasi terhadap kelompok tani dan RDKK. 6. Kelompok tani yang lolos seleksi dan verifikasi oleh Tim Teknis diajukan kepada Kepala Dinas Kabbupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, untuk ditetapkan (lampira 5). 7. Dinas kabupaten/kota yang membidangi tanaman pangan membuat rekap kelompok tani dan RDKK serta menyampaikankepada Kepala Dinas Provinsi yang membidangi tanaman pangan (lampiran 3). 8. Kepala Dinas Provinsi yang membidangi tanaman pangan merekapitulasi kelompok tani penerima bantuan dari seluruh Kabupaten/Kota di wilayahnya. 9. Seluruh rekap kelompok tani dan RDKK per kabupaten, disampaikan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi tanaman pangan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. D. Spesifikasi Teknis Benih 1. Benih Padi non Hibrida a. Bersertifikat. b. Varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati oleh petani. 10

c. Belum kadaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80 %. d. Kadar air 10 13 %. e. Benih Murni minimum 98 %. f. Kotoran Benih Maksimum 2 %. g. Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,2 %. h. Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (Lembaga Sertifikasi Sitem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk). 2. Benih Padi Hibrida a. Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati oleh petani. b. Belum kadaluwarsa dengan daya tumbuh min 80 %. c. Kadar air : 0 13 %. d. Benih Murni minimum 98 %. e. Kotoran Benih Maksimum 2 %. f. Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,2 %. g. Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (Lembaga Sertifikasi Sitem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk). 3. Benih Jagung Hibrida a. Bersertifikat. b. Merupakan unggul nasional yang telah dilepas dan diminati oleh petani. c. Belum kadaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 85 %. d. Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (Lembaga Sertifikasi Sitem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk). 4. Benih Jagung Komposit a. Bersertifikat. 11

b. Merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati oleh petani. c. Belum kadaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80 %. d. Kadar air 10 13 %. e. Benih Murni minimum 98 %. f. Kotoran Benih Maksimum 2 %. g. Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,2 %. h. Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (Lembaga Sertifikasi Sitem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk). 5. Benih Kedelai a. Bersertifikat. b. Merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati oleh petani. c. Belum kadaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80 %. d. Kadar air maksimum 11 %. e. Benih Murni minimum 97 %. f. Kotoran Benih Maksimum 3 %. g. Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,5 %. h. Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (lembaga Sertifikasi Sistem Mutu atau Lembaga Sertifikasi dari lembaga penilai kesesuaian (Lembaga Sertifikasi Sitem Mutu atau Lembaga Sertifikasi Produk). D. Jumlah Bantuan Benih Jumlah bantuan benih yang diberikan kepada petani/kelompok tani, sebagai berikut : 1. Padi non hibrida sebesar 25 kg/ha. 2. Padi hibrida sebesar 15 kg/ha. 3. Jagung hibrida sebesar 15 kg/ha. 4. Jagung komposit sebesar 20 30 kg/ha. 5. Kedelai sebesar 40 kg/ha. 12

BAB III PELAKSANAAN PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH BERBANTUAN A. Mekanisme Pengadaan dan Penyaluran Benih Berbatuan Pelaksanaan program peningkatan produktivitas padi, jagung dan kedelai melaui bantuan benih 2007 dapat tercapai sesuai rencana, maka proses pengadaan benih harus mempertimbangkan jadwal waktu tanam, dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Landasan kebijakan dan hukukm pelaksanaan pengadaan bantuan benih, sebagai berikut : 1. Kepres 80 Tahun 2003 dan perubahannya. 2. Arahan Presiden tanggal 15 Pebruari 2007. 3. Surat Menteri ke Presiden tanggal 22 Pebruari 2007. 4. Sidang Kabinet dengan Wapres tanggal 23 Pebruari 2007. 5. Surat Mentan ke Bappenas tanggal 26 Pebruari 2007. 6. Surat Mentan ke Bupati/Walikota tanggal 26 Pebruari 2007. Metode pengadaan dan penyaluran benih, sebagai berikut : 1. Kebijakan pengadaan dan penyaluran benih berbantuan Tahun 2007 dapat dilaksanakan melalui klarifikasi teknis dan negosiasi harga dengan harga wajar dan menguntungkan negara, atau melaui metode lain sesuai Keppres No : 80 Tahun 2003 serta perubahannya. Adapun acuan penunjukan langsung antara lain adalah bila barang/jenis/varietas spesifik dan atau mengacu tarif resmi/harga referensi yang ditetapkan Pemerintah, sesuai dengan aturan yang berlaku. 2. Tahapan pelaksanaan proses pengadaan melaui metode penunjukan langsung, sebagai berikut : a. Penetapan panitia penunjukan langsung pengadaan benih. b. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dokumen prakualifikasi dan dokumen penunjukan langsung. c. Menentukan penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk berdasarkan perusahaan yang terdaftar pada Satker dan perusahaan pendaftar baru. d. Mengundang penyedia barang/jasa untuk memasukan dokumen kualifikasi. e. Evaluasi dokumen prakualifikasi (Berita Acara Aanwijzing). 13

f. Mengundang perusahaan yang lulus prakualifikasi untuk mengambil dokumen penunjukan langsung. g. Penjelasan Perkerja/Aanwijzing (Berita Acara Aanwijzing). h. Pemasukan/pembukaan dokumen penawaran. i. Evaluasi dokumen mulai pembukaan sampai dengan berita acara evaluasi, meliputi : - Evaluasi administrasi. - Evaluasi teknis. - Evaluasi harga. j. Klasifikasi Teknis dan Negosiasi Biaya (BA Klasifikasi dan Negosiasi). k. Penetapan penyedia barang/jasa. l. Pengumuman penunjukan penyedia barang/jasa, yang diumumkan pada papan pengumuman. m. Pengaduan/sanggahan. n. Penandatangan kontrak. o. Penetapan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 3. Tahapan Pemilihan Langsung. Tahapan pemilihan langsung adalah sebagai berikut : a. Pembentukan Panitia pemilihan Langsung. b. Penyusunan HPS, Dokumen Prakualifikasi (PQ) dan Dokumen Pemilihan Langsung c. Pengumuman PQ di papan Pengumuman/internet d. Pendaftaran dan pengambilan dokumen PQ. e. Pemasukan dokumen PQ. f. Evaluasi dokumen PQ. g. Usulan Hasil PQ. h. Pengumuman/Pemberitahuan Hasil PQ. i. Penetapan Hasil PQ. j. Undangan ke perusahaan yang Lulus PQ. k. Pengambilan Dokumen Pemilihan Langsung. l. Aanwijzing m. Pemasukan Penawaran n. Pembukaan Penawaran. o. Evaluasi Administrasi, Teknis dan Biaya. p. Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Biaya. q. Usulan Calon Pemenang r. Penetapan Calon Pemenang. s. Pengumuman Calon Pemenang. t. Sanggahan dan Pengaduan u. Penetapan Pemenang v. Penandatanganan Kotrak w. Penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) 14

B. Butir-butir Pokok dalam rangka Persiapan Pengadaan 1. Prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif serta akuntabel hendaknya menjiwai serta menjadi koridor bagi persiapan pengadaan. 2. Perlu diketahui secara pasti sumber penanaman untnuk pengadaan barang/jasa. 3. Perlu didefinisikan sejak awal bahwa pengadaan barang/jasa yang akan dilakukan apakah memerlukan penyedia barang/jasa atau dilaksanakan sendiri. 4. Perlu diketahui secara jelas pengadaan jenis apa yang akan dilakukan. C. Perencanaan Pengadaan 1. Penyusunan paket, dengan ketentuan pemaketan pekerjaan sebagai berikut : a. penggunaan produksi dalam negeri dan usaha kecil termasuk koperasi kecil. b. Larangan memecah paket pengadaan barang/jasa. c. Larangan menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang menurut sifat pekerjaan dan efisiensinya seharusnya terdesentralisasikan atau dilakukan usaha kecil, serta d. Larangan menentukan kriteria dan persyaratan bagi penyedia barang/jasa yang diskriminatif. 2. Usulan Biaya Pengadaan a. Honorarium pengelolaan proyek b. Biaya untuk penggandaan dokumen pengadaan c. Biaya untuk rapat d. Biaya mencari data bagi penyusunan OE/HPS e. Biaya untuk peninjauan lapangan 3. Perumusan Tugas Pokok Panitia/Pejabat Pengadaan a. Menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan. b. Menyusun dan menyiapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). c. Menyiapkan dokumen pengadaan. d. Mengumumkan pengadaan barang/jasa. e. Melakukan penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa. f. Melakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran. g. Mengusulkan calon pemenang. h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan. i. Menandatangani pakta integritas. j. Memberikan penjelasan lelang (Aanwijzing). 15

k. Melakukan klarifikasi kepada penyedia barang/jasa, apabila ada data atau hal-hal yang dirasakan kurang jelas atau meragukan. l. Melakukan negosiasi untuk pengadaan Barang dengan metoda pemilihan langsung atau penunjukkan langsung. m. Mencari informasi dalam rangka meyakini atau memastikan suatu badan usaha tidak termasuk dalam daftar hitam instansi pemerintah manapun. D. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)/Owner Estimate (OE) 1. Tentukan secara jelas jenis pekerjaan yang akan dibuat OE/HPS. 2. Kumpulkan data dan informasi termutakhir dengan : a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). b. Analisis harga satuan (RAB) bersangkutan sewaktu pengajuan anggaran (DIPA). c. Harga satuan dasar berdasarkan survei di lokasi setempat. d. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh BPS, asosiasi terkait, pabrikan, dan dari instansi berwenang serta sumber data yang dapat dipertanggung-jawabkan. e. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang ditetapkan Pemerintah. f. Survey kondisi lapangan. g. Harga satuan paket kontra (sejenis sebelumnya yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya (kalau ada). h. Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/engineers Estimate (EE). i. Harga satuan kontra terdekat. j. Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti : Harga Satuan Umum dan Harga Satuan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan, Referens Harga Satuan Kegiatan di tingkat pusat yang diterbitkan Departemen/LPND, Harga Satuan Pokok Kegiatan di tingkat propinsi/kabupaten/kota yang diterbitkan pemda propinsi/ kabupaten/kota. E. Syarat Kelulusan Kualifikasi 1. Memiliki surat izin usaha. 2. Secara hukum berkapasitas menandatangani kontrak. 3. Tidak dalam pengawasan pengadilan/bangkrut. 4. Mempunyai perjanjian KSO (kalau ada). 5. Telah melunasi kewajiban pajak. 6. Empat tahun terakhir mempunyai pengalaman pekerjaan, kecuali Badan Usaha yang baru terdiri 3 tahun. 16

7. Tidak masuk daftar hitam. 8. Mempunyai kemampuan dasar (Kd) yang sesuai. 9. Bagi KSO yang diperhitungkan Kd lead firm. 10. Memenuhi ketentuan peralatan khusus/tenaga spesialis bagi pek khusus/spesifik/teknologi tinggi. 11. Memiliki dukungan bank bagi Badab Usaha bukan kecil. 12. Memiliki kemampuan menyediakan peralatan dan personil. 13. Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan. 14. Tidak menyampaikan pernyataan tidak benar/dokumen palsu. 15. Memiliki atau mempunyai kerjasama dengan Produsen/Penangkar benih yang telah terdaftar di Dinas Provinsi yang membidangi tanaman pangan atau institusi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. 16. Penyedia jasa dinyatakan lulus kualifikasi bila memebuhi ketentuan 1 s.d 15. F. Metoda Evaluasi Penunjukan Langsung Evaluasi dilakukan terhadap satu penawaran berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar setelah klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya. BAB IV WAKTU PELAKSANAAN DAN JADWAL TANAM A. Waktu Pelaksanaan 17