POKOK-POKOK PIKIRAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI 2016 DALAM RANGKA PERSIAPAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA SOEDARMO DIRJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PENDAHULUAN Pasal 25 UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sub urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Urusan Otonomi Daerah (konkuren) Urusan Pemerintahan Umum 11 Pembentukan/perubahan kelembagaan yang mengelola urusan menjadi perangkat pusat (instansi vertikal) berjenjang dari Pusat hingga Kabupaten/Kota penambahan sumber daya dan/atau dilakukan bersamaan dengan pengalihan dukungan sumber daya. Penambahan dan/atau Pengalihan sumber daya dimaksud, khususnya menyangkut personil, perlengkapan dan dokumentasi (P2D) yang sebelumnya juga teralokasikan di SKPD Kesatuan Bangsa dan Politik Sejalan SURAT EDARAN MENDAGRI NOMOR 120/253/SJ TANGGAL 16 JANUARI 2015 Tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
ARAH KEBIJAKAN PERSIAPAN YANG TERENCANA SECARA STRATEGIS Dilakukan sebelum & pada masa transisi Agar tidak terjadi kekosongan maupun penurunan pelaksanaan fungsi-fungsi pemeliharaan kesatuan bangsa dan stabilitas politik dalam negeri mengikutsertakan pemerintah daerah provinsi, khususnya SKPD yang selama ini menyelenggarakan fungsi-fungsi pembinaan kesatuan bangsa dan politik Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum Tanggungjawab Presiden Dibiayai oleh APBN Pelaksanaan Dekonsentrasi persiapan pelaksanaan urusan pemerintahan umum oleh SKPD Kesbangpol Provinsi tahun 2016 Arah Kebijakan Dekonsentrasi Konsolidasi dalam rangka persiapan penyelenggaraan urusan pemerintahan umum di daerah termasuk di dalamnya konsolidasi dukungan forkopimda
POKOK-POKOK AKTIVITAS Dekonsentrasi di tempatkan pada kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya: Pengenalan Urusan Pemerintahan Umum kepada stake holders terkait, antara lain: a.pemerintah Daerah termasuk perangkat daerah otonom; b.anggota Forkopimda; c. Instansi vertikal di daerah; d.masyarakat. Konsolidasi anggota Forkompimda untuk pelaksanaan urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud UU no 23 tahun 2014. Aktivitas utama berupa fasilitasi rapat koordinasi Forkompimda termasuk pembayaran honor bulanan. Konsolidasi persiapan unit kerja (instansi) vertikal di daerah Rapat koordinasi jajaran SKPD kesbangpol, Forkopimda, dan komponen masyarakat dalam rangka penguatan kesatuan bangsa dan stabilitas politik lokal Dukungan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan dan administrasi dekonsentrasi
PEMAHAMAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAN FUNGSI FORKOPIMDA PADA MASA TRANSISI Dalam rangka masa transisi peralihan urusan pemerintahan umum serta terkait penyelenggaraan Forkopimda, patut diantisipasi pemahaman anggota forkompimda maupun pemerintah daerah. Perlu dijelaskan kepada pemangku kepentingan bahwa : 1. Forkopimda yang berlaku sebelum saat ini adalah sebagaimana diatur dalam PP 19 tahun 2010 tentang tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi. 2. Forkopimda sebagaimana dimaksud pada pasal 1 dan pasal 26 UU no 23 tahun 2014 belum diselenggarakan karena Peraturan Pemerintah yang menjadi aturan pelaksanaannya belum diterbitkan. 3. Pedomani Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
CATATAN AWAL KEBUTUHAN DUKUNGAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM 1. 2. 3. Perkiraan kebutuhan anggaran untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan umum; Jenis pembiayaan : a. Belanja operasional; perkantoran dan gaji pegawai (gaji pokok, tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan) b.belanja non operasional berkarakteristik operasional; penanganan demo/unras (akan diusulkan) c. Belanja non operasional; untuk pelaksanaan tusi d.belanja transfer ; seperti bantuan keuangan parpol di pusat maupun daerah e. Belanja tampung tantra sebagaimana ps 25(1) huruf g pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal. f. Belanja kontijensi dan belanja operasi klandestin (lebih bersifat pencegahan dan penggalangan). Lokasi pembiayaan; a. Belanja kantor pusat, KPA tersendiri b.belanja kantor provinsi, KPA tersendiri c. Belanja kantor kabupaten/kota, KPA tersendiri d.belanja dekonsentrasi kecamatan; ps 25 (6) ; Bupati/walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum sebagamana dimaksud pada ayat (2) pada tingkat kecamatan melimpahkan pelaksanaannya kepada camat. Pertanggungjawaban kepada kantor kabupaten/kota.
CATATAN AWAL KEBUTUHAN DUKUNGAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM 4. 5. 6. 7. 8. Alokasi anggaran berasal dari APBN dan tidak terdapat (sangat kecil) peluang dari APBD; ps 25 (5) Gubernur dan bupati/walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum dibiayai dari APBN. Keterbatasan APBN antara lain menurunnya penerimaan pajak, orientasi dan prioritas penganggaran cabinet kerja; Mekanisme pengelolaan anggaran instansi vertikal dan tantangannya dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Umum; Peluang dan tantangan serta mekanisme pengalokasian dukungan anggaran instansi vertikal dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Umum; Alokasi APBD bagi penyelenggaraan Urusan Kesbangpol di Daerah (SKPD Kesbangpol) serta peluang dan mekanisme pengalihannya untuk pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum;
DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA