BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUJUAN PUSTAKA. dikembangkan berlandaskan pada Al Qur an dan Al-Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71).

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TELAAH PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DI INDONESIA (TINJAUAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

II. TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh penelitian kali ini tidak mengabaikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Profitabilitas (ROA) Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang Undang No 21 Tahun 2008

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Adapun pengertian bank syariah menurut Sudarsono (2003) adalah sebagai berikut: Bank syariah atau bank bagi hasil merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip prinsip syariah islam. Dalam operasinya mengikuti antara Al-Quran dan Al-Hadist dan regulasi dari pemerintah. berikut: Sedangkan pengertian bank syariah menurut Wiroso (2005) adalah sebagai Bank syariah sebagai lembaga intermediasi melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat melalui dua prinsip yaitu prinsip wadiah yad dhamanah dan prinsip mudharabah muthlaqah. Kemudian dana bank syariah yang dihimpun disalurkan dengan pola-pola penyaluran dana yang dibenarkan syariah. 9

10 Berdasarkan definisi definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa bank Islam atau bank syariah adalah lembaga keuangan yang dalam pengelolaan dan pengoperasionalannya menggunakan prinsip Islam atau prinsip syariah yang tertuang dalam Al-Quran dan Al-Hadist. 2.1.1.2 Karakteristik Bank Syariah Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik (Wiyono, 2005): 1. Pelarangan riba dalam berbagai bentuk. 2. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money). 3. Konsep uang sebagai alat tukar bukan komoditas. 4. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif. 5. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang. 6. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad. 2.1.1.3 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat untuk memperoleh pembiayaan, dan sebagainya. Namun, perbedaan utama antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional adalah larangan riba (bunga) dalam perbankan syariah. Dalam islam riba apapun jenisnya diharamkan, sedangkan jual-beli (murabahah) dan

11 kemitraan/kerjasama (mudharabah, musyarakah) dengan prinsip bagi hasil di halalkan. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah Bank Konvensional 1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja; 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa; 1. Investasi yang halal dan haram 2. Memakai perangkat bunga; 3. Profit dan falah oriented; 3. Profit oriented 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan; 5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Sumber: Antonio, M. Syafi i (2001: 34) 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur-kreditur; 5. Tidak terdapat dewan sejenis. 2.1.1.4 Prinsip Operasional Bank Syariah Menurut Antonio (2001) berdasarkan surat keputusan direksi Bank Indonesia No 32/34/KEP/DIR tanggal 19 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah, prinsip operasional bank syariah meliputi: 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository) a. Al-Wadi ah Al-Wadi ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Berdasarkan jenisnya wadi ah terdiri atas:

12 Wadi ah Yad al-amanah, yaitu dimana pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Wadi ah Yad adh-dhamanah, yaitu dimana pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. b. Mudharabah (Investasi) Akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah mudharabah. Secara garis besar mudharabah terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah, yaitu dimana shahibul maal tidak memberikan batasan batasan dana yang diinvestasikannya. Mudharabah Muqayyadah, yaitu dimana shahibul maal memberikan batasan batasan atas dana yang diinvestasikannya. 2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) a. Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. b. Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. c. Al-Muzara ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antar pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan

13 pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. d. Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara ah, dimana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 3. Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase) a. Bai al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. b. Bai as-salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Dalam transaksi bai as-salam mengharuskan adanya dua hal, yaitu pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas serta adanya keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. c. Bai al-istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.

14 4. Prinsip Sewa (Operational Lease and Financial Lease) a. Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. b. Al-Ijarah al-muntahia bit-tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa. 5. Produk Jasa (Fee-Based Services) a. Al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. b. Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. c. Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. d. Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. e. Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

15 2.1.1.5 Fungsi dan Peran Bank Syariah Bank syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional dimana fungsi bank syariah merupakan karakteristik bank syariah. Dengan mengetahui fungsi bank syariah secara jelas akan membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. berikut: Menurut Wiroso (2005) fungsi bank syariah antara lain adalah sebagai 1. Manajer Investasi, yakni bank syariah sebagai pemilik dana (shahibul maal) dari dana yang dihimpun (dalam perbankan lazim disebut sebagai deposan atau penabung), karena besar kecilnya pendapatan yang diterima dari pemilik dana bergantung pada pendapatan yang diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana secara keahlian, profesionalisme dan kehati-hatian. 2. Investor, yakni menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. Menurut Muhammad (2005) mengemukakan secara luas peran bank syariah dapat terwujud dari aspek-aspek sebagai berikut: 1. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya, bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan dan upaya ini akan terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan. 2. Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi di bank syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan kepada

16 investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Dengan kata lain, nasabah akan memberikan bagi hasil sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya. 3. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian spekulasi dapat ditekan. 4. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana zakat, infak, dan shaddaqah. 5. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk almudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka bank syariah sebagai financial arranger bank memperoleh komisi atau bagi hasil bukan karena spread bunga. 6. Uswan hasanah, implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank. 2.1.2 Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Jumingan (2006) kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan

17 profitabilitas. Sedangkan menurut IAI (2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan. Analisis rasio keuangan adalah suatu teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut yang berupa angkaangka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan bermakna. Jenis-jenis rasio keuangan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan terdiri dari: 1. Profitabilitas 2. Likuiditas 3. Efisiensi 4. Solvabilitas 1. Profitabilitas Profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut (Munawir, 2004).

18 a. Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Kuncoro (2002) menyatakan bahwa ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income. Sedangkan Siamat (2005) mengemukakan bahwa ROA merupakan rasio yang memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, kerena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Sebelum Pajak ROA = X 100% Total Asset b. Return on Equity (ROE) Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) dalam Rinati (2008), ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelola modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Angka ROE dapat dikatakan baik apabila lebih besar dari 12%. Tandelilin (2010), ROE umumnya dihitung menggunakan ukuran kinerja berdasarkan akuntansi dan dihitung sebagai laba bersih perusahaan dibagi dengan ekuitas pemegang saham biasa. Dalam Sawir (2001), ROE

19 ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, pengukuran tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha. Besarnya nilai ROE dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Setelah Pajak ROE = X 100% Total Equity 2. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya keadaan perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika tidak mampu, maka perusahaan dikatakan dalam keadaan illikuid (Lasmanah dan Suskim, 2003). Likuiditas ada 2 macam, yaitu: 1. Likuiditas Badan Usaha Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada pihak luar perusahaan saat ditagih. 2. Likuiditas perusahaan Kemampuan perusahaan untuk menyelenggarakan proses produksi perusahaan. Menurut Veithzal (2007), salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah risiko Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini

20 mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank terhadap jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan oleh bank. Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit karena tidak menganut konsep bunga seperti halnya pada bank konvensional, melainkan konsep bagi hasil. Dalam bank syariah, konsep kredit diganti menjadi konsep pembiayaan (financing), maka dari itu rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam perbankan syariah diganti menjadi Financing to Deposit Ratio (FDR). Rumus yang digunakan dalam FDR tetap sama dengan yang digunakan dalam LDR, hanya mengganti kredit dengan pembiayaan. FDR dirumuskan sebagai berikut: FDR = Total Pembiayaan Total Dana Pihak Ketiga x100% Batas maksimum untuk FDR adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut berarti likuiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman dari FDR adalah sebesar 80% dengan batas toleransi antara 85% dan 100% (Dendawijaya, 2005). 3. Efisiensi Efisiensi operasional juga mempengaruhi lemahnya kondisi internal sektor perbankan. Karena hal ini berkaitan dengan operasional perbankan, maka efisiensi operasional merupakan masalah yang kompleks dimana setiap perusahaan perbankan selalu berusaha untuk memberikan layanan

21 yang terbaik kepada nasabah, namun pada saat yang sama bank harus berupaya untuk beroperasi dengan efisien (Veithzal, dkk, 2007). Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Dalam Surat Edaran Internal BI (2004), rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Dan sebaliknya menurut Veithzal, dkk (2007), semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya. Rumus dari rasio ini adalah: Biaya (Beban) Operasional BOPO = Pendapatan Operasional x100% 4. Solvabilitas Menurut Munawir (2004) Solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan

22 solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel. CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang menghasilkan risiko. Bank harus memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas pengambilan risiko (risk talking). Peranan modal sangat penting, dimana kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila memiliki modal yang cukup, sehingga pada saat masa-masa kritis bank tetap aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia (Kasmir, 2008). Bank yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan tidak sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria bank dalam pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR)-nya dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian dan juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Jika nilai CAR rendah maka Profitabilitas bank akan mengalami penurunan (Dendawijaya, 2005). CAR dapat diperoleh dengan membandingkan antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR = Modal Bank Aktiva Tertimbang Menurut Resiko x100%

23 ATMR terdiri atas: Pos-pos aktiva neraca (rupiah dan valas) dan pos-pos aktiva administratif (rupiah+valas). Sumber: Dendawijaya (2009) 2.1.3 Bagi Hasil Bank Syariah 2.1.3.1 Konsep Bagi Hasil Pengertian dari bagi hasil menurut Karim (2004) adalah: Bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa bagi hasil merupakan return dari investasi yang dilakukan. Adapun besar kecilnya return bergantung pada hasil (profit) usaha yang dilakukan dari investasi tersebut. Keuntungan yang diperoleh bank syariah adalah selisih antara tingkat bagi hasil yang diterima bank sebagai shahibul maal dengan tingkat bagi hasil yang harus bank bayarkan kepada nasabah dimana bank berperan sebagai mudharib. Jadi penerimaan return ini tidak tetap jumlah atau nominalnya. 2.1.3.2 Metode Prinsip Bagi Hasil cara berikut: Menurut Wiyono (2005) metode prinsip bagi hasil dapat didasarkan pada 1. Profit Sharing Perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.

24 2. Revenue Sharing Perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. 2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil terbagi menjadi dua garis besar (Antonio, 2001), diantaranya: 1. Faktor Langsung a. Investment Rate Merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan Merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata saldo harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. c. Nisbah (profit sharing ratio) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

25 Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbedabeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account 2. Faktor Tidak Langsung lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil antara bank syariah dan bank konvensional menurut Antonio (2001) adalah sebagai berikut:

26 Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga Uraian Bank Konvensional Bank Syariah Penentuan Keuntungan Besarnya Persentase Pembiayaan Bunga dibuat pada waktu perjanjian dengan asumsi harus selalu untung. Berdasarkan pada jumlah uang/modal dipinjamkan yang Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Jumlah Pembiayaan Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming. Eksistensi Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk agama Islam. Sumber: Antonio, M. Syafi i (2001) Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi Berdasarkan rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. jumlah Tidak ada yang meragukan bagi hasil. keabsahan

27 2.1.4 Deposito Mudharabah 2.1.4.1 Konsep Mudharabah Berdasarkan PSAK No 105 Akuntansi Mudharabah, definisi dari mudharabah adalah sebagai berikut: Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Menurut Muhammad (2004) yang dimaksud dengan mudharabah adalah: Suatu akad (kontrak) yang memuat penyerahan modal khusus atau semaknanya tertentu dalam jumlah, jenis, dan karakternya (sifatnya) dari orang yang diperbolehkan mengelola harta (jaiz attashruf) kepada orang lain yang aqil, mumayyiz dan bijaksana, yang ia dipergunakan untuk berdagang dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya menurut nisbah pembagiannya dalam kesepakatan. Sedangkan menurut Antonio (2001), pembiayaan mudharabah adalah: Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. 2.1.4.2 Karakteristik Mudharabah Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59 Tahun 2003 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, dijelaskan karakteristik mudharabah sebagai berikut:

28 1. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antar shahibul maal (pemilik dana) dengan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. 2. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. 3. Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat). 4. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. 5. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara dan obyek investasi. a. Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; atau c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. 6. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana, maka dana yang

29 disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima: a. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah; atau b. Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai investasi tidak terikat. 7. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya mudharabah. 8. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. 2.1.4.3 Manfaat Mudharabah Menurut Antonio (2001), manfaat dari mudharabah adalah sebagai berikut: 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

30 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan. 2.1.4.4 Risiko Mudharabah Risiko yang terjadi dari pinjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan. Menurut Antonio (2001) risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya, relatif tinggi. Diantaranya: 1. Side streaming: nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. 2. Lalai dan kesalahan disengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. 2.1.4.5 Konsep Deposito Mudharabah Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito (Kasmir, 2008) adalah: Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

31 Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, dewan syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa No 03/DSN-MUI/IV/2000 yang menyatakan bahwa: Deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Selain itu menurut Abdul Ghofur Anshori (2009) Deposito merupakan produk dalam bank yang memang ditunjukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah. Berbeda dengan perbankan konvensional yang memberikan imbalan berupa bunga bagi nasabah deposan, maka dalam perbankan syariah imbalan yang diberikan kepada nasabah deposan adalah bagi hasil (profit sharing) sebesar nisbah yang disepakati di awal akad. Periode dalam deposito syariah sama dengan deposito pada bank konvensional, yaitu berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan. Tabel 2.3 Perbedaan Deposito di Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah Bank Konvensional Besar-kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan bergantung pada: - Pendapatan bank, - Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, - Nominal deposito nasabah - Rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada Besar-kecilnya bunga yang diperoleh deposan bergantung pada: - Tingkat bunga yang berlaku, - Nominal deposito, - Jangka waktu deposito.

32 pada bank, - Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. Sumber: Antonio, M. Syafi i (2001: 159) 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa penulis, yakni mengenai Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Berikut tabel ringkasan penelitian terdahulu: Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Judul Hasil 1 Andryani Isna K dan Kunti Sunaryo 2012 Analisis Pengaruh Return On Asset, BOPO dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROA dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, serta BOPO tidak berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah 2 Dian Anggrainy 2010 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Study Kasus pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Periode 2002-2009) Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ROA dan CAR yang berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah sedangkan ROE, FDR dan BOPO tidak berpengaruh

33 3 Nur Hikmah 4 Sinta Aisiyah 2009 Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Simpanan Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia) 2010 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Pada Bank Syariah Mandiri (Periode Juni 2005-Mei 2009) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah Hasil regresi menunjukkan bahwa hanya variabel NPF yang berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah, sedangkan variabel lainnya (ROE, CAR, FDR dan BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah. Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Suku Bunga secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap hak pihak ketiga atas bagi hasil Bank Syariah Mandiri dan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap hak pihak ketiga atas bagi hasil Bank Syariah Mandiri. 2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Hubungan Profitabilitas dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami dan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang

34 diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil (Muhammad, 2004). Konsep tersebut menunjukkan dengan demikian, bank syariah dengan bagi hasilnya, dapat pula memberikan bagi hasil sebagai imbal jasa yang maksimal bagi pihak ketiga karena semakin tinggi keuntungan yang diperoleh bank, semakin tinggi pula bagi hasil yang diberikan bank kepada pihak ketiga, dan begitu pula sebaliknya. Idealnya, selain dituntut mematuhi aturan syariah, Bank Syariah juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada pihak ketiga minimal sama dengan atau bahkan lebih besar daripada suku bunga yang ada di bank konvensional serta menerapkan marjin keuntungan pembiayaan yang lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvensional. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana (Kusumo, 2008) yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank. Analisis kinerja keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu. Menurut Harahap (2010) mendefinisikan rasio keuangan adalah Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

35 Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Profitabilitas dapat digunakan berbagai ukuran antara lain (Siamat, 2001) adalah: a. Return on Asset (ROA) Rasio ini memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya (Siamat, 2005). Apabila ROA meningkat maka pendapatan bank juga meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat. b. Return on Equity (ROE) Bagi pemilik bank lebih tertarik pada berapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham (Nurmalasari, 2002). Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat.

36 2.3.2 Hubungan Likuiditas dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Rasio Likuiditas menurut Bank Indonesia (2004), penilaian aspek likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Disamping itu bank juga harus dapat menjamin kegiatan dikelola secara efisien dalam arti bahwa bank dapat menekan biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta setiap saat bank dapat melikuidasi assetnya secara cepat dengan kerugian yang minimal. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan untuk melihat pengaruh dengan deposito mudharabah bank syariah adalah dengan rasio FDR (Financing to Deposit Ratio). Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2007). FDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank syariah mampu menjalankan fungsi intermediasi keuangan dengan baik. Berjalannya fungsi ini akan meningkatkan pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan sehingga tingkat bagi hasil yang diberikan kepada deposan juga akan naik. 2.3.3 Hubungan Efisiensi dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Rasio Efisiensi adalah rasio untuk mengukur tingkat efisiensi operasional suatu bank, dapat digunakan rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO), yaitu membandingkan antara beban operasional yang digunakan untuk kegiatan usaha bank dengan pendapatan operasional yang

37 diperoleh dari kegiatan usaha bank. Menurut Kuncoro (2006) semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik tingkat kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat. 2.3.4 Hubungan Solvabilitas dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Rasio Solvabilitas (Rasio Kecukupan Modal) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Dalam penelitian ini, rasio kecukupan modal yang digunakan untuk melihat pengaruh dengan deposito mudharabah bank syariah adalah dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). Capital Adequacy Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dll (Dendawijaya, 2005). Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Keadaan tersebut dapat menguntungkan bank sehingga akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Apabila biaya operasi bank tersebut terpenuhi dan membuat

38 laba perusahaan meningkat maka tingkat bagi hasil yang diterima nasabah juga meningkat. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Profitabilitas (Return On Asset) (X 1 ) Profitabilitas (Return On Equity) (X 2 ) Likuiditas (Financing to Deposit Ratio) (X 3 ) Efisiensi (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) (X 4 ) Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Y) Solvabilitas (Capital Adequacy Ratio) (X 5 ) 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis sebagai berikut: Ha 1 : Terdapat Pengaruh Positif Return on Assets (ROA) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Ha 2 : Terdapat Pengaruh Positif Return on Equity (ROE) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Ha 3 : Terdapat Pengaruh Positif Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.

39 Ha 4 : Terdapat Pengaruh Negatif Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Ha 5 : Terdapat Pengaruh Positif Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.