BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaku tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CYBER CRIME : KENALI, ANTISIPASI Norma Sari, S.H.,M.Hum.

BAB III KEPUTUSAN HUKUM DALAM PUTUSAN NOMOR: 2191/ PID.B/ 2014/ PN.SBY TENTANG HUKUMAN ELEKTRONIK DAN PORNOGRAFI

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

P U T U S A N NOMOR : 235 / PID / 2014 / PT- MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

10/9/2014. HUKUM CYBER & SEJARAH PERKEMBANGAN INTERNET Josua Sitompul September 2014 TEKNOLOGI, MASYARAKAT, DAN HUKUM CYBERSPACE CYBERLAW

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB III KEDUDUKAN REKAMAN CCTV SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PUTUSAN PENGADILAN. PUTUSAN Nomor : 105/PID/B/2015/PN.BDG. : Encep Rustian Bin Eman Sulaiman

Muatan yang melanggar kesusilaan

P U T U S A N. Nomor : 376/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474]

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N NOMOR : 207/PID/2013/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 762/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, dalam. sebagai berikut, dalam perkara Terdakwa :

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

PENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHAHANAN YANG MAHA ESA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

P U T U S A N NOMOR : 259/PID /2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

PEMETAAN LEGISLASI INDONESIA TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Supriyadi Widodo Eddyono

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE

P U T U S A N. Nomor : 446/PID.SUS /2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan teknologi dan. guna memenuhi kebutuhan dan melakukan interaksi atau komunikasi

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara: 1. Penyidik : s/d ; 2. Perpanjangan Penuntut Umum : s/d ;

Tabel Periode Pengaturan Pendanaan Terorisme

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor : 53/Pid.B/2014/PN-Sbg

PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id. P U T U S A N No. 16 / Pid.B / 2014 / PN. Sbg

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XV/2017 Pidana bagi Pemakai/Pengguna Narkotika

P U T U S A N Nomor : 322/PID/2012/PT-MDN

P U T U S A N. No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

P U T U S A N Nomor : 381/PID/2011/PT-MDN.-

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian 1. Identitas Terdakwa Nama lengkap : MUHAMMAD KARTO bin SAHURI.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N

UU 22/1997, NARKOTIKA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 22 TAHUN 1997 (22/1997) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Tentang: NARKOTIKA

P U T U S A N NOMOR : 305 /PID/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tanggal Lahir : 19 Tahun/ 29 Desember 1994

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

P U T U S A N Nomor : 267/PID.B/2012/PTR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 280/PID/2013/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama Lengkap. Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang d

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman di dalam masyarakat terhadap trafficking masih sangat. atau terendah di dalam merespon isu ini. 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N NOMOR : 727/PID.SUS/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Seperti telah Penulis paparkan sebelumnya, Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian (analisa) berkaitan dengan usaha menjawab rumusan masalah dalam penelitian Penulis. Pemaparan hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah didahului dengan sedikit mengenai dasar perlindungan korban tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi. Menyusul dasar perlindungan korban tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis mendeskripsikan hasil penelitian berupa dasar perlindungan terhadap korban tindak pidana cyber, setelah itu penulis juga mendiskripsikan tentang upaya perlindungan korban tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi dan selanjutnya uraian tentang hasil penelitian berupa putusan kasus tanpa hak atau melaawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer data elektonik kepada sistem orang lain yang tidak berhak 1, dan uraian tentang hasil penelitian berupa putusan kasus pencemaran nama baik 2. Dalam Bab ini akan dikemukakan juga suatu hasil analisis Penulis atas kasus pertama yang terjadi dalam putusan di Pengadilan Negeri Surakarta dengan No. Perkara No 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska. Perkara ini diregistrasi pada tanggal 4 Februari 2011 dan diputus pada tanggal 14 Juni 2011. Pihak saksi sekaligus korban 1 Putusan Pengadilan Negeri Surakarta dengan nomor perkara No 19 / Pid.Sus / 2011 / PN.Ska 2 Putusan Pengadilan Negeri Kendal dengan Nomor. 232/Pid.B/2010/PN.Kdl. 80

dalam perkara ini adalah Umar Edrus A.H, sedangkan Terdakwa dalam perkara ini adalah Suherman alias Herman. Dalam kasus ini, korban atau Umar Edrus A.H telah dirugikan karena perbuatan terdakwa atau Suherman, yang telah melakukan tindak pidana memindahkan atau mentransfer data elektonik kepada system orang lain yang tidak berhak, sebagai nama diatur dalam Pasal 30 ayat (1) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang ITE, yang berakibat merugikan secara materiil berupa hilangnya data elektronik berupa alamat email dan kerugian materi kurang lebih sebesar 5,1 milyar rupiah dan moril berupa tercemarnya nama baik dari korban yakni, Umar Edrus A.H yang menjadi korban sekaligus saksi dalam perkara ini. Kedua penulis akan mengemukakan juga suatu hasil analisis Penulis atas kasus pencemaran nama baik melalui SMS (Short Message Service) yang terdapat dalam Putusan Pengadilan Negeri Kendal dengan Nomor. 232/Pid.B/2010/PN.Kdl. Perkara ini diregistrasi pada tanggal 2 Desember 2010 dan diputus pada tanggal 20 Desember 2010. Pihak saksi sekaligus korban dalam perkara ini adalah Nur Dewi Alfiyana Binti Adadi, sedangkan Terdakwa dalam perkara ini adalah Prabowo Bin Tjasan Pramono Saputro. Dalam kasus ini korban, Nur Dewi Alfiyana Binti Adadi telah dirugikan karena perbuatan terdakwa Prabowo Bin Tjasan Pramono Saputro yang telah melakukan tindak pidana tanpa hak telah mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik, sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (3) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang ITE. 81

A. Hasil Penelitian 1. Hakikat Perlindungan Korban Cyber Crime Pentingnya korban memperoleh pemulihan sebagai upaya menyeimbangkan kondisi korban yang mengalami gangguan, dengan tepat dikemukakan Muladi saat menyatakan: korban kejahatan perlu dilindungi karena, masyarakat dianggap sebagai suatu wujud sistem kepercayaan yang melembaga (system of institutionalized trust). Kepercayaan ini terpadu melalui norma-norma yang diekspresikan di dalam struktur kelembagaan, seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan sebagainya. Secara eksplisit, UU ITE tidak memberikan definisi untuk memerlihatkan hakikat perlindungan hukum terhadap korban cyber crime. Akan tetapi, sebagai calon ahli hukum maka dituntut untuk memiliki kemampuan penafsiran tentang istilahistilah yang berhubungan dengan ilmu hukum. Menurut Penulis dengan tetap melihat atau mengacu pada UU ITE dan juga melihat pada ketentuan KUHP dan KUHAP maka perlindungan terhadap korban tindak pidana cyber adalah suatu bentuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh lembaga hukum yang bersangkutan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana cyber. 82

2. Bentuk Perlindungan Terhadap Korban Cyber Crime Dasar perlindungan terhadap korban tindak pidana cyber, yang pertama terdapat pada instrumen PBB dalam Tenth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders yang diselenggarakan di Vienna, 10-17 April 2000, dalam deklarasi tersebut setelah penulis kaji belum menyertakan konsep-konsep perlindungan namun memberikan definisi yang detail terhadap cyber crime, yang secara sempit cyber crime didefinisikan sebagai ") Cyber crime in a narrow sense ( computer crime ): any illegal behavior directed by means of electronic operations that targets the security of computer systems and the data processed by them ; sedangkan secara luas kejahatan cyber diartikan sebagai Cyber crime in a broader sense ( computer-related crime ): any illegal behaviour committed by means of, or in relation to, a computer system or network, including such crimes as illegal possession, offering or distributing information by means of a computer system or network. Sedangkan Convention on Cyber Crime (Budapest, 23.XI.2001), memberikan ketentuan-ketentuan yang dapat diklasifikasikan menjadi: a. Title 1 Offences against the confidentiality, integrity and availability of computer data and systems b. Title 2 Computer-related offences c. Title 3 Content-related offences d. Title 4 Offences related to infringements of copyright and related rights 83

e. Title 5 Ancillary liability and sanctions Corporate Liability Setelah penulis amati berdasarkan konvensi-konvensi internasional tersebut dapat disimpulkan bahwa rumusan-rumusan yang ada membentuk suatu pola yang nantinya berujung pada suatu pola perlindungan terhadap korban dari tindak kejahatan cyber. sebagian telah diratifikasi oleh UU ITE, mengenai, criteria cyber crime, yang dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi jenis dari kejahatan dunia maya. B. Analisis Di dalam pembahasan terhadap kasus yang terdapat dari putusan pengadilan penulis akan membahas dua putusan yang di dalamnya terdapat korban tindak pidana dari media cyber yang menggunakan jaringan atau teknologi telekomunikasi. Yang terdapat dalam putusan dengan nomor perkara 19 / Pid.sus / 2011 / PN.Ska. dengan dugaan melakukan Illegal access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer), yaitu dengan sengaja dan tanpa hak melakukan akses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data computer atau maksud-maksud tidak baik lainnya, atau berkaitan dengan sistem computer yang dihubungkan dengan sistem komputer lain. Adapun maksud dari pemaparan analisis atas putusan pengadilan tersebut tidak lain adalah untuk memberikan suatu jawaban yang konkret atas 84

pertanyaan dalam rumusan masalah yang telah dikemukakan dalam Bab I, yaitu bagaimana perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi. 3 dan sebagai perbandingan penulis juga akan mengkaji putusan dengan nomor perkara 232 / Pid.B / PN. Kdl. Dengan dugaan melakukan pencemaran nama baik, seperti yang tertulis pada UU ITE Pasal 27 ayat (3). Kedua putusan tersebut akan penulis kaji dengan prespektif perlindungan korban. 1. Analisis Kasus Pada Putusan Dengan Nomor Perkara 19 / Pid.sus / 2011 / PN.Ska. Pertama, penulis akan mengkaji putusan dengan nomor perkara 19 / Pid.sus / 2011 / PN.Ska, dengan tersangka yang bernama Suherman Alias Herman didakwa melakukan tindak pidana khusus Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses computer dan / atau system elektronik milik orang lain dengan cara apapun yang telah diatur dalam pasal 30 ayat (1) UU RI No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan teransaksi elektronik. Melalui perbuatannya itu merugikan Umar Edrus Al Habsyi yang berkekudukan sebagai saksi dan korban, yang karena perbuatan terdakwa, dirugikan berupa hilangnya data yang ada di dalam alamat email saksi, dan menyebabkan kerugian materiil total sebesar 5,1 milyar rupiah. 3 Lihat Sub Judul C. Perumusan Masalah, dalam Bab I, hal 11 85

Selanjutnya ditinjau dari pertimbangan hakim, dalam sebagian besar prtimbangan hakim hanya terpaku dalam sudut pandang terdakwa saja, dalam kasus ini majelis hakim menimbang hal-hal yang memberatkan terdakwa dan yang meringankan terdakwa, hal yang memberatkan terdakwa adalah Tedakwa tidak bersikap terus terang atas perbuatan nya; Perbuatan terdakwa adalah kejahatan hukum telematika atau hukum tekhnologi informasi atau istilah lain hukum dunia maya yang dampak diakibatkannya bisa demikian kompleks dan rumit, karena dapat dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan detik. Berikut adalah hal yang meringankan hukuman terhadap terdakwa,terdakwa belum pernah dihukum; Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga; Terdakwa berlaku sopan di persidangan. Dengan pertimbangan para majelis hakim pelaku hanya diputus pidana penjara 10 (sepuluh) bulan dipotong masa penahanan 144 (seratus empat puluh empat) hari dan denda Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), jika denda tidak dibayar akan diganti dengan kurungan selama 1 (satu) bulan. Sedangkan saksi yang sekaligus korban hanya mendapatkan pengembalian barang-barang bukti berupa dua buah laptop dan berkas-berkas yang dijadikan alat bukti pada persidangan. Korban sekaligus saksi tidak mendapatkan ganti rugi berupa kompensasi ataupun restitusi dari pemerintah ataupun dari terdakwa. 86

Dari kasus pertama ini memberikan bukti bahwa dalam proses peradilan belum memihak pada saksi yang disini sekaligus menjadi korban tindak pidana yang dilakukan melalui media cyber yang menggunakan jaringan telekomunikasi yaitu berupa internet (Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan / atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara apapun). Korban disini dirugikan secara materril dan immaterril, yaitu menderita kerugian uang senilai hampir 5,1 (lima koma satu) milyar, dan nama baiknya tercemar karena tindakan yang diperbuat oleh terdakwa. Berikut penulis akan membahas kasus yang kedua dengan nomor perkara 232/Pid.B/2010/PN.Kdl. dengan terdakwa Prabowo Bin Tjasan Pramono Saputro, yang didakwa melakukan Tindak Pidana tanpa hak telah mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (3) juncto Pasal 45 ayat (1) UU RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Melalui perbuatannya itu merugikan Saksi sekaligus korban Nur Dewi Alfiyana Binti Adadi yang telah dicemarkan nama baiknya, melalui pesan singkat yang dikirim oleh terdakwa. Pada kasus pencemaran nama baik ini terdakwa hanya dijatuhi hukuman pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar Rp 1.000.000,- (satu 87

juta rupiah), jika denda tidak dibayar akan diganti dengan kurungan selama 1 (satu) bulan. Sedangkan perlindungan yang harusnya diberikan kepada saksi sekaligus korban dalam kasus ini tidak sama sekali dicantumkan kedalam amar putusan. Menurut pendapat penulis berdasar teori dan berdasar undang-undang No. 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban, saksi sekaligus korban dalam kasus ini hendaknya mendapatkan pemulihan nama baik atau mendapatkan identitas baru. dalam hal ini saksi sekaligus korban, sama sekali tidak disentuh aspek perlindungan hukumnya. 88