BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kesejahteraan, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keperduliannya terhadap masalah-masalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

BAB I PENDAHULUAN. abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB III PENUTUP. karena adanya hambatan-hambatan sebagai berikut: informasi bahwa akan adanya penertiban.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif (library reseach) adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengertian. Istilah bahasa inggris ; Mining law.

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam hayati merupakan unsur unsur alam yang

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI TENTANG TANGGUNG JAWAB KASIR TERHADAP KERUGIAN AKIBAT KELALAIAN DI SUPERMARKET WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan negara Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pertambangan merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi cukup besar bagi pembangunan negara, termasuk didalamnya adalah pertambangan rakyat. Dalam rangka menunjang kehidupan bangsa yang memberikan kesejahteraan, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan, kegiatan pertambangan khususnya dalam hal ini pertambangan rakyat, haruslah terdapat pengaturan agar kegiatan tersebut tetap dapat menunjang pembangunan yang berkelanjuntan (sustainable development) dengan tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Barubara (UUPMB), yang lebih lanjut diatur dalam peraturan pelaksanaannya yaitu PP No.75 Tahun 2000. Dewasa ini kegiatan pertambangan sudah sangat berkembang, hasil yang diberikan pun sangat memberikan keuntungan bagi peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, khususnya bagi para penambang. Meskipun demikian, kegiatan yang menjanjikan ini turut pula membawa dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan hidup manakala kegiatan tersebut tidak dilakukan berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, yaitu kegiatan pertambangan yang dilakukan secara ilegal atau tanpa ijin

2 yang diberikan oleh pejabat/instansi yang berwenang atau yang dikenal dengan sebutan PETI. Sudah banyak terjadi peristiwa yang mengarah pada kerusakan lingkungan hidup akibat dari kegiatan penambangan ilegal yang dilakukan. Fakta tersebut dapat dilihat dari: turunnya sayap utara sebelah timur jembatan Kretek Desa Parangtritis sedalam 0,5 M karena derasnya aliran sungai Opak sebagai akibat dari kegiatan penambangan pasir di sekitar jembatan, 1 hingga jebolnya bangunan groundsill yang merupakan bangunan pengaman jembatan Kretek 2. Selain itu kegiatan penambangan pasir tersebut juga menyebabkan penurunan permukaan air sunagai yang mengakibatkan turunnya permukaan air sumur penduduk. Penurunan permukaan air sungai tersebut juga menyebabkan keringnya lahan pertanian karena tidak teralirinya saluran irigasi. Pengaturan tentang kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan telah tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang di dalamnya terdapat sanksi yang diharapkan dapat menjadi batasan bagi kegiatan tersebut, hingga pada akhirnya dapat mewujudkan kegiatan penambangan yang mensejahterakan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. Secara hukum kegiatan penambangan pasir ilegal dapat ditindak, dengan kata lain aparat penegak hukum dapat menjalankan tugasnya untuk menindak para pelaku penambangan ilegal untuk selanjutnya diproses lebih lanjut bahkan mengajukannya hingga ke pengadilan. Hal ini dimaksudkan tidak hanya untuk menegakkan hukum pidana, tetapi sekaligus juga untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup itu sendiri dari bahaya kerusakan. 1 Kompas, 23 Maret 2006 2 Madina, 31 Juli 5 Agustus 2007

3 Akan tetapi pada kenyataannya, hal tersebut tampaknya belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan meskipun peraturan perundang-undangan untuk kegiatan tersebut sudah ada, juga peringatan pemerintah berupa pemasangan papan papan yang berisi larangan bagi kegiatan penambangan pasir dan kerikil oleh Pemkab Bantul. 3 Pada kenyataannya kegiatan penambangan pasir di sekitar jembatan Kretek masih saja terus berlangsung. B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap para pelaku penambangan pasir ilegal di Bantul? 2. Upaya apakah yang telah dilakukan oleh aparat untuk menanggulangi dan mencegah tindak pidana perusakan lingkungan akibat dari kegiatan penambangan pasir ilegal? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui penegakan hukum pidana terhadap para pelaku penambangan pasir ilegal. 2. Mengetahui upaya upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencegah dan menanggulangi tindak pidana perusakan lingkungan atas kegiatan penambangan pasir ilegal. 3 Dapat dilihat pada foto di halaman lampiran

4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penegakan hukum pidana lingkungan hidup. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan pengetahuan yang berkaitan dengan penegakan hukum tindak pidana perusakan lingkungan hidup. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku. F. Tinjauan Pustaka 1. Penegakan Hukum Pidana a. Hukum Pidana Hukum Pidana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan hukum yang menetukan peristiwa (perbuatan kriminal) yang diancam dengan

5 pidana. 4 Bambang Waluyo menyatakan bahwa hukum pidana merupakan peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana (sanksi hukum) bagi mereka yang mewujudkannya. 5 Sedangkan Bambang Poernomo berpendapat bahwa hukum pidana merupakan keseluruhan aturan ketentuan hukum tentang perbuatan perbuatan yang dapat dihukum dengan aturan aturan pidana. 6 Dalam hukum pidana terdapat dua jenis perbuatan pidana, yaitu: 1) Kejahatan, yaitu kegiatan yang tidak hanya bertentangan dengan hukum tetapi juga bertentangan dengan nilai norma,nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Contoh: mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya. 2) Pelanggaran, yaitu perbuatan yang hanya dilarang oleh undang undang. Contoh: tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk pengaman sewaktu berkendara, dan sebagainya. 7 b. Penegakan Hukum Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai nilai yan terjabarkan di dalam kaidah kaidah yang mantab dan pengejawantahan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptkan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. 8 Kemudian Koesnadi Hardjosoemantri dalam bukunya yang berjudul Hukum Tata Lingkungan menyatakan bahwa ada pendapat keliru yang cukup 4 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990, Hal: 411 5 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, 2000, Hal: 6 6 Bambang Poernomo, Asas Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, Hal: 19 7 Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana, Rieneka Cipta, Jakarta, 2008, Hal:3 8 Soerjono Soekanto, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, CV. Rajawali, 1983, Hal: 2

6 luas di berbagai kalangan, yaitu bahwa penegakan hukum hanyalah melalui proses pengadilan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa penegakaan hukum dilaksanakan melalui berbagai jalur dengan berbagai sanksinya, seperti sanksi administratif, sanksi perdata dan sanksi pidana. 9 Selanjutnya Keith Hawkins dalam bukunya Koesnadi Hardjosoemantri yang berjudul Hukum Tata Lingkungan mengemukakan bahwa penegakan hukum dapat dilihat dari dua sistem, yaitu compliance dengan conciliatory style sebagai karakterteristiknya, dimana terdapat suatu pengaturan yang membentuk ketaatan masyarakat terhadap aturan tersebut, dan sistem yang kedua adalah sanctioning dengan penal system sebagai karakteristiknya, yaitu penerapan sanksi terhadap pelanggaran aturan. 10 c. Penegakan Hukum Pidana Penegakan hukum pidana merupakan proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 11 2. Penambangan Pasir Ilegal a. Penambangan Pasir Dalam Pasal 1 angka (1) UUPMB disebutkan mengenai pengertian pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan 9 Koesnadi Hardjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press, 2005, Hal: 398 399 10 Ibid, 2005, Hal: 399 11 http://kuhardi_hadi.blogs.friendster.com/mobile_brigade/2008/02/restrukturisasi.html

7 pascatambang. 12 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan menambang adalah menggali (mengambil) barang tambang dari dalam tanah. 13 Kemudian, Abrar Saleng menyatakan bahwa usaha pertambangan pada hakikatnya ialah usaha pengambilan bahan galian dari dalam bumi. 14 Dari pengertian pengertian penambangan di atas, dapat diketahui bahwa penambangan pasir adalah suatu usaha mengambil dan memanfaatkan bahan bahan galian yaitu pasir, yang masuk dalam golongan bahan galian tambang mineral batuan yang lebih dikenal dan selanjutnya disebut dengan bahan galian golongan C, yang di dalamnya juga termasuk kerikil dan batu. b. Penggolongan Komoditas Tambang Komoditas tambang dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Pertambangan batubara 2) Pertambangan mineral Komoditas tambang mineral digolongkan menjadi: 1) Pertambangan mineral radioaktif 2) Pertambangan mineral logam 3) Pertambangan mineral bukan logam 4) Pertambangan batuan 12 Undang Undang No.4 tahun 2009 (UUPMB), Pasal 1 angka (1) 13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, 1990, Hal: 890 14 Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, 2004, Hal: 90

8 Secara rinci, penggolongan komoditas tambang dapat dikelompokkan menjadi: 1) Bahan galian golongan A Merupakan bahan galian yang bersifat Strategis, yaitu bahan galian yang beraspek ekonomi sekaligus mengandung aspek politik, pertahanan dan keamanan. Contoh: minyak bumi, gas alam, uranium, radium, lilin bumi. 2) Bahan galian golongan B Merupakan bahan galian yang bersifat Vital, yaitu bahan galian yang bersifat ekonomi. Contoh: besi, bauksit, emas, yodium, titan, platina. 3) Bahan galian golongan C Merupakan bahan galian yang bersifat Non Strategis dan Non Vital. Contoh: pasir, tawas, permata, marmer, batu kapur. 15 c. Penambangan Pasir Ilegal Merupakan usaha pertambanagn yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, perusahaan/yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki ijin dari instansi pemerintah sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. 16 15 Abrar Saleng, Op.Cit, 2004, Hal: 87 88 16 Pertambangan tanpa Ijin (PETI) dan Kemungkinan Alih Status Menjadi Pertambangan Skala Kecil, WWW.GOOGLE.COM, 27 Oktober 2008.

9 G. Batasan Konsep Dalam penelitian ini, batasan konsep diperlukan untuk memberi batas dari berbagai pendapat dan agar substansi atau kajian dari penulisan hukum tidak melebar atau menyimpang dari konsep penegakan hukum terhadap pelaku penambangan pasir ilegal. 1. Penegakan hukum pidana adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 17 2. Ruang lingkup pertambangan Pertambangan rakyat adalah suatu usaha pertambangan bahan bahan galian dari semua golongan A, B, dan C yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil kecilan atau secara gotong royong dengan alat alat sederhana untuk pencaharian sendiri. 18 Kemudian yang dimaksud dengan kegiatan pertambangan pasir ilegal adalah kegiatan pertambangan (bahan galian batuan/bahan galian golonganc, yaitu pasir) yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana kegiatan tersebut dilakukan dengan tidak disertai ijin usaha pertmbangan yang diberikan oleh instansi/pejabat yang berwenang. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 17 http://kuhardi_hadi.blogs.friendster.com/mobile_brigade/2008/02/restrukturisasi.html 18 UUPP Tahun 1967 Pasal 2 huruf (n)

10 Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang secara deduktif dimulai dari analisa terhadap perundang undangan yang mengatur permasalahan dan penerapannya dalam praktek berdasarkan keadaan konkrit yang terjadi. 2. Pengumpulan Data Data penulisan hukum ini diperoleh dari sumber- sumber yang dapat digolongkan menjadi: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh di lapangan berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan responden. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari dan membaca buku buku yang berhubungan dengan penulisan hukum ini. Data sekunder tersebut bersumber dari: 1) Bahan hukum primer, yang meliputi: a) Undang Undang No. 11 tahun 1967, Tentang ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan. b) Undang Undang No.23 tahun 1997, tentang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. c) Undang Undang No. 1 Tahun 1981, Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, Lembaran Negara republic Indonesia Tahun 1981 Nomor 76.c. d) Undang Undang No.20 Tahun 1999, Tentang Otonomi Daerah. e) Undang Undang No.32 Tahun 2004, Tentang P emerintah Daerah.

11 f) Undang Undang No.4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. 2) Bahan hukum sekunder, meliputi: a) Buku buku yang berkaitan dengan penegakan hukum pidana lingkungan hidup. b) Jurnal hukum c) Hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah tindak pidana perusakan lingkungan, dan lain sebagainya. 3) Bahan hukum tersier, meliputi kasus kasus, ensiklopedia, kliping internet yang berkaitan dengan masalah tindak pidana perusakan lingkungan. 3. Lokasi Penelitian Adapun tempat atau lokasi penelitian yaitu sungai Opak wilayah Dusun Sono II, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, dan wilayah Desa Karang Anyar, kecamatan Sanden, Kabupaten bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 4. Responden dan Nara Sumber a. Responden 1) Pelaku Penambangan pasir Ilegal Terdapat sepuluh orang penambang pasir ilegal di wilayah Dusun Sono, Desa Parangtritis, dan enam orang penambangn pasir ilegal di wilayah Dusun Karang Anyar, Desa Sanden, Kecamatan Srandakan. Responden diambil secara acak 2) Aparat Desa Parangtritis Yaitu kepala Dusun Sono II dan Ketua RT setempat.

12 b. Nara Sumber 1) Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup kabupaten Bantul 2) Kepala Kantor Dinas pengairan kabupaten Bantul 3) Kepala Seksi Penegakan Perda Kabupaten Bantul 4) Kepala Pengadilan Negeri Bantul 5. Analisa Data Untuk menarik kesimpulan dari data penelitian yang sudah terkumpul, dipergunakan metode analisis normatif kuantitatif. Penelitian bertitik tolak dari analisa: yang pertama, data sekunder, yaitu peraturan yang ada sebagai norma hukum positif. Kemudian metode analisis kuantitatif yang bertitik tolak pada usaha penemuan informasi tentang pelaksanaan dalam praktek penegakan hukum yang terjadi merupakan data primer yang diperoleh dari responden dan pengamatan langsung terhadap nilai nilai yang hidup dalam masyarakat. I. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami isi uraian pembahasan penulisan hukum ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang disususn berurutan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang : Bagian A) yaitu uraian latar belakang masalah, bagian B) rumusan masalah, bagian C) tujuan penelitian, bagian D) manfaat penelitian, bagian E) keaslian penelitian, bagian F) tinjauan

13 pustaka, bagian G) batasan konsep, bagian H) metode penelitian, dan bagian I) sistematika penulisan. BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisi: bagian A) yaitu tinjauan umum tentang penegakan hukum pidana, bagian B) yaitu tinjauan tentang penambangan pasir illegal, dan bagian C) yaitu tentang hasil penelitian. BAB III PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis setelah melakukan penelitian hukum.