BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soeprihanto (1997 : 27) modal kerja adalah nilai. industri/jasa untuk keperluan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II URAIAN TEORITIS. Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya

BAB II. Tinjauan Pustaka. baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas operasionalnya. Untuk mendapatkan dana tersebut

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. 1. Profitabilitas (net profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Saat ini kebanyakan masyarakat mengukur keberhasilan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi untuk jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang memadai. Dana ini tidak hanya dibutuhkan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan. merger, atau menerbitkan saham di pasar modal.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Modal Kerja Menurut Soeprihanto (1997 : 27) modal kerja adalah nilai aktiva/harta yang dapat segera dijadikan uang kas yaitu dipakai perusahaan industri/jasa untuk keperluan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai, membeli bahan baku/barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya. Menurut Syahyunan (2013 : 46), pengertian modal kerja dijelaskan lebih lanjut melalui tiga konsep modal kerja, yaitu: 1. Konsep Kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aset lancar, sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aset lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aset lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). 3. Konsep Fungsional Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang digunakan selama periode tersebut namun tidak seluruhnya digunakan dalam menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sebagian dana tersebut digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode

berikutnya. Dalam konsep ini dikenal modal kerja potensial, yaitu modal kerja yang menghasilkan pendapatan di luar kegiatan utama dari perusahaan yang bersangkutan. Modal kerja merupakan komponen keuangan yang diperlukan untuk kegiatan operasional perusahaan. Pengelolaan terhadap modal kerja merupakan komponen yang penting dari manajemen keuangan perusahaan karena langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Syahyunan (2013 : 272) jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen. Modal kerja terdiri dari uang kas atau yang ada di bank, surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas, piutang, dan persediaan. Kas adalah aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling likuid. Kas sangat berperan untuk menetukan kelancaran kegiatan perusahaan sehingga harus direncanakan dan diawasi dengan baik penerimaan, perjalanan dan pengeluarannya. Perjalanan kas dapat disebut dengan Net Trade Cycle (NTC) atau yang lebih dikenal dengan siklus konversi kas. Dalam penelitian ini manajemen modal kerja diukur dengan menggunakan Net Trade Cycle (NTC). 2.1.1.1. Net Trade Cycle (NTC) Net Trade Cycle atau yang lebih dikenal dengan siklus konversi kas menurut Brigham dan Houston (2001 : 201) adalah lamanya waktu antara dilakukannya pengeluaran tunai untuk sumber daya produksi (bahan dan pekerja) hingga penerimaan kasnya dari

penjualan produk. Dengan kata lain, lamanya waktu antara pembayaran untuk upah karyawan dan pembelian bahan dengan penagihan piutang usaha. Semakin lama siklus konversi kas, maka semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk pembiayaan eksternal. Biaya ini kemudian dapat mengurangi laba yang dapat diperoleh perusahaan. Perusahaan harus berupaya sedapat mungkin memperpendek siklus konversi kasnya untuk meningkatkan laba. Laba ini kemudian mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 209) strategi siklus konversi kas yang dapat digunakan perusahaan adalah sebagai berikut: a) Melaksanakan perputaran persediaan secepat mungkin tetapi menghindari kehabisan persediaan yang dapat mengakibatkan kerugian penjualan. b) Menagih piutang secepat mungkin tanpa merugikan penjualan dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh penagihan yang dipercepat. Contoh: melaksanakan potongan tunai, jika secara ekonomis dapat mempercepat penagihan piutang. c) Membayar hutang dagang selambat mungkin tanpa merusak rating kredit perusahaan, tetapi tetap menerima keuntungan dari potongan tunai. 2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya (Kallapur & Trombley, 2001). Pertumbuhan perusahaan berkaitan erat dengan pertumbuhan laba perusahaan. Laba yang mampu dihasilkan selanjutnya akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendanai aktivitas usahanya (Sartono, 2001 : 7). Laba ini digunakan antara

lain untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan, memperluas perusahaan, membeli persediaan, menambah lini bisnis, membayar kewajiban kepada kreditur, maupun untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Bagi perusahaan yang sedang bertumbuh, laba ditahan merupakan sumber pendanaan yang lebih baik dibandingkan dengan utang maupun ekuitas. Semakin besar dana yang dibutuhkan maka semakin besar pula laba yang harus ditahan oleh perusahaan, sehingga akan lebih sedikit dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. 2.1.3. Ukuran Perusahaan Menurut Sunarto dan Budi (2009) ukuran perusahaan merupakan ukuran atas besarnya aset yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan besar umumnya memiliki total aktiva yang besar pula. Perusahaan yang besar membutuhkan dana yang besar pula untuk membiayai kegiatan perusahaan dan bagi perusahaan besar utang dan ekuitas melalui penjualan saham merupakan sumber pendanaan yang sering digunakan. Perusahaan yang memiliki asset yang besar jumlahnya cenderung lebih mudah untuk masuk ke pasar modal (Sartono, 2001 : 293). Kemudahan untuk masuk ke pasar modal ini berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan aliran dana eksternal dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan meningkatkan minat investor dalam berinvestasi sehingga perusahaan dengan

ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. 2.1.4. Kebijakan Dividen Menurut Warsono (2003 : 271) dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Dividen dibagikan melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dahulu. Untuk dapat menerima dividen, seorang investor harus tercatat sebagai pemegang saham dalam waktu tertentu dalam sebuah perusahaan yaitu pada saat perusahaan menutup buku pengalihan saham dan mengkompilasi daftar pemengang saham yang harus dibayar. Pembayaran dividen kepada pemegang saham terdiri dari dua bentuk, yakni dividen kas (tunai) yang diterima berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham yang dimiliki, dan dividen saham yang dibayarkan dalam bentuk saham tambahan sehingga saham yang dimiliki oleh investor semakin bertambah. Perusahaan yang mampu membayar dividen yang stabil dari waktu ke waktu kemungkinan akan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar dividen secara berfluktuasi. Hal tersebut karena perusahaan yang membayar dividen yang stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan

tersebut juga bersifat stabil. Sebaliknya, perusahaan dengan dividen yang tidak stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik. Hal inilah yang membuat perusahaan mengambil jalan aman, yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Perusahaan yang tumbuh dan berkembang akan memperoleh laba atau keuntungan. Laba ini terditi atas laba yang ditahan yakni laba yang digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian akan dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba sebagai dividen, maka hal ini akan mengurangi jumlah laba yang ditahan. Sebaliknya, jika perusahaan tidak membagikan labanya kepada pemegang saham hal ini akan bisa menambah sumber dana internal perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen harus dapat membuat kebijakan dividen secara tepat. Syahyunan (2013 : 267) menjelaskan bahwa secara definisi, kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. 2.1.5. Bentuk Kebijakan Dividen dividen, yaitu: Menurut Syahyunan (2013 : 268) ada beberapa bentuk kebijakan 1. Kebijakan pemberian dividen yang stabil Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.

Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya baik danstabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yakni: (1) bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, (2) bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, dan (3) akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. 2. Kebijakan pemberian dividen yang meningkat. Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. Misalnya perusahaan akan memberikan dividen sebesar Rp. 600,- per lembar dengan pertumbuhan 5%, sehingga tahun depan pembayaran dividen sebesar 5% adalah Rp. 630,- per lembar. 3. Kebijakan dividen dengan ratio yang konstan Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. 4. Kebijakan pemberian dividen reguler yang rendah ditambah ekstra Melalui kebijakan ini, pemberian dividen dilakukan dengan menentukan pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan perusahaan mencapai jumlah tertentu. 2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Syahyunan (2013 : 267) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah: 1) Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan karena laba yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan. 2) Posisi Likuiditas Perusahaan Perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang likuiditas perusahaannya

kurang baik, biasanya dividend payout ratio-nya kecil, sebab sebagian laba yang digunakan untuk menambah likuiditas. 3) Kebutuhan untuk Melunasi Hutang Hutang-hutang harus dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutanghutang tersebut disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, maka semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang harus dibayarkan kepada pemegang saham. 4) Rencana Perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Konsekuensinya, semakin besar dana yang dibutuhkan untuk itu. 5) Kesempatan Investasi Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya akan digunakan untunk membayar dividen. 6) Stabilitas Pendapatan Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang yang besar untuk berjagajaga. 7) Pengawasan Terhadap Perusahaan Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik/pemegang saham lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang, risikonya cukup besar. Oleh karena itu, perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap bisa dijalankan. 2.1.7. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain" (Sari & Zuhrohtun, 2008).

Agar memberikan sinyal positif berupa laporan yang baik kepada pihak eksternal, perusahaan dapat memberikan informasi mengenai manajemen modal kerja dan keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen. Pemberian informasi mengenai manajemen modal kerja dan keputusan pembayaran dividen dapat membuat pihak eksternal perusahaan menjadi lebih yakin mengenai profitabilitas perusahaan. Pembayaran dividen merupakan sinyal bagi investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan cenderung meningkatkan dividen jika terdapat tingkat profitabilitas yang tinggi dimasa yang akan datang, dan menurunkan dividen jika manajemen yakin tidak terdapat cashflow yang mendukung pembayaran dividen. Hal ini dapat membuat pihak eksternal yakin bahwa laba yang dimuat dalam laporan keuangan adalah murni merupakan hasil kinerja perusahaan, bukan merupakan laba yang direkayasa perusahaan demi memberi sinyal yang positif bagi pihak eksternal. 2.1.8. Indikator Kebijakan Dividen Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah dividend payout ratio (DPR). Dividend Payout Ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen menurut Sartono (2001 : 491) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Formulanya adalah nilai dividen yang dibagikan per saham dibanding dengan nilai laba bersih per saham. Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai.

2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap kebijakan dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Terdapat beberapa hal penting dari hasil penelitian sebelumnya yang menjadi dasar penilitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai kebijakan dividen. Penelitian Oladipupo dan Okafor (2013) menguji pengaruh manajemen modal kerja yang diukur dengan net trade cycle (NTC), current ratio (CR), debt ratio (DR) serta tingkat pertumbuhan laba terhadap profitabilitas dan dividend payout ratio (DPR) pada 12 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange dari tahun 2002-2006. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi pearson product moment dan Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC, CR dan DR negatif terhadap profitabilitas. Profitabilitas positif terhadap DPR, dan manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC negatif terhadap DPR. Profitabilitas, manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC, dan tingkat pertumbuhan laba bepengaruh tidak signifikan terhadap DPR. Haryetti dan Ekayanti (2012) dalam penelitiannya menguji pengaruh profitabilitas, investment opportunity set, dan

pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI. Analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan pengujian asumsi klasik. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan dividen dengan DPR (Dividend Payout Ratio) sebagai indikator. Profitabilitas (ROI), Investment Opputunity Set (IOS), dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (ROA) positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Investment opportunity set tidak signifikan terhadap DPR, dan pertumbuhan perusahaan negatif dan signifikan terhadap DPR. Namun, secara simultan, profitabilitas, opportunity set, dan pertumbuhan perusahaan signifikan terhadap DPR. Handayani dan Hadinugroho (2009) dalam penelitiannya menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ROA, ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian menggunakan data dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiaperiode 2001-2005 dan menjadi 43 perusahaan manufaktur. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Kepemilikan manajerial, kebijakan

hutang, dan Return On Asset (ROA) sebagai variabel independen. Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa kebijakan hutang dan ROA negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Nama Peneliti (Tahun) Oladipupo dan Okafor (2013) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Judul Penelitian Relative contribution of working capital management to corporate profitability and dividend payout ratio: Evidence from Nigeria Penelitian Net Trade Cycle (X 1), Current Ratio (X 2 ), Debt Ratio (X 3 ), Tingkat Pertumbuhan Laba (X 4 ), Profitabilitas (Y 1 ) Dividend Payout Ratio (Y 2 ) Hasil Penelitian Manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC, CR dan DR positif terhadap profitabilitas. Profitabilitas positif terhadap DPR, dan manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC positif terhadap DPR. Profitabilitas, manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC, dan tingkat pertumbuhan laba tidak signifikan terhadap DPR.

Haryetti dan Ekayanti (2012) Handayani dan Hadinugroho (2009) Pengaruh profitabilitas, investment opportunity set, dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI Analisis Pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ROA, ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen (Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2001-2005) ROA(X 1 ), investment opportunity set (X 2 ),Pertumbuhan Perusahaan (X 3 ), Dividend Payout Ratio (DPR)(Y) Kepemilikan manajerial (X 1 ), DAR (X 2 ), ROA (X 3 ), Ukuran Perusahaan (X 4 ), Dividend Payout Ratio (Y) Variabel profitabilitas (ROA) positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Investsment opportunity set tidak signifikan terhadap DPR, dan pertumbuhan perusahaan negatif dan signifikan terhadap DPR. Secara simultan, profitabilitas, opportunity set, dan pertumbuhan perusahaan signifikan terhadap DPR Kebijakan hutang dan ROA negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan kepemilikan manajerialtidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

2.3. Kerangka Konseptual Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba. Laba yang diperoleh perusahaan biasanya akan ditahan dalam bentuk retained earning atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen sesuai dengan kebijakan dividen perusahaan tersebut. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan bagian keuntungan sebagai laba ditahan dan bagian yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen (Oladipupo & Ibadin, 2013). Kebijakan dividen merupakan masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Pihak manajemen perusahaan sering mengalami kesulitan untuk menentukan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan labanya untuk diinvestasikan kembali membiayai proyek yang menguntungkan perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan dan juga dapat membayar dividen yang stabil kepada pemegang saham tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Hal ini disebabkan karena apabila manajemen perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba ditahan yang akhirnya mengurangi total sumber dana intern perusahaan. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh maka kemampuan perusahaan dalam pembentukan dana intern akan semakin besar. Oleh karena itulah, penetapan kebijakan dividen menjadi penting bagi perusahaan dan manajemen perusahaan perlu memerhatikan hal-hal yang dalam penentuan kebijakan dividen. Beberapa hal yang mempengaruhi kebijakan dividen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

manajemen modal kerja yang diukur dengan net trade cycle (NTC), pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (size). Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka diatas maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut: Net H1 Trade Pertu H2 mbuha Ukur an H3 H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis Penelitian Menurut Idrus (2009 : 18) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Hipotesis adalah instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang telah diurakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Net trade cycle (NTC) signifikan terhadap Dividend Payout Ratioperusahaan manufaktur H2: Pertumbuhan perusahaan (Growth) signifikan terhadap Dividend Payout Ratioperusahaan manufaktur H3: Ukuran perusahaan (Size) signifikan terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan manufaktur. H4:Net trade cycle (NTC), pertumbuhan perusahaan (Growth) dan ukuran perusahaan (Size) secara simultan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan manufaktur.