Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V PENUTUP. persepsi Tabua Ma Tnek Mese, boleh dikatakan sebagai sebuah fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Gambar 3.1 (1) jalan setapak menuju kampung Cibeo, (2) kondisi rumahrumah di kampung Kadujangkung

HUBUNGAN GOTONG ROYONG DENGAN EKSISTENSI PANCASILA

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

Bab III. Isi Hasil penelitian.

BAB V. Penutup. tengah-tengah masyarakat. Interaksi sosial hanya dapat terjadi bila antara dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Pembinaan Pribadi Yang Partisipatif Di Masyarakat

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan ilmiah adalah menyangkut masalah cara kerja, yakni cara kerja untuk

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

III. METODE PENELITIAN. yang terjadi antara suatu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surakhmad, Metode adalah merupakan cara utama yang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

III METODE PENELITIAN. (1999:63), adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. penjelas kalimat pada peristiwa itu terjadi. Tidak hanya keterangan waktu

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB V KESIMPULAN. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui inti dari proses integrasi antara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB III METODE PENELITIAN. Kahayan Tradisional Modern Palangka Raya, akan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perancangan. perdagangan se-asia Tenggara, Monumen Nasional (MONAS), dan kota

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

Bab 1. PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang Masalah. Sebelum melangkah jauh dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat Dawan Amarasi. Konsep Tabua Ma T nek Mese, memiliki makna kata sebagai berikut. Tabua: bersatu, bersama, atau berkumpul, berkelompok. Kata Ma adalah bentuk kata penghubung, yang berarti: dan, selanjutnya, berikut, kemudian, dan lain-lain (tergantung bentuk kalimat) dan kata T nek dari kata dasar Nekaf, memiliki arti: perasaan, hati, pikiran atau maksud, kehendak dan lain-lain (tergantung bentuk kalimat). Serta kata Mese yang artinya satu, utuh, tunggal atau bersatu. Maka bila kalimat ini diterjemahkan akan berbunyi berkumpul dan sehati. Sementara konsep ini bagi kalangan masyarakat Dawan Amarasi, memiliki arti secara harafiah yakni Berkumpul Dan Sehati, Untuk Mencapai Suatu Tujuan Bersama. Dengan demikian maka penulis akan meneliti konsep Tabua Ma Tnek Mese ini dengan sebuah defenisi operasional: Tabua Ma Tnek Mese adalah sebuah bentuk kebersamaan yang terkonsep. Terkonsep melalui dan dalam ungkapan yaitu Tabua Ma Tnek Mese. Konsep Tabua Ma T nek Mese ini diwujudkan dalam berbagai bentuk gotong royong, oleh masyarakat Dawan Amarasi di kampung Buraen, seperti Tabua Ma T nek Mese dalam 1

membangun Rumah, dalam membuka ladang atau kebun, dalam menanam dan menuai di sawah, di ladang atau di kebun, atau dalam menghadapi peristiwa suka (pernikahan/perkawinan), dan peristiwa duka (kematian/memperingati hari/tahun kematian seseorang). Tradisi Tabua Ma T nek Mese, sebenarnya bila ditinjau dari sisi historisnya, maka hal ini merupakan sebuah ideologi yang menyatukan komunitas tersebut (masyarakat Masyarakat Dawan Amarasi di Buraen) yang sudah membudaya, agar komunitas itu sendiri tidak lagi memandang perbedaan-perbedaan yang ada. Bagi penulis, yang menarik dari pemaknaan dan praktek kalimat Tabua Ma Tnek Mese bagi masyarakat Dawan Amarasi adalah bahwa kalimat tersebut selalu dijadikan motivasi untuk menyatukan komunitas atau klen-klen yang berseteru atau bahkan yang berperang dalam hal urusan batas tanah, atau dalam masalah lain yang berakibat perang antar klen. Sehingga sementara penulis menemukan sebuah persepsi tekait makna dan praktek kalimat Tabua Ma Tnek Mese ini, yakni: menyangkut hal relasi (hubungan sosial). Dalam hal relasi (hubungan sosial), bahwa makna dan praktek kalimat Tabua Ma Tnek Mese ini adalah untuk meleburkan suasana antar individu maupun kelompok yang sedang bermasalah/berseteru bahkan berperang, sehingga menjadi satu dan utuh lagi tanpa menyimpan dendam ataupun kecemburuan. Dalam prakteknya, kosep ini kemudian membentuk setiap masyarakat Dawan Amarasi di Buraen terhindar dari pandangan perbedaan di segi sosial (orang berada dan yang tidak berada atau klen/keluarga berada dan klen/keluarga tidak berada). Bila dilihat makna kalimat tersebut, maka dalam prakteknya masyarakat Dawan Amarasi di kampung Buraen selalu bersatu dan sehati untuk mencapai suatu tujuan hidup bersama dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari, sebagaimana yang telah dicontohkan di atas. 2

Secara umum, pada setiap kehidupan bermasyarakat, selalu ditemui kebiasaan yang disebut gotong royong. Tetapi yang membedakan dari budaya gotongroyong pada masyarakat Dawan Amarasi di kampung Buraen dengan kehidupan gotongroyong masyarakat lain pada umumnya adalah terlihat dari arti kalimat tersebut, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas; yakni segala sesuatu dilakukan atas adalah atas dasar dorongan hati (Nek Mese) atau keinginan dari hati, bukan hanya sebatas atau sekedar berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, atau tidak sekedar partisipasi dengan harapan agar memperoleh balas jasa (akan balas pada kesempatan lain). Dilihat dari sudut pandang postmodern, seiring meningkatnya derap, perluasan dan kompleksitas masyarakat modern, identitas menjadi makin dan makin tidak stabil, makin dan makin rapuh. Dalam situasi seperti ini, wacana posmodernitas mempermasalahkan gagasan identitas, dengan menyatakan bahwa identitas hanyalah mitos dan ilusi 1. Dan tentu pernyataan ini sangat bertentangan dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat Dawan Amarasi di Buraen, dalam hal mempertahankan dan memperlihatkan identitas mereka di tengah kehidupan masyarakat modern. Tabua Ma Tnek Mese yang dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat Dawan Amarasi di Buraen memang tidak ada semacam paguyuban yang mengatur atau mengurus apalagi mendidik setiap generasi muda, namun ungkapan ini terus dipelihara dan dipraktekkan turuntemurun dari generasi ke generasi hingga generasi kini yang tengah berada pada ancaman kehidupan global yang penuh dengan persaingan, dan bahkan mengancam interaksi sosial bermasyarakat yang komunalis kearah individualis yang penuh persaingan hidup. Lalu yang 1 Dougelas Kellner, Budaya Media, Cultur Studies, Identitas, dan Politik:Antara Modern dan Postmodern, (Yogyakarta:jalasutra, 2010), 318. 3

menjadi pertanyaan adalah mengapa praktik hidup gotongroyong yang tertuang dalam ungkapan Tabua Ma Tnek Mese pada masyarakat Dawan Amarasi Selatan di Buraen begitu kuat, dipelihara dan terus dipraktekkan walaupun tanpa pendidikan (non formal), atau paguyuban yang membina setiap generasi muda?. Penulis dengan sedikit menanamkan rasa percaya diri dan rasa keberanian tinggi dalam diri yang mengacu pada teori identitas, khususnya tentang identitas sosial, kemudian mencoba memasuki alam kehidupan masyarakat Dawan Amarasi, untuk mengkaji nilai-nilai kehidupan sosial yang benar-benar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan Masyarakat Dawan Amarasi di Buraen. Penulis akan mencoba menelaah konsep Tabua Ma Tnek Mese ini yang ternyata kalau dipahami berdasarkan pemikiran dan tingkahlaku orang Dawan Amarasi, maka ternyata hal tersebut dijadikan sebagai jatidiri atau identitas mereka (identitas sosial). Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk yang selalu membutuhkan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan manusia lainnya. Selanjutnya interaksi antar manusia tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi. Dengan adanya komunikasi, individu dapat mengungkapkan motif serta tujuannya dengan individu lainnya, sehingga akan timbul hubungan fungsional dalam bentuk kerja sama. Interaksi antara dua individu atau lebih yang saling bekerjasama ini biasa kita sebut sebagai interaksi sosial. Interaksi sosial menurut Schaver (2001) merupakan suatu proses yang kompleks, yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan identitas dirinya kepada orang lain, dan menerima pengakuan atas identitas diri tersebut sehingga terbentuk perbedaan identitas antara seseorang dengan orang lain 2. Mungkin hal ini juga akan 2 Akhmad Muklis, Identas Sosial Aremania: Representasi Dukungan Yang Sportif Dalam Sepak Bola (Kajian Fenomenologi Terhadap Suporter Arema Malang) (Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Malang, 2007) 35, berkas PDF. 4

berakibat pada bagaimana individu-individu dalam kelompok yang ada (in group) memandang perbedaan identitas individu-individu pada kelompok luar (out group). 2. Alasan Pemilihan Judul. Dengan latar belakang pemikiran yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis memilih judul : Tabua Ma T nek Mese (Suatu Kajian Identitas Sosial Masyarakat Suku Dawan Amarasi, di Kelurahan Buraen, Kec. Amarasi Selatan, Kab. Kupang. NTT) 3. Rumusan Masalah. Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam tulisan ini dapat dirumuskan demikian : 1. Bagaimana makna Tabua Ma T nek Mese dipraktekkan?. 2. Apa makna Tabua Ma Tnek Mese? 4. Tujuan. 1. Mendeskripsikan konsep Tabua Ma T nek Mese, masyarakat suku Dawan Amarasi di Buraen. 2. Mendeskripsikan praktek konsep Tabua Ma T nek Mese, masyarakat suku Dawan Amarasi di Buraen. 5

5. Manfaat penelitian. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih berupa pemikiran terhadap kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat Dawan Amarasi, yang ternyata bila dipandang dari ilmu dan teori identitas sosial, maka hal tersebut merupakan bagian dari identitas hidup dan bermasyarakat orang Dawan Amarasi. Sumbangsih yang dimaksud penulis adalah agar masyarakat objek penelitian dapat mengkaji dan merenungkan lebih dalam nilai-nilai humanistime yang telah tertanam dan bahkan berakar (membudaya) dalam tatanan masyarakat objek penelitian itu sendiri, bahwa ternyata mereka memiliki kekhasan tersendiri (identitas sosial) sebagai masyarakat berbudaya ditengah-tengah ancaman globalisasi pada milenium ketiga ini. Dilain sisi, manfaat dari kajian ini adalah untuk menganalisa makna kalimat Tabua Ma Tnek Mese tersebut, dan bagaimana konsep ini ketika dipraktekkan. Sehingga diharapkan pada masyarakat Dawan Amarasi di Buraen dapat berlangsung pemberdayaan kebudayaan (budaya yang ada tetap dipertahankan) terkait dengan identitas sosial. Manfaat lain dari penelitian ini adalah penulis mencoba menyelidiki bagaimana makna dari kalimat tersebut dijalankan, yang dalam prakteknya, masyarakat konteks seolah-olah terhipnotis sehingga dilain sisi, kalimat Tabua Ma Tnek Mese tersebut bahkan dijadikan jembatan atau wadah untuk menyelesaikan konflik dalam masyaraskat Dawan Amarasi di Buraen. Bagi fakultas Teologi UKSW, salah satu manfaat dari penelitian ini adalah : untuk memberikan pemahaman baru terhadap kebudayaan Timor, khususnya dalam masyarakat Dawan 6

Amarasi berkaitan dengan teori identitas sosial. Juga dapat memperbanyak referensi pada fakultas Teologi terkait dengan studi kajian identitas sosial. 6. Metode Penelitian (Deskriptif). Metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa; penelitian deskriptif adalah penelitian nonhipotesis. Maka dalam langkah penelitian ini tidak diperlukan perumusan hipotesis 3. Sedangkan tujuan penelitian deskriptif menurut Nazir adalah untuk menggambarkan atau melukiskan secara sitematis, fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang 4. Secara sederhana penulis menguraikan Metode Penelitian ini berdasarkan metode Deskriptif yakni mengkaitkan permasalah yang dibahas dengan kehidupan sosial secara terbuka dan umum, kemudian dikerutcutkan/disudutkan pada suatu titik, yakni defenisi terhadap akar permasalahan dan solusi yang ditawarkan sekaligus sebagai sumbangsih untuk mengintepretasikan tatanan kehidupan budaya yang mengandung nilai kebersamaan yang kemudian menghasilkan identitas sosial. Sementara ada beberapa faktor lain yang mendorong penulis dalam menentukan lokasi, informan dan unit pengamatan, diantaranya: 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitin, Suatu Pendekatan Praktika, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 195 4 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesis, 1985), 63-64. 7

Konsep lokasi ini masih kuat pengaruh adat dan budaya sebagaimana ungkapan Tabua Ma T nek Mese, sehingga penting untuk diteliti. Informan yang menjadi bagian dari objek penelitian diantaranya tokoh masyarakat, tetua kampung serta tokoh pemuda. Sementara yang menjadi unit pengamatan adalah masyarakat objek penelitian tersebut sendiri yakni dikelurahan Buraen Kecamatan Amarasi selatan, Kab. Kupang NTT. Mengacu pada tiga poin diatas, maka penulis dengan besar harapan akhirnya dapat menganalisa data berdasarkan informan dan unit pengamatan. Sedangkan untuk menganalisa data terkait tengan konsep penelitian Tabua Ma Tnek Mese, maka penulis memilih teknik pengambilan data dengan cara wawancara, dengan sumber data terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan tetua kampugn, termasuk pemangku adat. 7. Rancangan Penulisan. Untuk mendapatkan gambaran pintas terhadap kajian ini, maka pada bagian ini penulis akan menguraikan sistematika penulisan yang dibagi berdasarkan bagian-bagian yang ada, diantaranya: Bab I. Yaitu Pendahuluan: Latarbelakang Masalah, Alasan Pemilihan Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Rancangan Penulisan. 8

Bab II. Berisi tentang Teori Identitas Sosial, antara lain: Pendahuluan, Tokoh Teori Identitas Sosial, kemudian proses terbentuknya Identitas, yang memuat tentang proses terbentuknya identitas individu dan peroses terbentuknya identitas sosial, yang ketiga adalah tentang fungsi Identitas sosial, dan yang keempat adalah Teori identitas sosial Richard Jenkins. Bab III. Memuat tentang Hasil Penelitian yang terdiri dari: Gambaran Umum Daerah Penelitian, Kelurahan Buraen, dengan sub-bahasan: keadaan geografis dan demografis, keadaan sosial budaya dan struktur masyarakat. Kemudian Data hasil Penelitian, dengan sub-bahasan, penjelasan tentang instrumen yang digunakan, data hasil penelitian berupa identitas responden, dan konsep Tabua Ma Tnek Mese. Bab IV. Berisi Analisa Data, dengan Sub-bahasan Identitas Sosial Masyarakat Dawan Amarasi, dan Tabua Ma Tnek Mese sebagai Identitas Sosial Masyarakat Dawan Amarasi, dan Bab V, merupakan penutup yang memuat tentang Kesimpulan dan Saran. 9