PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia
Agenda 1. Lingkup dan Aplikasi Standar 2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi i Akuntansi 3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi 4. Perubahan Kebijakan Akuntansi 5. Perubahan Estimasi Akuntansi 6. Kesalahan 7. Ketidakpraktisan Penerapan Retrospektif dan Penyajian Kembali Retrospektif
1. Lingkup dan Aplikasi Standar Entitas diharuskan untuk menerapkan PSAK 25 (Rev 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan dalam hal: 1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi, dan 2. Akuntansi untuk a. Perubahan kebijakan akuntansi, b. Perubahan estimasi akuntansi, dan c. koreksi kesalahan periode lalu. Dampak pajak perbaikan kesalahan periode sebelumnya dan penyesuaian retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan dan diungkapkan sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Kebijakan akuntansi menurut PSAK 25 adalah prinsip, i dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan berimplikasi kepada pengakuan, pengukuran dan penyajian atas elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban, pada laporan keuangan. Estimasi akuntansi tidak dijelaskan secara spesifik di PSAK 25.
2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Kebijakan akuntansi yang dipilih oleh entitas harus dapat menjelaskan : 1. Pengakuan: Kapan dan kondisi seperti apa diakui; 2. Pengukuran: Berapa banyak yang diakui; dan 3. Penyajian: Bagaimana disajikannya di LK.
2. Kebijakan Akuntansi dan Estimasi Akuntansi Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen dalam LK. Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan dapat diandalkan. Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas bisnis. Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK tanpa menyesampingkan keandalannya.
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Dalam menentukan kebijakan akuntansi, entitas tidak memiliki pilihan kecuali harus tunduk pada urutan ketentuan berikut : 1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk item Ada SAK tersebut menggunakan SAK yang bersangkutan dan spesifik mempertimbangkan Panduan Aplikasi SAK yang relevan.; dan 2. Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifi k berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan & andal. Tidak ada SAK spesifik
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Dalam membuat pertimbangan dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lainnya dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan PSAK secara umum.
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang: 1. relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai; dan 2. andal, dalam laporan keuangan yang: Tidak ada SAK spesifik a. menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas; b. mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa atau kondisi i lainnya, dan bukan hanya bentuk hukumnya; c. netral, yaitu bebas dari bias; d. pertimbangan sehat; dan e. lengkap dalam semua hal yang material.
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Dalam membuat pertimbangan di atas, 1) manajemen mengacu, dan mempertimbangkan keterterapan dari, sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun: a) persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait; dan b) defi nisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, laibilitas, penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. 2) manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan k oleh badan penyusun standar akuntansi lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lainnya dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan sumber pada butir 1 di atas. Tidak ada SAK spesifik
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Jika terdapat perubahan kebijakan akuntansi : Entitas memilih dan menerapkan kebijakan k akuntansi secara konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara spesifi k mengatur atau mengizinkan kelompok item-item dimana kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang mungkin sesuai dengan keadaan. Jika PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan semacam itu, Maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Perubahan kebijakan akuntansi terjadi jika terdapat perubahan pada salah satu komponen berikut: 1. kriteria pengakuan, 2. dasar pengukuran, dan 3. metode penyajian. Jika tidak satupun dari komponen di atas yang berubah, maka perubahan tersebut dikategorikan sebagai perubahan estimasi.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Dalam rangka mencapai konsistensi dalam kebijakan k akuntansi, perubahan kebijakan k akuntansi pada dasarnya tidak diperkenankan, kecuali : 1. dipersyaratkan oleh suatu PSAK (mandatory); atau 2. menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas. (voluntary)
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Contoh PT Kehutanan sebelumnya membebankan seluruh biaya terkait penanaman kayu pada daur ke-2. PT Kehutanan ingin mengkapitalisasi biaya pada daur ke-2 tersebut sebagai biaya perolehan tanaman. Keputusan ini melibatkan perubahan pada: 1. Pengakuan an biayaa daur ke-2 sekarang dicatat sebagai aset. 2.Penyajian biaya terkaitpada daur ke-2 akan muncul di Neraca, bukan di Laba Rugi. Sehingga, keputusan tersebut dikategorikan sebagai perubahan kebijakan k akuntansi.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Berikut ini bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi: 1. penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan 2. penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material. Penerapan awal suatu kebijakan untuk menilaikembali aset sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu perubahan dalam kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau PSAK 19, bukan sesuai dengan Pernyataan ini.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada : 1. entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan t transisinya, i jika ada; dalam PSAK tersebut, t dan 2. Other circumstances, including entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan awal suatu PSAK yang tidak mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut, Perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela, Diterapkan secara retrospektif. Istilah lama : Prior Year Adjustment
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Penerapan retrospektif adalah Keterbatasan Penerapan Retrospektif penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan sejak awal ltransaksi.. Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal, dan jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya. Diterapkan secara retrospektif.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Ketika tidak praktis untuk menentukan: a) Dampak periode-spesifik akibat perubahan kebijakan akuntansi dalam informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sajian, maka entitas - menerapkan kebijakan akuntansi baru untuk jumlah tercatat aset dan laibilitas pada awal periode paling awal dimana penerapan retrospektif adalah praktis, mungkin periode berjalan, dan - membuat penyesuaian saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode itu. b) Dampak kumulatif dari, pada awal periode berjalan, penerapan kebijakan akuntansi baru untuk seluruh periode lalu, maka entitas - menyesuaikan informasi komparatif untuk menerapkan kebijakan akuntansi baru secara prospektif dari tanggal paling awal yang dapat diterapkan..
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Pengungkapan Mandatory a) judul PSAK; b) ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan ketentuan transisinya; c) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi; d) ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi; e) ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode mendatang; f) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah penyesuaian: a) untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan b) jika PSAK 56: Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian; g) jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang praktis; dan h) jika penerapan retrospektif disyaratkan oleh paragraf 19(a) dan 19(b) tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu, atau periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan k akuntansi diterapkan. Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Voluntary Pengungkapan a) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi; b) alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal dan lebih relevan; c) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah penyesuaian: a) untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh;dan b) jika PSAK 56: Laba Per Saham diterapkan untuk entitas, laba per saham dasar dan dilusian; i d) jumlah penyesuaian yang terkait dengan periodeperiode sebelum periodeperiode tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan e) jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, atau untuk periode-periode sebelum periode-periode tersebut disajikan, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan. Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi SAK yang sudah diterbitkan tapi belum berlaku efektif Ketika entitas belum menerapkan suatu PSAK baru yang telah diterbitkan tetapi belum efektif berlaku, maka entitas mengungkapkan:: (a) fakta ini; dan (b) informasi relevan yang dapat diestimasi secara wajar atau dapat diketahui untuk menilai dampak yang mungkin atas penerapan PSAK baru tersebut pada laporan keuangan pada periode awal penerapannya.
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi Contoh Sejak berdirinya tahun 2007 PT Kehutanan membebankan seluruh biaya terkait penanaman kayu pada daur ke-2. Pada tahun 2008, PT Kehutanan ingin mengkapitalisasi biaya pada daur ke-2 tersebut sebagai biaya perolehan tanaman. Laba sebelum pajak tahun 2007 jika dengan pembebanan daur ke-2 adalah Rp. 25 juta sedangkan jika dengan kapitalisasi daur ke-2 menjadi Rp 40 juta. Laba sebelum pajak tahun 2008 jika dengan pembebanan daur ke-2 adalah Rp. 55 juta sedangkan jika dengan kapitalisasi daur ke-2 menjadi Rp 60 juta. Tarif pajak yang berlaku adalah 40%
4. Perubahan Kebijakan Akuntansi (dalam ribuan) 40% Kapitalisasi i Pembebanan b Efek Contoh Tahun Daur ke-2 Daur ke 2 Selisih Pajak Bersih 2007 40,000 25,000 15,000 6,000 9,000 2008 60,000 55,000 5,000 2,000 3,000 Jurnal 2008 Tanaman Belum Menghasilkan 15,000 Kewajiban Pajak Tangguhan* 6,000 Saldo Laba 9,000 * Jika perbedaan temporer dengan pajak. Apabila perbedaan permanen, maka diakui sebagai hutang pajak
5. Perubahan Estimasi Akuntansi Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal. Jadi, estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar estimasi atau akibat informasi baru atau tambahan pengalaman.. Perubahan estimasi akuntansi adalah : penyesuaian jumlah tercatat aset atau laibilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan laibilitas Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan Ėdited by Taufik Hidayat
5. Perubahan Estimasi Akuntansi Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut : 1. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi i akuntansi tersebut t diakui i dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan. 2. Dampak perubahan estimasi i akuntansi, selain perubahan penerapan paragraf di atas, diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada: (a) periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau (b) periode perubahan dan periode mendatang, jikaperubahan berdampak pada keduanya.
5. Perubahan Estimasi Akuntansi Pengungkapan untuk Perubahan Estimasi Akuntansi Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berdampak pada periode berjalan, atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk mengestimasi dampak itu. Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak diungkapkan karena estimasinya tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu.
4. Perubahan Estimasi Akuntansi Contoh Pada tahun 2007 PT Kehutanan melakukan reklasifikasi satu petak tanaman belum menghasilkan menjadi tanaman menghasilkan senilai Rp 510 juta. Akibat reklasifikasi tersebut, tanaman mulai diamortisasi selama 20 tahun dengan perkiraan nilai sisa Rp 10 juta. Pada awal tahun 2009, PT Kehutanan mengubah masa manfaat tanaman menjadi 30 tahun dengan perkiraan nilai sisa Rp 5 juta.
4. Perubahan Estimasi Akuntansi Biaya Perolehan 510,000 000 Nilai sisa - 10,000 Dasar Amortisasi 500,000 000 Masa manfaat (awal) 20 tahun (dalam ribuan) Contoh Depresiasi tahunan 25,000 x 2 tahun = 50,000 Neraca Aset Tidak Lancar: Neraca (31 Des 2008) Tanaman Menghasilkan 510,000 Akumulasi Depresiasi 50,000 000 Nilai Tercatat 460,000
4. Perubahan Estimasi Akuntansi Nilai tercatat 460,000 Nilai i Sisa (baru) 5,000 Dasar amortisasi 455,000 Sisa masa manfaat 28 tahun Amortisasi tahunan 16,250 Contoh Jurnal tahun 2009 Beban Depresiasi 16,250 Akumulasi Depresiasi 16,250
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung: kesalahan material atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu..
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Kesalahan Periode Lalu adalah penghilangan dari, dan kesalahan-pelaporan dalam, laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari kegagalan untuk mempergunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi andal yang: a) tersedia ketika laporan keuangan untuk periode tersebut disahkan untuk diterbitkan; dan b) secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut. Kesalahan semacam itu termasuk dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan penerapan kebijakan akuntansi, kekeliruan (oversights) atau kesalahan interpretasi fakta, dan kecurangan.
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Koreksi kesalahan material periode lalu Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalul secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:: a) menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan terjadi; atau (b) jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Ketika tidak praktis untuk menentukan : a) Dampak periode-tertentu dari kesalahan pada informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sajian maka entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis (mungkin periode berjalan). b) Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua periode lalu, maka entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis.
6. Koreksi Kesalahan Periode Lalu Pengungkapan Entitas mengungkapkan hal-hal berikut: (a) sifat kesalahan periode lalu; (b) untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis, jumlah koreksi: (i) untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan (ii) jika menerapkan PSAK 56: Laba Per Saham, maka mengungkapkan g laba per saham dasar dan dilusian; (c) jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan (d) jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi. Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.
7. Ketidakpraktisan Seringkali dibutuhkan untuk membuat estimasi dalam penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk unsur laporan keuangan yang diakui atau disajikan atas transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya. Estimasi secara melekat bersifat subyektif, dan estimasi dikembangkan setelah periode pelaporan. Pengembangan estimasi secara potensial lebih sulit ketika penerapan retrospektif kebijakan akuntansi atau penyajian-kembali retrospektif untuk mengoreksi kesalahan periode lalu, karena periode waktu yang lebih lama dapat berlalu sejak dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terjadi. Namun, estimasi obyektif terkait periode lalu adalah sama untuk estimasi yang dilakukan pada periode berjalan, dalam hal ini, untuk estimasi yang mencerminkan keadaan yang ada ketika transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terjadi.
7. Ketidakpraktisan Oleh karena itu, penerapan retrospektif kebijakan akuntansi baru atau koreksi kesalahan periode lalu mensyaratkan pembedaan informasi yang (a) menyediakan bukti keadaan yang ada pada tanggal terjadinya transaksi, peristiwa atau kondisi i lainnya, dan (b) tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk diterbitkan, dari informasi lainnya.
PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia
References Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 (Revisi i 2009), Penerbit Salemba Empat, 2009. Lam,Nelson & Lau, Peter, Intermediate Financial Accounting: an IFRS Perspective, McGraw-Hill, 2009