BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan bagi seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), dengan letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, serta dengan tenaga mengejan ibu sendiri (Sarwono, 2010). Terjadinya persalinan bisa dibagi menjadi 2 kriteria menurut jalan lahirnya, yaitu persalinan spontan dengan kekuatan ibu dan melalui jalan lahir dan serta persalinan buatan lewat rongga abdomen yang biasa dikenal dengan sectio caesaria (Sujiyatini, 2011). Proses persalinan mula-mula diawali dengan timbulnya rasa sakit akibat his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan dan pendataran serviks (Wiknjosastro, 2008). Proses persalinan terdiri dari 4 kala persalinan yaitu kala I (kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran bayi), kala III (kala pengeluaran plasenta) dan kala IV yaitu tahap setelah lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam pasca persalinan (Mochtar, 1998).
Persalinan kala II lebih dikenal dengan tahap pengeluaran bayi, lama persalinan kala II pada primipara menghabiskan waktu 2 jam untuk bayi melewati serviks yang berdilatasi pada jalan lahir (Wiknjosastro, 2008). Proses persalinan kala II pada primipara akan berlangsung lebih lama dibandingkan pada multipara. Hal ini disebabkan karena ibu primipara belum memiliki pengalaman melahirkan sehingga otot-otot jalan lahir masih kaku dan belum dapat mengejan dengan baik sedangkan pada multipara sudah memiliki pengalaman bersalin sehingga otot-otot jalan lahir lebih fleksibel. Jika pada fase kedua melahirkan atau biasa disebut dengan kala II proses persalinan tidak maju dan janin tidak segera lahir, serta ibu terlihat lelah untuk mengejan, maka akan dilakukan persalinan bantuan dengan menggunakan alat bantu yang biasa disebut forceps atau vakum (Sarwono, 2010). Persalinan pervaginam dengan bantuan forsep, kondisi perineum, usia, berat lahir bayi dan lama kala II dapat menyebabkan inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan suatu tanda gejala adanya keluhan tentang pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol. Penelitian Hatem (2007) menyatakan bahwa kala II yang lama menyebabkan wanita 2,28 kali lebih berisiko mengalami inkontinensia urin dibandingkan wanita yang kala II normal. Inkontinensia urin pasca persalinan mempunyai hubungan yang bermakna secara klinis dan statistik dengan persalinan pervaginam dan beberapa faktor resiko obstetrik seperti lama kala II, berat lahir dan lingkar kepala bayi (Vitrup, 1992).
Salah satu penatalaksanaan untuk menangani masalah inkontinensia urin bagi ibu melahirkan dengan kala II lama yaitu dengan pemasangan dower catheter (DC). Data dari Ruang Permata Hati Rumah Sakit Banyumas pada periode Juni sampai dengan Agustus 2013 menunjukkan bahwa angka kejadian melahirkan dengan kala II lama cukup banyak. Pada bulan Juni angka kejadian kala II lama sebesar 70% dari total persalinan normal, kemudian pada bulan Juli meningkat menjadi 85,5%, dan pada bulan Agustus 14,5%. Setiap ibu dengan riwayat persalinan kala II lama di RSUD Banyumas akan dilakukan pemasangan DC. Pemasangan DC bertujuan untuk melatih reflek sfingter uretra dengan latihan yang disebut bladder training. Di Rumah Sakit Umum Banyumas, bladder training dilakukan pada ibu pasca melahirkan dengan kala II lama, teknik ini dilakukan sesuai dengan standar pelayanan dari masing-masing penanggung jawab medis. Terdapat dua teknik yang dilakukan yaitu dengan lama waktu ikat 2 jam dan ikat 4 jam. Tindakan bladder training diharapkan dapat mempercepat kembalinya respon rangsang ingin berkemih secara spontan atau timbulnya bladder sign. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, diperoleh dua standar pelayanan tentang prosedur tindakan teknik bladder training yaitu menggunakan teknik ikat 2 jam dan ikat 4 jam. Jenis tindakan disesuaikan dengan order penanggung jawab medis. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melihat adanya perbedaan antara bladder training ikat 2 jam dan ikat 4 jam,
dengan mengambil judul penelitian Analisis perbedaan teknik bladder training ikat 2 jam dan ikat 4 jam pada timbulnya bladder sign ibu post partum. B. Rumusan Masalah Persalinan merupakan suatu kejadian fisiologis yang pada umumnya akan dialami oleh wanita, namun pada prosesnya tidak jarang terjadi kondisi yang membuat persalinan tersebut lama (terhambat). Panggul sempit, janin besar, his, umur ibu, paritas, penolong persalinan dan psikis ibu dapat mempengaruhi kala II. Kala II lama merupakan salah satu penyebab terjadinya inkontinensia urin. Salah satu penatalaksanaan bagi pasien dengan inkontinensia urin adalah dengan bladder training. Di RSUD Banyumas terdapat dua jenis prosedur tindakan bladder training yaitu pengikatan 2 jam dan 4 jam. Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan efektivitas bladder training pengikatan 2 jam dan pengikatan 4 jam pada timbulnya bladder sign pada ibu post partum? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adakah perbedaan efektivitas waktu ikat kateter 2 jam dan waktu ikat kateter 4 jam terhadap bladder sign pada ibu post partum. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. Mengetahui karakteristik ibu pasca melahirkan yang dilakukan bladder training.
b. Mengetahui waktu ikat bladder training 2 jam dan waktu ikat 4 jam terhadap bladder sign. c. Menganalisis perbedaan efektivitas waktu ikat bladder training 2 jam dan waktu ikat 4 jam terhadap bladder sign. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi responden Bladder training yang tepat diharapkan dapat menjadi salah satu prosedur standar yang dilakukan untuk mengatasi masalah inkontinensia urin, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan memersingkat waktu rawat inap. 2. Bagi tenaga kesehatan/ perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar (evidence based) bagi perawat dalam melakukan penatalaksanaan bladder training pada ibu pasca melahirkan dengan kala II lama. 3. Bagi instansi pelayanan kesehatan ( Rumah Sakit Umum Banyumas ) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar (evidence based) bagi revisi tentang penetapan suatu standar operasional prosedur dalam melakukan penatalaksanaan bladder training pada ibu pasca melahirkan dengan kala II lama. E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini dapat dijamin. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik ini adalah sebagai beikut:
1. Penelitian efektivitas bladder training 2 jam pasca melahirkan Ermiati (2007) melakukan penelitian tentang efektivitas bladder training yang dilakukan mulai 2 jam pasca melahirkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa bladder training 2 jam pasca melahirkan efektif mengembalikan fungsi berkemih secara spontan pada ibu pasca melahirkan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tempat, dan metode bladder training yang digunakan. 2. Penelitian tentang hubungan kala II lama dengan inkontinensia urin Preismawati (2013) melakukan penelitian dengan judul Hubungan kala II lama dengan stres inkontinensia urin pasca persalinan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Hasilnya secara statistik ada hubungan antara persalinan kala II lama dengan kejadian stres inkontinensia urin dengan p value: 0,001. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk membandingkan efektivitas bladder training waktu ikat 2 jam dan waktu ikat 4 jam, serta intervensi pada pasien pasca melahirkan dengan kala II lama dan terpasang dower kateter.