KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL I. UMUM

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

PERADILAN ETIKA. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

GAGASAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PEMASYARAKATAN KONSTITUSI. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

BEBERAPA CATATAN TENTANG LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA 1. (Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

Etika kehidupan berbangsa adalah etika penyelenggaraan negara yang

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2

Komisi Yudisial. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN KAJIAN NORMATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

KOMISI YUDISIAL DAN INDEPENDENSI KEKUASAAN KEHAKIMAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

Mengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 39/PUU-XIII/2015 Pengawasan Tingkah Laku Hakim oleh Mahkamah Agung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

KEKUA U SAAN N KEHAKIMAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

PANCASILA DAN AGENDA PEMBARUAN BIROKRASI 1. Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 2.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

Transkripsi:

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PERKEMBANGAN KONTEMPORER SISTEM ETIKA PUBLIK Dewasa ini, sistem etika memperoleh momentum untuk berkembang dan dikembangkan secara lebih konkrit dan fungsional di ruang-ruang publik, karena kebutuhan untuk mengendalikan kualitas perilaku manusia modern dengan tidak hanya mengandalikan fungsi-fungsi hukum formal yang terbukti mengalami proses yang semakin tumpul dan kurang efektif. Dimana-mana di negara-negara maju muncul praktik-praktik penataan dan pengembangan infra-struktur etika yang meliputi perangkatperangkat kode etik dan kode perilaku beserta pelembagaan institusi-institusi penegaknya, baik di lingkungan dunia usaha (bisnis) dan di dunia profesi maupun dalam praktik penyelenggaraan fungsifungsi kekuasaan negara. Bahkan, karena perkembangan praktik yang semakin meluas dan positif itu pula, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan rekomendasi resmi yang diputuskan dalam Sidang Umum PBB pada tahun 1996 yang berisi anjuran agar semua negara anggota PBB mengembangkan apa yang dinamakan sebagai ethics infra-structure for public offices. Proses konkretisasi sistem etika inilah yang saya namakan sebagai proses positivisasi norma etik, sehingga, seperti di dunia hukum kita mengenal istilah hukum positif, di dunia etika kita dapat pula memperkenalkan pengertian baru tentang etika positif. Gejala positivisasi etik itu terus meluas pengaruhnya ke seluruh aspek kehidupan publik, termasuk ke seluruh aspek penyelenggaraan fungsifungsi kekuasaan dengan didukung pula oleh pelembagaan institusi penegakannya dalam praktik. Karena itu, proses positivisasi etika itu dilanjutkan pula oleh gelombang fungsionalisasi etik, sehingga sistem etika yang dimaksud benar-benar ditegakkan secara fungsional dan konkrit dalam praktik kehidupan sehari-hari. Gejala inilah yang tercermin dengan munculnya praktik pembentukan lembagalembaga penegak kode etik dimana-mana, di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, sejak reformasi, kita telah mengadopsi ide pembentukan Komisi Yudisial untuk menegakkan kode etik hakim Indonesia. Kita juga memperkenalkan ide-ide pengembangan sistem etika di sektor publik ini, di lingkungan lembaga perwakilan rakyat, yaitu dengan dibentuknya Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian pula di semua lingkungan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan diadakan penyusunan kode etik dan kode perilaku yang dilengkapi dengan pelembagaan institusi-insitusi penegaknya. Ada yang bersifat permanen, ada yang bersifat adhoc. Istilah dan penamaan lembaga-lembaga penegak kode etik itu pun bermacam-macam. Ada yang dinamakan 1 Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP) 2012-2017, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi 2003-2008, Ketua Dewan Penasihat KOMNASHAM, Ketua Dewan Pembina Ikatan Sarjana Hukum Indonesia (ISHI). 1

Badan Kehormatan, ada yang disebut Majelis Kehormatan dan Dewan Kehormatan. Ada pula yang disebut Komite Etik atau Komisi Etik, dan bahkan sekarang ada pula yang disebut Mahkamah Kehormatan. Misalnya, lembaga penegak kode etik di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat yang semula disebut Badan Kehormatan DPR, sekarang telah berubah sebutannya menjadi Mahkamah Kehormatan DPR berdasarkan UU MD3 tahun 2014. B. INSTITUSIONALISASI ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Tentang pentingnya etika berbangsa dan bernegara ini sangat disadari oleh semua kalangan. Karena itu, pada tahun 2001, Majelis Permusyawaratan Rakyat mengesahkan Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Etika kehidupan berbangsa ini tentu lebih luas cakupan dan jangkauan normatifnya daripada etika kehidupan bernegara. Etika penyelenggaraan negara berkaitan denga perilaku berintegritas dari para penyelenggara, sedangkan etika dalam kehidupan berbangsa berkaitan dengan semua aktor dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Karena luasnya tentu tidak semua hal dan aspeknya dapat dijangkau dalam pembicaraan kita mengenai etika publik. Karena itu, dalam kaitan dengan ini, etika publik itu kita batasi pada soal etika yang berkenaan dengan dan profesi dan profesionalisme para aktor dalam kehidupan publik, terutama pada lapisan kelompok profesi yang berperan penting dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Etika dalam kehidupan bernegara dapat dikaitkan dengan etika penyelenggara negara, sedangkan etika kehidupan berbangsa kita batasi dalam kaitannya dengan etika profesi atau etika anggota organisasi profesi yang berperan penting dalam kehidupan profesional masyarakat. Keduanya perlu dikembangkan secara terkoordinasi dengan dukungan desain sistem yang bersifat terpadu dan ditopang oleh sistem kelembagaan yang juga efektif. Untuk itu, sistem etika bernegara dan berbangsa itu dapat dipositivisasikan dan diinstitusionalisasikan dengan dukungan infra-struktur yang resmi. Untuk itu, diperlukan dukungan peraturan perundang-undangan dan bahkan dasar-dasar ketentuan konstitusional UUD 1945. Pada taraf perkembangannya dewasa ini, Indonesia telah memiliki seperangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur secara terpidah-pisah sistem kode etika aparatur penyelenggara negara dan anggota pelbagai organisasi-organisasi profesi yang dibentuk berdasarkan undang-undang. UU Kepegawaian Negeri, UU Aparatur Sipil Negara, UU Partai Politik, UU Ormas, UU Peradi, UU Praktik Kedokteran, UU Keperawatan, UU Pers, UU Penyiaran, UU Guru, UU Keinsinyuran, UU KPK, UU MK, UU Mahkamah Agung, UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dan lain-lain sebagainya juga telah memperkenalkan adanya sistem kode etik dan kode perilaku serta pelembagaan badan-badan penegak kode etik itu. Bahkan, UUD 1945 juga memuat beberapa pasal yang berkenaan dengan etika. Malah, secara khusus, Pasal 24B UUD 1945 juga mengatur kelembagaan khusus yang berkaitan dengan fungsi penegakan kode etik para hakim yang dinamakan Komisi Yudisial. Pembentukan Komisi Yudisial ini didasarkan atas UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang sejak didirikan telah pula mengalami perubahan untuk maksud perbaikan dan penyempurnaan pada tahun 2011 dengan UU No. 18 Tahun 2011. 2

Semua ini tentu dimaksudkan untuk tujuan membangun dan mengembangkan sistem etika berbangsa dan bernegara yang dapat berfungsi dengan efektif untuk kemajuan bangsa dan negara di masa mendatang. Institusionalisasi dan fungsionalisasi sistem etika berbangsa dan bernagara ini kita perlukan untuk maksud memperbaiki kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara, dan sekaligus dalam rangka mewujudkan cita-cita Pancasila dan melaksanakan amanat UUD 1945, baik sebagai sumber hukum konstitusi (constitutional law) maupun sebagai sumber etika konstitusi (constitutional ethics). C. FUNGSIONALISASI DAN REVITALISASI KOMISI YUDISIAL Semula, keberadaan Komisi Yudisial sebagai institusi penegak kode etik hakim ini berada di dalam struktur Mahkamah Agung. Namun karena perkembangan kebutuhan zaman, dan juga atas pengaruh perkembangan di dunia pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 dengan munculnya ideide pembentukan komisi-komisi yudisial sebagai lembaga eksternal di lingkungan pengadilan di banyak negara, maka kita mengadopsi ide Komisi Yudisial itu dengan mencantumkan keberadaannya dalam UUD 1945. Pencantuman Komisi Yudisial ini dalam ketentuan konstitusi menyebabkan lembaga ini menjadi sangat lux, dan bahkan untuk sebagian orang dianggap berlebihan, karena dipengaruhi oleh emosi sesaat sebagai akibat kekecewaan publik yang luas terhadap kinerja peradilan, khususnya Mahkamah Agung, di masa-masa krisis yang kemudian dijawab dengan dilakukannya reformasi yang berpuncak pada agenda reformasi konstitusi pada tahun 1999-2002. Momentum perubahan konstitusi itulah yang dimanfaatkan oleh kaum reformis untuk mendesak ide pembentukan Komisi Yudisial ini, dan berhasil, sehingga Komisi Yudisial resmi menjadi lembaga konstitusional yang untuk pertama kali dibentuk pada tahun 2004 berdasarkan UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang kemudian diubah dengan UU No. 18 Tahun 2011. Namun, sangat disayangkan bahwa keberadaan Komisi Yudisial yang ditopang keberadaannya dengan pengaturan yang sangat kuat dalam Pasal 24B UUD 1945, tidak diimbangi oleh rumusan kewenangan yang memadai dalam skema peran yang bersifat proporsional antar cabang dan antar fungsi-fungsi kekuasaan negara. Komisi Yudisial hanya diberi peran sebagai (i) perekruit dan pengusul calon-calon hakim agung, dan (ii) bersama-sama Mahkamah Agung menjadi penegak kode etik hakim di lingkungan Mahkamah Agung, serta (iii) bersama-sama Mahkamah Agung terlibat dalam pendidikan dan pelatihan hakim. Pernah ada keinginan untuk memperluas jangkauan peran Komisi Yudisial dalam penegakan kode etik hakim konstitusi. Namun, oleh karena idenya dikembangkan secara reaktif tanpa didukung oleh keterpaduan konsepsional terkait dengan aturan-aturan konstitusional secara utuh, maka ide semacam itu belum dapat diterima sebagai sesuatu yang sejalan dengan desain konstitusional yang berlaku sekarang. Karena itu, upaya memperkuat dan memberikan arti yang signifikan bagi kehadiran lembaga Komisi Yudisial ini dalam sistem ketatanegaraan Indonesia masa depan, diperlukan telaah yang lebih menyeluruh dan terpadu mengenai kebutuhan-kebutuhan baru dalam upaya menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik di masa depan. Upaya penguatan dan revitalisasi Komisi Yudisial itu di masa depan boleh jadi memerlukan perubahan-perubahan kebijakan yang mendasar, bukan saja pada level undang-undang tetapi juga mengharuskan dilakukannya perubahan undang-undang dasar. Untuk itu, perlu dirancang suatu kajian 3

mengenai kemungkinan semacam itu dengan mengantisipasi keinginan dari pelbagai kalangan untuk diadakannya Perubahan Kelima UUD 1945. Jikalau peluang Perubahan Kelima UUD 1945 itu terbuka, para politisi dan segenap warga masyarakat yang mendukung gagasan pentingnya membangun sistem terpadu mengenai infra-struktur etika kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat berpartisipasi untuk mendesakkan ide perubahan atas ketentuan Pasal 24B UUD 1945 sebagaimana mestinya. Untuk masa depan, diusulkan bahwa Komisi Yudisial dapat ditingkatkan kedudukan dan peranannya dalam mengembangkan, membina dan menegakkan sistem etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komisi Yudisial sebagai lembaga negara yang keberadaannya dijamin oleh UUD 1945 mempunyai kedudukan yang sangat strategis untuk dimanfaatkan bagi upaya membangun sistem etika yang fungsional dalam peri kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya melalui upaya penegakan sistem etika, bukan hanya bagi para hakim, tetapi juga bagi penyelenggara negara pada umumnya, dan bahkan termasuk para anggota organisasi-organisasi profesi sebagai salah satu pelaku yang berperan penting di ruang-ruang publik dalam kehidupan berbangsa. Dalam peri kehidupan bernegara, kita kembangkan dan tegakkan sistem etika bagi para penyelenggara negara, termasuk para hakim; dan dalam peri kehidupan berbangsa yang dapat dikatakan lebih luas daripada kehidupan bernegara, kita kembangkan dan tegakkan sistem etika bagi para professional, yaitu para anggota organisasi-organisasi profesi yang terus berkembang di ruang-ruang publik dalam kehidupan berbangsa. Dengan tetap bertitik tolak dari tugas dan fungsi Komisi Yudisial yang ada sekarang, kita dapat mengusulkan rumusan-rumusan baru mengenai susunan organisasi dan kewenangan Komisi Yudisial masa depan, yaitu sebagai berikut: 1. Kewenangan: 1.1. Wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung; 1.2. Wewenang mengatur pedoman penyusunan dan penegakan kode etik hakim, dan kode etik penyelenggara negara lainnya, serta kode etik organisasi profesi; 1.3. Wewenang memeriksa, mengadili dan memutus pada tingkat terakhir dugaan pelanggaran kode etik hakim dan penyelenggara negara lainnya, serta kode etik organisasi profesi yang putusannya bersifat final dan mengikat. 2. Susunan Organisasi: 2.1. Komisi Yudisial beranggotakan 9 (sembilan) orang yang memenuhi syarat integritas dan kepribadian tidak tercela, pengetahuan mendalam mengenai hukum dan etika, dan pengalaman luas sebagai penegak hukum atau sebagai anggota lembaga negara menurut undang-undang dasar; 2.2. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR; 2.3. Ketua dan Wakil Ketua Komisi Yudisial ditetapkan oleh Presiden dari antara anggota Komisi Yudisial yang berpengalaman memimpin lembaga peradilan atau lembaga negara menurut undang-undang dasar; 2.4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan undang-undang yang terkait dengan susunan organisasi, keanggotaan, dan tata kerja internal Komisi Yudisial dan hubungan kerja dengan lembaga-lembaga lain diatur dengan Peraturan Pemerintah dan/atau Peraturan Presiden. 4

Untuk itu diperlukan langkah-langkah yang serius untuk dilakukannya (i) Perubahan atas Pasal 24B UUD 1945, (ii) Perubahan UU tentang Komisi Yudisial, (iii) penyelesaian gagasan penyusunan dan pembentukan UU tentang Etika Penyelenggara Negara dan Etika Profesi, dan (iv) Penyusunan Peraturan Pemerintah tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Yudisial berdasarkan Undang-Undang yang baru nantinya. Khusus terkait dengan gagasan Perubahan UUD 1945, dapat dipertimbangkan usul perubahan sebagai berikut. 1) Pasal 24B UUD 1945 berisi 4 ayat, dan diusulkan ditambah 1 ayat yang khusus menambahkan 2 kewenangan konstitusional baru, yaitu: (i) kewenangan mengatur sistem dan mekanisme penegakan etika berbangsa dan bernegara, melalui etika hakim, dan etika penyelenggara negara lainnya, serta etia profesi; dan (ii) mengadili pelanggaran etika pada tingkat terakhir yang putusannya bersifat final dan mengikat. 2) Pasal 24B ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang berkaitan dengan penambahan syarat dan susunan keanggotaan serta tambahan pengaturan mengenai kepemimpinan dengan persyaratan yang lebih ketat dan lebih menjamin perimbangan dan pengendalian antar cabang kekuasaan (checks and balances). 3) Pasal 24B ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945, masing-masing disempurnakan menjadi Pasal 24B ayat (1), (2), (3), dan (4)UUD 1945, sedangkan rumusan ayat (4) tidak diubah tetapi penomerannya menjadi ayat (5). USUL PERUBAHAN PASAL 24B UUD 1945 (1) Pasal 24B ayat (1) UUD 1945: KOMISI YUDISIAL bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Usul Perubahan menjadi (Alternatif 1): KOMISI YUDISIAL BERSIFAT MANDIRI YANG BERWENANG MENGUSULKAN PENGANGKATAN HAKIM AGUNG DAN MEMPUNYAI WEWENANG LAIN DALAM RANGKA MENJAGA DAN MENEGAKKAN KEHORMATAN, KELUHURAN MARTABAT, SERTA PERILAKU HAKIM, dan penyelenggara negara lainnya, serta anggota profesi; Alternatif 2: KOMISI YUDISIAL BERSIFAT MANDIRI YANG BERWENANG MENGUSULKAN PENGANGKATAN HAKIM AGUNG DAN MEMPUNYAI WEWENANG LAIN DALAM RANGKA TEGAKNYA ETIKA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA ; (2) Usul ayat baru menjadi Pasal 24B ayat (2): KOMISI YUDISIAL MENGATUR PEDOMAN PENEGAKAN ETIKA, DAN MENGADILI PELANGGARAN ETIKA HAKIM DAN PENYELENGGARA NEGARA LAINNYA, SERTA ETIKA PROFESI PADA TINGKAT TERAKHIR YANG PUTUSANNYA BERSIFAT FINAL DAN MENGIKAT ; (3) Pasal 24B ayat (2) UUD 1945: Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Usul Perubahan menjadi: ANGGOTA KOMISI YUDISIAL MEMILIKI INTEGRITAS DAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK TERCELA, MEMPUNYAI PENGETAHUAN MENGENAI HUKUM DAN ETIKA, DAN 5

PENGALAMAN SEBAGAI PENEGAK HUKUM ATAU ANGGOTA LEMBAGA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR ; (4) Pasal 24B ayat (3) UUD 1945: Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Usul Perubahan menjadi: PRESIDEN MENGANGKAT DAN MEMBERHENTIKAN ANGGOTA KOMISI YUDISIAL DENGAN PERSETUJUAN DPR, DAN MENETAPKAN KETUA DAN WAKIL KETUA DARI ANTARA ANGGOTA KOMISI YUDISIAL YANG BERPENGALAMAN MEMIMPIN LEMBAGA PERADILAN ATAU LEMBAGA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR; (5) Pasal 24B ayat (4) UUD 1945: Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang. Demikian, usul yang dapat saya sampaikan untuk kiranya dapat dijadikan bahan tukar pikiran di antara para sarjana hukum pada khususnya, dan para pemikir dan penentu kebijakan kenegaraan pada umumnya. 6