BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa ahli mengemukakan bahwa media dalam proses pembelajaran cenderung

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN SUKOSEWU KEC. SUKOSEWU KAB. BOJONEGORO DENGAN METODE DEMONTRASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN SUMBERHARJO II DENGAN METODE DEMONTRASI

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

Bloom di Sekolah Menengah Pertama Se Kota Salatiga, Jawa Tengah Kesesuaian Kata Kerja Operasional (KKO) Yang Terdapat Pada

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Penerapan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK. Pada kenyataannya dunia pendidikan di Indonesia masih belum

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Realia Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secra harfiah berarti tengah/perantara atau pengantar. Menurut (Bovee dalam Ena: 2001) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Selain itu beberapa ahli mengemukakan bahwa media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan alat alat grafis, fototgrafis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi dan menyusun kembali informasi verbal atau visual. Media realia ( real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaan nya, karena kita tidak perlua membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Sebagai obyek nyata, realia merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, relaia banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Bentuk realia sama dengan benda sebenarnya yang tidak mengalami perubahan sama sekali dan dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran. Realia mampu

10 memberikan arti nyata kepada hal hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata kata atau hanya visual. Dalam dunia pendidikan, realia sering dianggap sebagi media informasi yang paling mudah diakses dan menarik. Sebagai media informasi, realia mampu menjelaskan hal hal abstrak dengan hanya sedikit atau tanpa keterangan verbal. Dengan berinteraksi langsung dengan realia, diharapkan hal hal yang kurang jelas, apabila diterangkan secara verbal akan menjadi jelas. Realia memiliki kemampuan untuk merangsang imajinasi pengguna dengan membawa kehidupan di dunia nyata ke dalam kelas. Sebagai media pembelajaran, realia memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai topik mata pelajaran. Realia mampu memberikan pengalaman langsung (Hands on Experince) bagi siswa. Dengan menggunakan media nyata siswa dapat menggunakan berbagai indera untuk mempelajari suatu objek. Siswa dapat melihat, meraba, mencium, bahkan meraskan objek yang tengah dipelajari. Pada anak SD kelas bawah pembelajaarn masih bersifat abstrak dan memerlukan media atau alat bantu dalam memahami materi pembelajaran. Pada dasarnya anak belajar dari hal-hal yang kongkrit, sehingga untuk mengetahui konsep-konsep yang abstrak anak memerlukan benda-benda yang riil sebagai perantara atau visualisasinya (Amin, 2010). Mengenalkan matematika pada anak tidak harus dengan menyodorkan buku latihan. Di sisi lain, banyak pula jenis media yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita yang langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran, yang diperlukan adalah kemampuan, kejelian dan

11 kreatifitas kita dalam memilih dan mendayagunakan potensi berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita (Rahadi, 2004: 2). Salah satu kompetensi dasar pembelajaran matematika di sekolah dalam kurikulum 2013 kelas empat SD adalah melakukan pengukuran sudut dengan menggunakan media realia yaitu busur. Dalam mengajarkan konsep pengenalan sudut banyak hal yang bisa di ajarkan, salah satunya dengan membuat suatu gambar bentuk rumah adat dengan mengukur aspek aspek sudutnya. Media atau alat bantu sebagai komponen yang berasal dari lingkungan sekitar siswa, yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dan sebagai alat yang digunakan untuk memberikan rangsangan bagi siswa agar terjadi proses belajar. Manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa. Sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien (Rahadi, 2004: 4). Siswa yang memiliki pengalaman belajar mempunyai kemampuan untuk berkembang. Dengan demikian, pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa (Sumiyati, 2008: 2). Siswa mudah memahami materi yang dipelajari sebab dia memiliki gambaran tentang apa yang akan dipelajarinya karena siswa pernah melihat, mengamati bahkan menerapkan atau mengunakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang berasal dari lingkungan sekitar siswa. Salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan alat peraga sehingga, diharapkan konsep abstrak yang baru di fahami siswa akan mengendap, melekat dan tahan lama, tidak hanya sekedar lewat begitu saja

12 (Amin, 2010: 4). Dengan memanfaatkan media realia siswa akan terbantu dalam memahami pembelajaran tema Indahnya Kebersamaan. Pemanfaatan media realia sebagai alat bantu ukur dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah praktis, mudah diaplikasikan, mudah didapat dan lebih terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Dalam pengunaanya sebagai alat bantu hitung busur praktis karena mudah di bawa. Media realia mudah diaplikasikan karena mudah diterapkan bagi siswa dalam pembelajaran matematika di dalam kelas. Media realia yaitu busur merupakan alat bantu pengukur sudut yang mudah didapat sebab bahan tersebut mudah dijumpai disekitar lingkungan kita dan untuk mendapatkannya tidak begitu mahal. Selain itu, dengan menggunakan busur siswa kelas empat SD akan lebih mengenal dan memanfaatkan lingkungan dengan semaksimal mungkin. B. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Bloom hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

13 Dimyati dan Mudjiono (2002:3-4) mengungkapkan pengertian hasil belajar sebagai berikut Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sudjana (2005:3) juga mengungkapkan bahwa Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar pada penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif. Hasil belajar kognitif menurut Anderson dalam Hilman (2001) yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, dibagi menjadi enam kategori diantaranya 1) Mengingat Terdiri dari mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dan sebagainya. 2) Memahami Terdiri dari menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dan sebagainya. 3) Menerapkan Terdiri dari melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dan sebagainya.

14 4) Menganalisis Terdiri dari menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dan sebagainya. 5) Mengevaluasi Terdiri dari menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai. 6) Berkreasi Terdiri dari merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dan sebagainya C. Kurikulum 2013 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isis dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pengertian kurikulum menurut ( Mac. Donald; Popham), mengunkapkan bahwa kurikulum adalah pernytaan mengenai tujuan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan dan saat ini sedang dalam proses pelaksanaan oleh pemerintah karena ini merupakan perubahan dari struktur kurikulum KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknya masalah dan salah satu upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang tepat. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan

15 pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang setara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Kurikulum 2013 juga merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi. Adapun dalam penyususnan Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang telah disiapkan. Pada tema Indahnya Kebersamaan khususnya pembelajaran matematika, perlu adanya desain khusus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Matematika adalah 1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berhubungan satu dengan yang lain yang membentuknya, 2) Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, 3) Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan 4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan simbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta 5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

16 Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. (Soedjadi 199 :1). Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa pembelajaran tematik harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran tematik dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan pembelajaran menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari. Pembelajaran yang aktif mengharuskan siswa melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, siswa harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang aktif guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenarankebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi.

17 Dengan melihat paparan tersebut, maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa. Tujuan pembelajaran matematika yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah: Menumbuh dan menggembangkan keterampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat di gunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. D. Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunkan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanyam percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tetntu saja proses pembel;ajaran harus tetap menerapkan nilai nilai ata sifat sifat ilmiah dan menghindari nilai nilai atau sifat sifat non ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

18 a) Mengamati ( observasi ) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. b) Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. c) Mengumpulkan informasi Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. d) Mengasosiasikan/ mengolah Informasi/ Menalar Kegiatan ini adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen. Pengolahan informasi yang dikumpulkan bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi. e) Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut.

19 f) Mengkomunikasikan Pada pendekata scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah, mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. E. Konsep Belajar Mengajar Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan oleh pendidik. Ada beberapa pendapat mengenai definisi belajar. Morgan dalam Sumantri dan Permana (2001:13) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Beberapa ahli yang mendefinisikan tentang pengertian belajar atau learning, baik secara umum maupun khusus, seringkali perumusan dan penafsiran itu berbeda satu sama lain. Adapun beberapa perumusan tentang belajar dalam Hamalik Oemar (2005:27-28) sebagai berikut:

20 1) Dalam pengertian lama, mendefinisikan belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. 2) Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar disini bukan hanya mengingat, akan tetapi juga mengalami atau berpartisipasi langsung. 3) Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yaitu belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar disinilah menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan.di dalam interaksi tersebut akan terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku individu besifat relatif tetap yang disebabkan oleh latihan yang terarah dan hasil dari pengalaman serta proses interaksi dari individu yang aktif terhadap lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut secara keseluruhan pribadi sesorang, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Mengenai perubahan status abilitas tersebut, menurut Bloom dalam Sardiman (2007:23), meliputi tiga ranah /matra, yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini diperinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut:

21 1) Mengingat Terdiri dari mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dan sebagainya. 2) Memahami Terdiri dari menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dan sebagainya. 3) Menerapkan Terdiri dari melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dan sebagainya. 4) Menganalisis Terdiri dari menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dan sebagainya. 5) Mengevaluasi Terdiri dari menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dan sebagainya. 6) Berkreasi Terdiri dari merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dan sebagainya Belajar erat kaitannya dengan mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar merupakan kegiatan siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Menurut Sardiman (2007:48) menyatakan bahwa: Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar seperti yang telah diuraikan, memberikan penjelasan bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif,

22 sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis Apabila media realia digunakan dengan langkah dan tahapan yang benar maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Way Gubak Bandar Lampung tahun 2014