BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika setiap tahunnya berkisar antara orang dari orang. terbanyak di Asia (Yayasan Stroke Indonesia, 2010).

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN REHABILITASI FISIK PASIEN STROKE DI RSUD KOTA YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi


BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), stroke. merupakan penyebab kematian kedua di dunia sebanyak 6,9 juta di

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani & Santi, 2015). Stroke terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya pembuluh darah. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan otak. Gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu wajah, tangan atau kaki yang tiba-tiba kaku atau mati rasa dan lemah, biasanya terjadi pada satu sisi tubuh. Gejala lainnya yaitu pusing, kesulitan untuk berbicara atau mengerti perkataan, kesulitan untuk melihat baik dengan satu mata maupun kedua mata, kesulitan jalan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, pingsan atau kehilangan kesadaran, dan sakit kepala yang berat dengan penyebab yang tidak diketahui (World Health Organization, 2016). Data statistik stroke dunia menyatakan sekitar 15 juta orang di dunia mengalami stroke tiap tahunnya dan 1 dari 6 orang diseluruh dunia akan mengalami stroke dalam hidup mereka (Stroke Association, 2013). Kejadian stroke di dunia pada tahun 2010 menurut American Heart Association (AHA) (2015) yaitu sebanyak 33 juta, dengan 16,9 juta orang yang terkena serangan stroke pertama. Angka kejadian stroke di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan bahwa prevalensi stroke di 1

2 Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Total sebanyak 57,9% kejadian stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki urutan kedua kejadian stroke terbanyak yaitu dengan prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan 10,3% dan berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi 16,9%. Stroke menjadi penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Kecacatan menetap terjadi karena penderita tidak diberi rehabilitasi dengan baik, kecacatan terjadi mungkin disebabkan keluarga sering kali memanjakan penderita dengan membantu penderita secara berlebihan dan membiarkan penderita terbaring pasif menunggu kondisinya menjadi lebih baik (Sundah, dkk., 2014). Stroke survivors (pasien pasca stroke) yang mengalami kecacatan perlu untuk dilakukan rehabilitasi segera dan tujuan rehabilitasi tersebut yaitu untuk membantu pasien pasca stroke menjadi mandiri lagi dan dapat memperoleh kualitas hidup yang baik. Rehabilitasi harus segera dimulai ketika seluruh kondisi pasien stroke sudah stabil, yaitu terkadang 24 hingga 48 jam setelah stroke (National Institutes of Health, 2014). Pelayanan untuk rehabilitasi telah diatur dalam dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi. Pelayanan tersebut dikembangkan dalam promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat umum maupun kekhususan pada berbagai tingkat fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit

3 umum, rumah sakit khusus, dan di tempat praktik mandiri. Adanya peraturan ini akan membuat pelayanan rehabilitasi yang diberikan kepada individu akan mengacu pada standar atau pedoman sesuai ilmu pengetahuan teknologi fisioterapi secara aman, bermutu, efektif, dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan. Rehabilitasi yang diikuti oleh pasien stroke yaitu terdiri dari fase akut, sub akut, dan fase kronis. Pembagian fase ini dipakai sebagai acuan untuk menentukan intervensi yang ingin dilakukan dan tujuan penyembuhan yang ingin dicapai (Wirawan, 2009). Salah satu rehabilitasi yaitu rehabilitasi fisik pada pasien stroke selain untuk mengatasi kecacatan yang dialaminnya juga bermanfaat dalam menurun tingkat depresi pada pasien stroke (Winstein et al., 2016). Kecepatan kesembuhan pasien stroke dari kecacatan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien stroke mengikuti rehabilitasi fisik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani rehabilitasi yaitu dukungan keluarga, semakin tinggi dukungan keluarga kepada pasien stroke, semakin patuh mereka dalam menjalani tindakan rehabilitasi fisik (Rosiana, 2012). Berdasar World Health Organization (WHO, 2003) dalam Wardhani dan Santi (2015) menyebutkan bahwa kepatuhan pasien dengan pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang jumlahnya masih rendah. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan untuk mengikuti terapi jangka panjang seperti rehabilitasi pada pasien stroke masih rendah. Ketidakpatuhan dalam

4 mengikuti proses terapi akan dapat meningkatkan risiko berkembangnya atau memperburuk penyakit yang diderita (Arifin & Santi, 2015). Proses rehabilitasi pada pasien stroke membutuhkan waktu yang lama. Lamanya proses terapi atau waktu dalam penyembuhan pada pasien stroke bisa menyebabkan munculnya rasa keputusasaan. Rasa putus asa ini bisa muncul karena disabilitas atau kecacatan yang dialami oleh pasien akibat dari stroke yang dialaminya. Kondisi ini dapat berlanjut pada terjadinya gangguan emosional maupun perilaku untuk mengakhiri hidup. Pengalaman keputusasaan pasien stroke antara lain berupa adanya perubahan fisik sebagai akibat respon keputusasaan, terjadi respon kehilangan sebagai stresor keputusasaan, disfungsi proses keluarga, serta kehilangan makna hidup yang bahkan bisa menambah keinginan untuk mengakhiri hidup (Sawab, dkk., 2015). Rasa putus asa karena disabilitas yang dialami pasien stroke akan menyebabkan mereka tidak dapat menjalani aktivitasnya sehari-hari secara optimal sehingga membuat mereka mengalami ketergantungan terhadap orang lain terutama pada keluarga. Ketergantungan yang terjadi yaitu dalam hal membutuhkan bantuan perawatan secara terus-menerus dan juga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien stroke (Sari, 2014). Pasien stroke memiliki kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi yaitu kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Kebutuhan aspek fisik pasien stroke meliputi pemenuhan kebutuhan dari pengaturan nutrisi, bantuan eliminasi, pergerakan tubuh, dan

5 perawatan diri. Kebutuhan aspek non fisik dari pasien stroke yaitu terdiri dari kebutuhan emosional, spiritual, dan lingkungan (Agustina, dkk., 2009). Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pada pasien stroke, peran orang terdekat atau dukungan dari keluarga sangatlah dibutuhkan agar terpenuhinya semua kebutuhan pasien stroke. Dukungan keluarga yang kurang akan cenderung menyebabkan kualitas hidup pasien stroke menjadi kurang pula (Sunniati, 2014). Hayulita dan Desti (2014) juga menyatakan bahwa pada pasien pasca stroke yang memiliki dukungan keluarga yang tidak baik memiliki presentase tingkat depresi yang tinggi (79,4%). Kurangnya dukungan keluarga pada pasien stroke akan membuat kualitas hidup pasien stroke menjadi rendah dan juga dapat mengakibatkan pasien stroke menjadi depresi. Dukungan keluarga sendiri merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota yang sakit (Tumenggung, 2013). Bentuk dukungan keluarga yang bisa diberikan keluarga yaitu terdiri dari dukungan informatif, dukungan penilaian atau penghargaan, dukungan emosional, dan dukungan instrumental atau tambahan. Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta pada tahun 2016 didapatkan bahwa kejadian stroke dengan jumlah pasien stroke yaitu sebanyak 4.536 pasien diagnosis rawat jalan dan 395 pasien diagnosis rawat inap. Berdasar data yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan rehabilitasi pasien stroke di RSUD Kota Yogyakarta.

6 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan rehabilitasi pasien stroke di RSUD Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan rehabilitasi pasien stroke di RSUD Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui data demografi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, lama menderita stroke, dan penyakit penyerta) pasien stroke di RSUD Kota Yogyakarta. b. Mengetahui dukungan keluarga terhadap pasien stroke di RSUD Kota Yogyakarta. c. Mengetahui kepatuhan rehabilitasi pasien stroke di RSUD Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada institusi pendidikan sebagai bahan tinjauan mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien stroke dalam menjalani rehabilitasi.

7 2. Bagi Pasien Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien pasca stroke tentang pentingnya untuk memperoleh dukungan dari keluarga saat menjalani rehabilitasi. 3. Bagi Keluarga Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita stroke diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai kajian serta bahan masukan untuk dapat memberikan dukungan dan motivasi sehingga pasien menjadi tidak stres dan menjadi semangat menjalani program rehabilitasinya. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian oleh Sunniati dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke di Ruang Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014. Metode penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif dengan sampel 33 orang, menggunakan teknik pengambilan sampel Purposive sampling. Hasil penelitian tersebut yaitu dengan analisis bivariat didapatkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien stroke (p-value 0,001) dan ada hubungan dukungan sosial (p-value 0,001), dukungan emosional (p-value 0,003), dukungan tambahan (p-value 0,009) serta dukungan penilaian (p-value 0,010). Persamaan penelitian ini adalah variabel independen yang diteliti yaitu dukungan keluarga, metode penelitian yang digunakan yaitu metode

8 penelitian korelasi cross-sectional, dan instrumen yang digunakan yaitu kuesioner, sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu pada teknik variabel dependen dan pengambil sampel. Variabel dependen penelitian tersebut yaitu kualitas hidup sedangkan penelitian yang akan dilakukan variabel dependennya yaitu kepatuhan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian tersebut yaitu purposive sampling sedangkan untuk penelitian yang akan dilakukan yaitu accidental sampling. 2. Penelitian oleh Rosiana (2012) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Fisioterapi pada Klien Pasca Stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian tersebut yaitu penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelatif menggunakan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian ini yaitu: a. Dukungan keluarga yang diberikan kepada klien pasca stroke dalam menjalani fisioterapi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman termasuk dalam kategori sedang (55,0%). b. Kepatuhan klien pasca stroke dalam menjalani fisioterapi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman termasuk dalam kategori patuh (65,0%). c. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani fisioterapi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman Yogyakarta. Persamaan penelitian ini adalah variabel yang diteliti yaitu variabel independennya ialah dukungan keluarga dan dependennya ialah kepatuhan,

9 pada metode penelitiannya yaitu penelitian korelasi dengan pendekatan cross-sectional, dan pada instrumennya yaitu menggunakan kuesioner. Perbedaan penelitian ini adalah pada teknik pengambilan sampel dan analisa data yang digunakan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian tersebut yaitu total sampling sedangkan untuk penelitian yang akan dilakukan yaitu accidental sampling. Analisa data yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu menggunakan uji Chi-Square sedangkan untuk penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan uji korelasi Spearman.