KAJIAN FISIKA KIMIA KAWASAN PELABUHAN MUARA PADANG MENJADI KAWASAN WISATA MARINA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran F - Kumpulan Data

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

KAJIAN KUALITAS AIR DAN SEDIMEN DASAR SUNGAI KUTAI LAMA-KAB. KUTAI KARTANEGARA SEBAGAI PERTIMBANGAN AWAL RENCANA PENGERUKAN

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

ANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

III. METODE PENELITIAN

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

PENENTUAN KUALITAS AIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

Bab V Hasil dan Pembahasan

TARIF LINGKUP AKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

Transkripsi:

KAJIAN FISIKA KIMIA KAWASAN PELABUHAN MUARA PADANG MENJADI KAWASAN WISATA MARINA Oleh : Eni Kamal 1) dan Syahbuddin 2 ) 1) Ketua Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta dan 2) Kepala BAPEDALDA Kota Padang ABSTRAK Kondisi fisika kimia kawasan Muara memerlukan penanganan yang cukup kompleks, hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai aktivitas di sekitar kawasan Muara serta rendahnya kualitas lingkungan. Penilaian tentang kondisi kawasan Muara memerlukan penyajian informasi data yang komprehensif, sehingga dapat diperoleh gambaran terhadap komponen biofisik kimia, di kawasan tersebut. Penyajian data dasar dalam hal ini fisika kimianya yang komprehensif sangat diperlukan untuk menyusun suatu rencana pengelolaan yang terpadu dengan mengintegrasikan komponen yang terkait dengan seluruh aktifitas yang terdapat di sepanjang kawasan Muara. Sehingga pembangunan di masa yang akan datang semakin meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. PENDAHULUAN Pertumbuhan Kota Padang berawal dari kawasan Muara yang ditandai dengan dibukanya Pelabuhan Muara yang pada tempo dulu telah berkembang pesat menjadi salah satu pelabuhan penting di wilayah Indonesia Bagian Barat. Keberadaan pelabuhan ini juga memberikan dampak terhadap perkembangan fisik kota, dimulai dari kampung kecil di sekitar Muara sampai ke daerah Pasar Gadang dimana sampai saat ini masih meninggalkan bekas berupa bangunan-bangunan tua yang sarat dengan nilai budaya dan karya-karya arsitektur pada zamannya. Pada sisi lain kawasan ini di masa lalu juga terkenal dengan panorama alamnya yang indah ditambah lagi dengan latar belakang perbukitan dengan kuburan Tionghoa yang khas, dan ditopang pula oleh keberadaan Gunung Padang dengan legenda Siti Nurbaya, serta pantai Air Manis dengan legenda Malin Kundang. Namun dalam perkembangan selanjutnya, terutama semenjak menurunnya aktifitas Pelabuhan Muara maka kawasan tersebut telah berubah menjadi daerah belakang kota. Saat ini di sepanjang tepian sungai dan lereng-lereng bukit bertumbuhan rumahrumah dan bangunan liar dengan kondisi yang kurang sehat dan rawan terhadap bencana longsor. Kualitas air sungai pun tampak kotor dan tercemar, hal ini tidak terlepas dari kompleksnya aktivitas kehidupan masyarakat di kawasan Muara. Mengingat potensi tersebut di atas Pemerintah Kota Padang telah berketetapan menjadikan Padang menjadi

Kota Tujuan Wisata (KTW). Salah satu objek wisata handal yang berpeluang besar dalam hal ini adalah kawasan Padang Kota Lama (Padang Old Town) yang telah berperan menjadi pusat kota tempo dulu. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut, antara lain pembangunan bantaran sungai secara tegak sehingga kapal-kapal wisata bisa berlabuh, serta pembangunan jembatan Siti Nurbaya yang semua itu telah melalui perencanaan yang cukup panjang dan menelan biaya yang tidak sedikit. Memperhatikan situasi global saat ini yang belum kondusif, maka upaya menjadikan kawasan Muara menjadi kawasan wisata alternatif yang asri merupakan sebuah program jangka panjang. Namun demikian, kajian lingkungan dalam proses pembangunan sudah selayaknya dilakukan sedini mungkin, sehingga pembangunan yang direncanakan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sebaliknya kondisi lingkungan yang ada tetap mendukung tercapainya tujuan pembangunan. Dalam rangka pengelolaan kawasan Muara menjadi kawasan wisata yang berwawasan lingkungan, maka diperlukan informasi yang memadai tentang karakteristik dasar biofisik kimia, sosial ekonomi dan budaya penduduk di sekitar kawasan Muara. Sehingga upaya yang komprehensif dalam penyajian informasi lingkungan mutlak diperlukan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penelitian eksploratif pada kawasan Padang Selatan. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan pelaksanaan kajian ini adalah untuk : a. Mendapatkan data dasar fisika-kimia pada aliran air sungai dan air laut yang bermuara ke Muara Padang. b. Melihat kondisi perairan muara kota Padang yang dikaitkan dengan pengembangan wisata marina atau wisata air dan pesisir. Manfaat yang diharapkan Dengan adanya data dasar fisika dan kimia dari perairan, baik air tawar yang datang dari Sungai Batang Arau maupun air laut yang bermuara ke muara padang, diharapkan : - Tersedianya data dasar dalam upaya analisis dampak lingkungan pengembangan kawasan wisata Muara Padang yang dapat dijadikan sebagai acuan penyusunan AMDAL wisata marina. - Masyarakat, pemerintah daerah dan instansi terkait mendapat masukan informasi berkaitan dengan kondisi perairan terutama yang dikaitakan dengan rencana pembangunan kawasan wisata marina. METODOLOGI PENELITIAN LOKASI KAJIAN Kegiatan kajian fisika kimia kawasan Pelabuhan Muara Padang menjadi kawasan wisata marina meliputi administrasi Kelurahan : - Seberang Palinggam - Batang Arau - Bukit Gado Gado - Jembatan Babuai (Berok) - Belakang Pondok (Nipah) PENETAPAN SAMPEL KAJIAN Secara ekologis penetapan sampel adalah sebagai berikut : - Jembatan Seberang Padang - Jembatan Siti Nurbaya - Mulut Muara Padang - Pesisir Pantai Muara Padang - Pantai Air Manis Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar.1. Lokasi Pengambilan Sampel Air dan Udara DARATAN S A M U D E R A A1 Mulut Muara Pelabuhan Bongkar Muat Kapal Mentawai U3 A2 o G U1 Kantor PU Muara Gunung Padang Jembatan Siti Nurbaya U2 A3 Jembatan Babuai H I N D I A A4 I Pantai Air Manis Keterangan : A U : Sungai : Lokasi Pengambilan Sampel Air : Lokasi Pengambilan Sampel Udara Sumber : PKMKP (2002) METODE PENGUMPULAN DAN PARAMETER DATA Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. FISIK - KIMIA Parameter, yang diamati meliputi ; Kualitas Udara dan Debu mengacu pada Kep. 107/Bapelda/11/1977, Hidrologi, Karakteristik Pantai dan Kualitas Fisika- Kimia Perairan (sungai dan air laut) untuk tujuan prawisata dan rekreasi mengacu pada KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Baku Mutu Air untuk Pariwisata dan Rekreasi (untuk air laut), dan PP RI No. 82 Tahun 2001 (untuk sungai). Tabel baku mutu air laut dan sungai dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Baku Mutu Air Untuk Pariwisata dan Rekreasi (Untuk Air Laut) No. Parameter Satuan Baku Mutu Diperbolehkan Diinginkan I. FISIKA Warna Cu < 50 < 30 Bau Alami Nihil Kekeruhan Nephelometric < 30 < 10 Padatan tersuspensi mg/i < 23 < 20 Lapisan minyak Nihil Nihil Suhu 0 C Alami 26 30 II. KIMIA PH 6 5 6,5 8,5 Oksigen terlarut (DO) mg/l ± 10% Alami BOD 5 mg/l < 40 < 10 Amonia (NH 3-N) mg/l < 4 Nihil Sulfida (H 2S) mg/l (-) (-) Senyawa Fenol mg/l <0,002 Nihil Cr (heksavalen) mg/l <0,01 0,00004 Tembaga mg/l < 1 0,001 Seng mg/l < 15 0,002

Tabel 2. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (Untuk Air Sungai) No. Parameter Satuan Kelas I II I. FISIKA Temperatur o C Deviasi 3 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/l 1000 1000 Residu Tersuspensi mg/l 50 50 II. KIMIA ANORGANIK ph 6 9 6 9 BOD mg/l 2 3 COD mg/l 10 25 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6 4 Total Fosfat sebagai P mg/l 0.2 0.2 NO 3 sebagai N mg/l 10 10 NH 3-N mg/l 0.5 (-) Arsen mg/l 0.05 1 Kobalt mg/l 0.2 0.2 Barium mg/l 1 (-) Boron mg/l 1 1 Selenium mg/l 0.01 0.09 Kadmium mg/l 0.01 0.01 Khrom (VI) mg/l 0.05 0.05 Tembaga mg/l 0.02 0.02 Besi mg/l 0.3 (-) Timbal mg/l 0.03 0.03 Mangan mg/l 0.1 (-) Air raksa mg/l 0.001 0.002 Seng mg/l 0.05 0.05 Khlorida mg/l 500 (-) Sianida mg/l 0.02 0.02 Flourida mg/l 0.5 1.5 Nitrat sebagai N mg/l 0.05 0.05 Sulfat mg/l 400 (-) Khloro bebas mg/l 0.03 0.03 Belerang sebagai H 2S mg/l 0.02 0.02 III. KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak µg/l 1000 1000 Deterjen sebagai MBAS µg/l 200 200 Fenol µg/l 1 1 ANALISIS DATA Analisis data untuk parameter fisika dilakukan secara deskriptif analitik, dengan memperhatikan karakteristik perairan yang ada. Parameter fisika-kimia dilakukan pengukuran serta tabulasi dengan membandingkan dengan baku mutu lingkungan yang tersedia. HASIL DAN PEMBAHASAN FISIK - KIMIA Dalam kajian fisika-kimia di perairan Sungai Batang Arau Muara Padang dan air laut dipesisir pantai muara Padang, dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter kualitas udara dan kualitas perairan. Kualitas Udara Pengukuran kualitas udara kawasan Muara Padang dilakukan di 3 (tiga) lokasi yaitu Simpang Air Manis, Jembatan Siti Nurbaya, dan Muara Padang. Hasil pengamatan dibandingkan dengan Kep. 107/Kabapedal/11/1997. Parameter yang diukur adalah Partikulat, Sulfurdioksida (SO 2 ), Nitrogen (NO 2 ) dan Carbonmonooksida (CO).

Secara umum kondisi kualitas udara di kawasan Muara Padang bervariasi dari baik berbahaya. Parameter yang mengkhawatirkan adalah CO yang menunjukkan kondisi berbahaya menurut indek ISPU pada semua lokasi pengamatan. Parameter debu menunjukkan kondisi tidak sehat (Muara Padang dan Simpang Air Manis). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat Tabel 3. Dilihat dari aktifitas yang terjadi di kawasan Muara Padang, maka dapat diperkirakan kondisi CO dan debu kualitas udara yang mengkhawatirkan kesehatan tersebut disebabkan oleh emisi transportasi kendaraan dan motor kapal. Tabel. 3. Hasil Analisa Kualitas Udara dan Debu (Dibandingkan dengan Keputusan 107/Bapedal/11/1997 tentang Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara Untuk Setiap Parameter Pencemar) No. Lokasi No 2 (ppm) Kategori Rentang 1. 2. 3. Simpang Air Manis Jembatan Siti Nurbaya Muara Padang 46,05 20,20 356,5 Baik Baik Berbahaya 0-50 >300 So 2 (ppm) Kategori Rentang 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. Simpang Air Manis Jembatan Siti Nurbaya Muara Padang Simpang Air Manis Jembatan Siti Nurbaya Muara Padang Simpang Air Manis Jembatan Siti Nurbaya Muara Padang 132 Tidak sehat 101-199 120 135 CO (ppm) Kategori Rentang 212,82 Sangat tidak sehat 201-299 110,0 Tidak sehat 101-199 190,0 Tidak sehat Debu (ppm) Kategori Rentang 180 110 200 Sumber. Laboratorium Jasa Analisis Jurusan Kimia FMIPA UNAND (2003) Tidak sehat Tidak sehat Sangat tidak sehat 101-299 200-299 KUALITAS FISIKA DAN KIMIA ALIRAN SUNGAI DAN AIR LAUT KAWASAN MUARO PADANG 1. SUNGAI BATANG ARAU Hasil analisis fisika dan kimia perairan Sungai Batang Arau yang diperoleh dibandingkan dengan PP No. 82/2001 tentang klasifikasi dan kriteria mutu air. Dalam hal ini dipakai kelas dua yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, sebagaimana rencana pemanfaatan daerah Muara sebagai kawasan wisata. KONDISI FISIKA ALIRAN SUNGAI BATANG ARAU a. Suhu Perairan Suhu air sangat mempengaruhi reaksi kimia dan biologis perairan tersebut. Peningkatan suhu menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut menurun sehingga mempengaruhi kehidupan organisme perairan. Hasil pengukuran insitu menunjukkan bahwa suhu perairan Sungai Batang Arau berkisar 27 o C. Bila dibandingkan dengan nilai ambang batas, suhu di perairan ini masih dalam batas normal. Suhu dalam batas tersebut memberi kemungkinan terjadinya proses metabolisme organisme berjalan dengan baik. b. Zat Padatan Tersuspensi (ZPT) Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air. Besarnya kandungan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis. Hasil analisis menunjukkan bahwa zat

padat tersuspensi di titik sampel Jembatan Siti Nurbaya 16 mg/l dan Jembatan seberang Padang 40 mg/l, keduanya masih di bawah ambang batas sebesar 50 mg/l. Akan tetapi keadaan ZPT di daerah Jembatan Seberang Padang perlu diwaspadai karena nilainya hampir mendekati ambang batas. KONDISI KIMIA ALIRAN SUNGAI BATANG ARAU a. ph Nilai ph suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Pada keadaan normal nilai pengukuran lapangan (in situ) menunjukkan bahwa ph air di Jembatan Siti Nurbaya dan Jembatan Seberang Padang sebesar 6,39 dan 7,39. Hasil ini menunjukkan bahwa ph ini masih berada dalam standar baku mutu yaitu sebesar 6 9. Kualitas ph yang relatif normal ini memberi peluang penggunaan kawasan Muara untuk aktifitas pariwisata, karena memberi kemungkinan organisme perairan berkembang biak sehingga memberi nilai untuk aktifitas rekreasi air. b. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Nilai BOD merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme perairan untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan buangan organik di dalam air. Pengukuran BOD sangat penting dalam pengelolaan limbah dan pengelolaan kualitas air, karena parameter ini dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah oksigen yang akan dibutuhkan untuk menstabilkan buangan organik yang ada secara biologis dalam suatu perairan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai BOD di Jembatan Siti Nurbaya sebesar 2,35 mg/l dan Jembatan Seberang Padang 2,89 mg/l, bila dibandingkan dengan baku mutu maka sudah diambang baku mutu yaitu < 3 mg/l. c. Chemical Oksigen Demand (COD) Dari hasil survei lapangan dan setelah dilakukan analisis di laboratorium ternyata nilai COD di aliran Sungai Batang Arau yang diambil pada dua titik sampel masih berada di bawah baku mutu. Kedua titik sampel tersebut adalah di Jembatan Seberang Padang dengan nilai COD 3,82 mg/l dan di Jembatan Siti Nurbaya dengan nilai COD 9,05 mg/l. Sedangkan baku mutu nilai COD untuk air sungai adalah 25 mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan kawasan Muara yang dialiri oleh Batang Arau masih boleh untuk aktifitas wisata. d. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut dalam suatu perairan berperan penting bagi kehidupan organisme akuatik. Suatu perairan dikatakan tercemar bila kandungan oksigen terlarutnya telah menurun sampai di bawah batas yang dibutuhkan untuk kehidupan biota. Penyebab utama menurunnya kandungan oksigen terlarut di dalam air adalah zat pencemar yang terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik yang berasal dari berbagai sumber. Perairan yang baik bagi kehidupan organisme (termasuk ikan) adalah bila kandungan oksigen terlarutnya lebih besar dari 4 mg/l. Bila konsentrasi oksigen terlarutnya kurang dari 2 mg/l, maka dapat mengganggu kehidupan organisme perairan. Hasil pengukuran lapangan (in situ) menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut diperairan di titik sampel Jembatan Siti Nurbaya menunjukkan nilai 5,0 mg/l dan di Jembatan Seberang Padang 4,0 mg/l. Kondisi tersebut sudah diambang standar yang telah ditetapkan, yaitu

minimal 4 mg/l, dan ini perlu ditingkatkan pengawasannnya. Secara umum kandungan DO di kawasan aliran air di Pelabuhan Muara hampir dalam batas minim. Rendahnya kandungan oksigen terlarut di Jembatan Siti Nurbaya dan Muara Padang, disebabkan oleh banyaknya polutan organik yang dihasilkan oleh industri di bagian hulu sungai dan aktifitas penduduk sekitar kawasan Muara. e. Amoniak Menurut baku mutu yang digunakan keberadaan amoniak merupakan parameter yang dipersyaratkan. Nitrogen dalam suatu perairan dapat berbentuk senyawa amoniak. Senyawa-senyawa tersebut dapat dihasilkan dari limbah industri dan pemukiman. Dari analisis laboratorium diperoleh kandungan amoniak di Jembatan Seberang Padang sebesar 0,06 mg/l dan di Jembatan Siti Nurbaya sebesar 0,22 mg/l. Hal ini berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan yaitu PP RI No. 82 Tahun 2001 ditetapkan nihil. Oleh sebab itu perairan di lokasi ini sudah tidak layak digunakan untuk aktifitas rekreasi air karena dikhawatirkan pengguna akan mengalami gatal-gatal di kulit. f. Fenol Keberadaan fenol di titik sampel Jembatan Siti Nurbaya dan Jembatan seberang Padang tidak terdeteksi. Baku mutu menyatakan batas maksimum sebesar 1 µg/l. Keberadaan fenol dapat menyebabkan masalah yang serius pada industri makanan dan sayuran. g. Detergen sebagai MBAS Deteksi terhadap Methylene Blue Active Substances (MBAS) menunjukkan keberadaan Alky Benzene Sulfonate (ABS), Linear Alkylate Sulfonate (LAS) dan senyawa lain yang berkaitan dengan methylene blue. Air cucian rumah tangga yang menggunakan ABS sebagai bahan aktif biasanya mengandung 200 1000 mg/l. ABS dan LAS mengandung phosphate yang dapat meningkatkan kesuburan tanaman air (eutrifikasi). h. Logam Berat (Cr, Zn, Pb, Hg, Fe dan Cu) Logam berat adalah logam yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gr/cm 3, terletak pada sudut kanan bawah daftar berkala dan biasanya bernomor atom 22 hingga 92 pada periode 4 sampai 7. Umumnya logam berat ini mempunyai affinitas yang tinggi terhadap unsur sulfida. Adapun sifat dari logam ini adalah tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Hasil pengukuran kandungan 6 parameter logam berat (Zn, Cr, Pb, Hg, Fe dan Cu) pada perairan Sungai Batang Arau menunjukkan adanya keberadaan logam berat, yaitu Zn, dan Fe. Sedangkan untuk Cr, Pb, dan Hg tidak ditemukan. Di Jembatan Siti Nurbaya ditemukan Zn sebesar 0,035 mg/l, dan Fe 0,10 mg/l. Sedangkan di stasiun Seberang Padang ditemukan Fe sebesar 0,15 mg/l. Menurut standar baku mutu Zn adalah 0,05 mg/l, sedangkan Fe nihil. Membandingkan keadaan tersebut maka keberadaan logam berat di lokasi ini sudah harus diwaspadai untuk kegiatan pemakaian perairan bagi kegiatan wisata, sebab logam ini dapat bereaksi dengan unsur lainnya. i. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok padatan yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air. Minyak dan lemak tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti pencucian kapal, transportasi air, buangan industri dan domestik.

Dari hasil pengamatan di titik sampel Jembatan Siti Nurbaya menunjukkan nilai 200 mg/l dan di Jembatan Seberang Padang 110 mg/l. Menurut baku mutu yang ada hasil ini telah melebihi ambang batas maksimum 1000 µg/l. Hasil analisa kualitas air sungai yang terdapat di perairan Sungai Batang Arau dapat dilihat pada Tabel 4. KONDISI FISIKA DAN KIMIA AIR LAUT DI PESISIR PANTAI DAN MUARA PADANG Hasil analisis fisika dan kimia perairan Pesisir Pantai Dan Muara Padang yang diperoleh dibandingkan dengan KEP- 02/MENKLH/I/1998 Tentang Baku Mutu untuk Pariwisata dan Rekreasi. KONDISI FISIKA batas, suhu di perairan ini masih dalam batas normal. b. Zat Padatan Tersuspensi (ZPT) Hasil analisis menunjukkan bahwa zat padat tersuspensi di titik sampel Muara Padang sebesar 94 mg/l, Pantai Muara Padang 12 mg/l, dan Pantai Air Manis 2 mg/l, semuanya masih di bawah ambang batas sebesar 20 mg/l, kecuali di Muara Padang sebesar 94 mg/l. Nilai ZPT di Muara Padang ini jauh di atas baku mutu. Tingginya sedimen di titik sampling Muara Padang, tampaknya lebih disebabkan oleh aktifitas penduduk di kawasan Muara, yaitu bongkar muat kapal-kapal niaga dan berlabuhnya kapal-kapal nelayan baik yang masih aktif maupun yang berupa onggokan yang tak terpakai. a. Suhu Perairan Hasil pengukuran Insitu menunjukkan bahwa suhu perairan pesisir pantai dan Muara Padang berkisar 27 o C. Bila dibandingkan dengan nilai ambang Tabel. 4. Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Yang Terdapat di Perairan Sungai Batang Arau, Kota Padang No. Parameter Satuan Lokasi Jemb. Seb. Padang Jemb. Siti Nurbaya Baku Mutu A. Fisika 1. Suhu 0 C 27 27 Deviasi 3 2. TSS mg/l 40 16 50 3. Minyak dan lemak mg/l 110 200 1000 µg/l B. Kimia Non Logam Organik 1. PH - 7,39 6,39 6-9 2. DO mg/l 5,0 4,0 4 3. BOD mg/l 2,35 2,89 3 4. COD mg/l 3,82 9,05 25 5. N-NH 3 mg/l 0,06 0,22-6. Sulfida mg/l 0,004 0,005 0,02 7. MBAS mg/l 0,003 0,005 200 µg/l 8. Fenol mg/l ttd ttd 1 µg/l 9. Cr mg/l ttd ttd 0,05 10. Zn mg/l ttd 0,035 0,05 11. Pb mg/l ttd ttd 0,03 12. Hg mg/l ttd ttd 0,002 13. Cu mg/l ttd ttd 0,02 14. Fe mg/l 0,15 0,10 - Sumber : Laboratorium Jasa Analisis Jurusan Kimia FMIPA UNAND (2003) Keterangan : ttd tidak terdeteksi

c. Warna Hasil analisis di titik sampel Muara Padang menunjukkan warna dengan nilai < 1, pada Pantai Muara Padang < 1 dan Pantai Air Manis < 1. Mengacu dari baku mutu yang digunakan untuk air laut ternyata hasil ini masih diinginkan yaitu < 30. d. Bau Hasil pengamatan di titik sampel Muara Padang menunjukkan bahwa perairannya tidak berbau, pesisir Pantai Muara Padang juga tidak berbau, dan Pantai Air Manis juga tidak berbau. Sepintas perairan tersebut berbau, namun bau tersebut disebabkan oleh sampah-sampah yang tinggal di sepanjang aliran dan di Muara. Dari hasil tersebut kalau dibandingkan dengan baku mutu yang ada, ternyata hasil ini masih diperbolehkan untuk kawasan wisata. KONDISI KIMIA PERAIRAN a. ph Pengukuran lapangan (in situ) menunjukkan bahwa ph air kawasan Muara Padang, pesisir Pantai Muara dan Pantai Air Manis, berkisar antara 6,12 6,30. ph masih dalam batas yang diinginkan jika dibandingkan dengan baku mutu, yaitu 6,5 8,5. ph yang relatif normal ini memberi peluang penggunaan kawasan Muara untuk aktifitas pariwisata, karena memberi kemungkinan organisme perairan berkembang biak sehingga memberi nilai tambah rekreasi air. Nilai ph yang ada saat ini perlu dipertahankan dan semuanya akan simultan dengan tingkat kualitas perairan setempat. b. Oksigen Terlarut (DO) Hasil pengukuran lapangan (in situ) menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut di Muara Padang 3,8 mg/l, pesisir Pantai Muara Padang 5,5 mg/l dan Pantai Air Manis 6,0 mg/l. Kandungan oksigen untuk daerah Muara dibandingkan dengan baku mutu sudah melebihi batas minimum yang ditetapkan, dimana menurut baku mutu kandungan oksigen yang diinginkan adalah > 5 mg/l. Rendahnya kandungan oksigen terlarut di Muara Padang, disebabkan oleh banyaknya polutan organik yang dihasilkan oleh industri di bagian hulu sungai dan aktifitas penduduk sekitar kawasan Muara. Sedangkan di pesisir Pantai Muara Padang sudah mulai diambang batas baku mutu. Hal ini dikhawatirkan untuk masa yang akan datang akan sama halnya dengan Muara Padang. c. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai BOD pada kawasan pesisir Pantai Muara Padang dan Pantai Air Manis antara 0,75 3,42 mg/l. Bila dibandingkan dengan baku mutu BOD air laut, hasil ini masih dalam batas yang diinginkan yaitu < 10 mg/l. d. Amoniak Nitrogen dalam suatu perairan dapat berbentuk senyawa amoniak. Senyawa-senyawa tersebut dapat dihasilkan dari limbah industri dan limbah pemukiman. Hasil analisis air di Muara Padang menunjukkan kandungan amoniak 0,23 mg/l, sedangkan di pesisir Pantai Muara Padang dan Pantai Air Manis tidak terdeteksi. Kalau dibandingkan dengan baku mutu air laut yang diperbolehkan adalah < dari 4 mg/l. Apabila dilihat kandungan amoniak di perairan Sungai Batang Arau, sudah sangat mengkhawatirkan. Mengingat aliran sungai ini bermuara langsung ke laut, dan supaya amoniak ini tidak masuk ke laut, maka aliran sungai Batang Arau perlu sekali mendapat perhatian serius.

e. Minyak dan Lemak Dari hasil pengamatan di kawasan pesisir Pantai dan Muara Padang Sungai Batang Arau menunjukkan bahwa kandungan minyak dan lemak berkisar 1,000 55,600 mg/l. Menurut baku mutu yang ada hasil ini telah melebihi ambang batas, terutama adalah di Pantai Muara Padang dan Pantai Air Manis yaitu 49,000 dan 55,600 mg/l. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kedua lokasi tersebut menjadi tempat lalu lintas kapal dari pelabuhan Bungus ke tempat sandar, sehingga pada saat pulang pergi mereka membuang hasil cucian kapal. f. Logam Berat (Cr, Zn, Pb dan Cu) Logam memiliki sifat tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Hasil pengukuran kandungan 4 parameter logam berat (Cr, Zn, Pb, dan Cu) pada perairan laut Muara Padang, pesisir Pantai Muara Padang dan Perairan Pantai Air Manis menunjukkan tidak ditemukannya keberadaan Cr, Zn dan Pb. Sedangkan untuk kadar Cu hanya ditemukan pada air laut Muara Padang yaitu sebesar 0,056 mg/l, dan untuk dua lokasi lainnya tidak terdeteksi. Standar baku mutu air laut untuk Cu adalah < 1mg/l yang diperbolehkan, dan yang diinginkan 0,001 mg/l. g. Sulfida Dari hasil pengamatan kandungan sulfida tertinggi sebesar 0,007 mg/l terdapat di daerah Muara Padang sedangkan pantai Muara Padang dan Air Manis lokasi yang tidak ditemukan sulfida. Menurut baku mutu sulfida adalah parameter yang tidak dipersyaratkan. h. Fenol Menurut baku mutu yang diinginkan, senyawa fenol diharapkan tidak ada didapati dalam sampling yang dianalisa di laboratorium. Sedangkan kandungan yang diperbolehkan < 0,002 mg/l. Dari hasil pengamatan di ke tiga titik sampling tidak ditemukan senyawa fenol. Hasil analisa kualitas air laut pada Muara Padang, pesisir Pantai Muara, dan perairan Air Manis dapat dilihat pada Tabel 5. Kegiatan transportasi air pada perairan Pelabuhan Muara menunjukkan intensitas yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari kapal masuk dan keluar Pelabuhan Muara dimana kegiatan ini akan menghasilkan limbah baik dari kapal maupun penumpang. Tingginya intensitas kunjungan kapal membawa konsekwensi semakin banyaknya limbah yang dihasilkan seperti sampah makanan/minuman, tumpukan oli/minyak dan sebagainya. Kecelakaan kapal yang terjadi di perairan Pelabuhan Muara juga memberikan kontribusi terhadap pencemaran kawasan Pelabuhan Muara. Bangkai kapal yang dibiarkan tenggelam di dasar perairan Pelabuhan Muara juga memberikan kontribusi terhadap pencemaran kawasan Pelabuhan Muara, terutama pencemaran organik dan logam berat. Secara rinci sumber-sumber pencemaran di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau, sangat terkait dengan aktifitas di hulu sampai ke hilir yang dimulai dari kerusakkan hutan, industri, aktifitas rumah tangga dan aktifitas di perairan itu sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel. 5. Hasil Analisa Kualitas Perairan Laut Pantai dan Muara Padang No. Parameter Satuan Muara Padang Lokasi Pantai Muara Padang Pantai Air Manis Baku Mutu Diperbolehkan Diinginkan A. Fisika 1. Warna Cu < 1 < 1 < 1 < 50 < 30 2. Bau mg/l Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Alami Nihil 3. Suhu 0 C 27 27 27 Alami 26-30 4. TSS mg/l 94 12 2 < 23 < 20 5. Minyak dan lemak mg/l 1,000 49,000 55,600 Nihil Nihil B. Kimia Non Logam Organik 1. PH - 6,30 6,2 6,12 6 5 6,5 8,5 2. DO mg/l 3,8 5,5 6 > 5 > 5 3. BOD mg/l 3,42 0,86 0,75 < 40 < 10 4. COD mg/l 10,99 16,5 17,0 5. N-NH 3 mg/l 0,23 ttd ttd < 4 Nihil 6. Sulfida mg/l 0,007 ttd ttd - - 7. MBAS mg/l 0,002 ttd ttd - - 8. Fenol mg/l ttd ttd ttd < 0,002 Nihil 9. Cr mg/l ttd ttd ttd < 0,01 0,00004 10. Zn mg/l ttd ttd ttd < 15 0,002 11. Pb mg/l ttd ttd ttd < 0,05 <0,00002 13. Cu mg/l 0,056 ttd ttd < 1 0,001 Sumber : Laboratorium Jasa Analisis Jurusan Kimia FMIPA UNAND (2003) Keterangan : ttd tidak terdeteksi Tabel. 6. Jenis Aktifitas Dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Arau yang Berpotensi Terhadap Kerusakan Sungai No. Aktifitas/Kegiatan Lokasi I. DAS BATANG ARAU BAGIAN HULU 1. Penebangan Liar Pada Kawasan Hutan Seluas 310 Ha Lubuk Paraku 2. Penambangan Bahan Galian Golongan C 487 Ha a. Kegiatan Penambangan Batu Kapur Silika untuk keperluan PT. Semen Bukit Karang Putih Padang Luas 100 Ha b. Kegiatan Penambangan Tanah Liat/Clay 87 Ha Lubuk Paraku c. Kegiatan Penambangan Pasir, Batu, Kerikil oleh Masyarakat Kelurahan Taratak d. Kegiatan Penambangan Pasir, Batu, Kerikil oleh PT. MRM Kelurahan Kampung Duku 3. Kegiatan Pertanian (persawahan/perladangan, peternakan dan perikanan) Kec. Pauh 1398,5 Ha 4. Kegiatan Industri (besar, menengah kecil) a. Industri Besar PT. Semen Padang, Pengolahan Rotan, Penggergajian Kec. Lubuk Kilangan Kayu dan Pengolahan Kayu Ekspor, Industri Pengolahan Karet b. Industri Menengah/Kecil terdapat 177 buah Kelurahan Tanjung Sabar c. Aktifitas Pemukiman Penduduk 297,5 Ha Kec. Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Pauh d. Aktifitas Usaha Perniagaan Bengkel/Pool Kendaraan 3 buah e. Rumah Makan 9 buah f. Aktifitas/Kegiatan Fasilitas Umum Dan Sosial, Rumah Sakit, Laboratorium Kimia, Pasar Bandar Buat II. DAS BATANG ARAU BAGIAN HILIR 1. 10 % Berubah Menjadi Areal Perladangan Bukit Batu Putih 2. Pertanian Seluas 264 Ha DAS Batang Jirak 3. Pemukiman Seluas 1120 Ha 4. Industri Besar a. Pengolahan Karet PT. Batang Hari Barisan Batuang Taba b. Pabrik Minyak Goreng PT. Incasi Raya Batuang Taba c. Pengolahan Karet PT. Kilang Limo Gunung Banuaran d. Pengolahan Karet PT. Gurun Laweh Gurun Laweh 5. Aktifitas/Kegiatan Usaha dan Perniagaan Perbengkelan, Rumah Makan, Restoran, Pertokoan, Pergudangan, Pompa DAS Bagian Hilir Bensin, Percetakan, Tempat Pencucian Kendaraan, Hotel 6. Aktifitas Fasilitas Umum Dan Sosial a. Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Polri, RS. M. Jamil, RS. Ibnu Sina, RS. DAS Batang Arau Restu Ibu, b. Pasar Bandar Buat, Pasar Raya, dan Pasar Tanah Kongsi DAS Batang Arau Sumber : Bapedalda dan PKMKP (2002)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Dari hasil data fisik-kimia yang diperoleh dan dilakukan analisis, maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut : Fisik-kimia Iklim : Parameter NO 2, berdasarkan ISPU untuk lokasi Simpang Air Manis dan Jembatan Siti Nurbaya menunjukkan kondisi baik, sementara pada kawasan Muara Padang kondisinya berbahaya. Parameter SO 2 berdasarkan ISPU untuk lokasi Simpang Air Manis, Jembatan Siti Nurbaya dan Muara Padang menunjukkan kondisi yang tidak sehat. Parameter CO berdasarkan ISPU untuk lokasi Simpang Air Manis menunjukkan kondisi yang sangat tidak sehat, sementara untuk Jembatan Siti Nurbaya dan kawasan Muara Padang menunjukkan kondisi yang tidak sehat. Sedangkan parameter debu berdasarkan ISPU untuk lokasi Simpang Air Manis dan Jembatan Siti Nurbaya menunjukkan kondisi yang tidak sehat, sementara kawasan Muara Padang kondisinya sangat tidak sehat. Hidrologi : Hasil pengamatan terhadap kualitas air menunjukkan beberapa parameter yang melebihi baku mutu air sungai, yaitu parameter NH 3 ; 0,06-0,22 mg/l (baku mutu nihil), DO ; 4-5 mg/l (baku mutu 4 mg/l), hal ini sudah pada tingkat diwaspadai dan tercemar. Sedangkan minyak dan lemak (di Pantai Muara Padang yaitu 49 mg/l dan Pantai Air Manis sebesar 55,6 mg/l), sedangkan pada baku mutu disyaratkan nihil, juga untuk parameter padatan tersuspensi (TSS) di Jembatan Seberang Padang dan Muara Padang sudah sangat mengkhawatirkan. dengan kawasan lindung Gunung Padang dan daerah pemukiman, hendaknya tetap memperhatikan prinsip-prinsip seperti di bawah ini : 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya masyarakat sekitar pada khususnya dan Padang umumnya yang relatif masih bersifat religius. Untuk itu pengembangan lebih lanjut harus dilakukan kajian AMDAL yang komprehensif tak terkecuali aspek sosial budaya. 2. Perlu segera dicarikan jalan keluar terhadap penumpukan kapal-kapal di bantaran Sungai Batang Arau yang menimbulkan dampak ikutan berupa kesan kumuh dan pengotoran sungai dari air cucian kapal. 3. Diperlukan instalasi pengolahan air limbah domestik Kota Padang untuk mengurangi beban pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas domestik. Ucapan Terima Kasih Penulis mengaturkan terima kasih kepada Pemda Kota Padang, atas bantuan dana dalam kegiatan ini, dan terima kasih kepada rekan-rekan di Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Padang. REKOMENDASI Rencana pengembangan wisata kawasan Muara Padang menjadi kawasan wisata marina yang lokasinya berdampingan

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan No. 02/MENKLH/I/1988. Sekretariat MENKLH. Jakarta. Anonymous. 1999. Padang Dalam Angka. BPS Provinsi Sumatera Barat. Anonymous. 1999. Himpunan Peraturan Perundang-undangan. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 459 halaman. Biro Bantuan Pengembangan Regional II Bandung. 12 Halaman. Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Soemarwoto, O. 1999. Ekoefisiensi Dalam Perencanaan Tata Ruang UKPI HMPTL. Bandung. 7 halaman. Anonymous. 2000. Studi Eksploratif Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak di Provinsi Riau. Laporan Penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Riau Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. Anonymous. 2002. Sepuluh Tahun Dinamika Kota Padang 1993 2003. Pemerintah Kota Padang. 98 halaman. Bapedalda dan PKMKP. 2002. Proyek Kajian Dampak Lingkungan Kawasan Pelabuhan Muara Menjadi Kawasan Wisata, T.A. 2002. Kerjasama Bapedalda Kota Padang dengan PKMKP Universitas Bung Hatta. Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 273 halaman. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Mawardi, I. 1999. Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Kepala