BAB I PENDAHULUAN. setiap kegiatan program pembangunan tersebut. dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 75 /KPTS/013/2017 TENTANG

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

30 DIMANA DILAKSANAKAN? 3 SAMBUTAN DAN KATA PENGANTAR 6 HIDUP SEHAT DAN SEJAHTERA DENGAN AIR MINUM DAN SANI- TASI BERKUALITAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tekanan terhadap kualitas dan kuantitas sumber daya air semakin meningkat dan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERENCANAAN PARTISIPATIF

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang berkembang yang giat giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TABLE A.2.1 REKAPITULASI EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RENJA SKPD DAN PENCAPAIAN RENSTRA SKPD S/D TAHUN 2012 (TAHUN BERJALAN)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO-UNICEF dalam joint monitoring 2004, perihal kinerja sektor Air Minum dan Sanitasi.

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam

AB/I-1/2013 MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI SPM

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Pasaman Visi : Visi : Visi dan Misi Kabupaten Pasaman

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2009

SAMBUTAN KEPALA DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

SINERGI PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun dengan potensi unggulan dan karakteristik daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

BAB I PENDAHULUAN. terjadi reformasi yang mengakibatkan pergantian sistem sentralisasi dengan sistem

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PPSP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan senantiasa berlangsung secara alami sebagaimana pada era-era sebelumnya,

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi (terpusat) ke desentralisasi (otonomi daerah) mempengaruhi pelaksanaan pembangunan di negeri ini. Dimana dahulunya masyarakat hanya ditempatkan sebagai pelaksana atau penerima manfaat program pembangunan yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat, tapi sekarang masyarakat diposisikan sebagai pelaku utama dalam pembangunan tersebut. Artinya pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan program pembangunan tersebut. Berubahnya sistem pemerintahan tersebut menghasilkan paradigma baru pembangunan yaitu pemberian peran yang lebih besar kepada masyarakat dan menempatkannya sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan, lebih dikenal dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka sendiri. Perlibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan-pelaksanaan-monitoring-evaluasi. Pengerahan massa (mobilisasi) diperlukan jika program berupa padat karya. Merujuk pada defenisi pembangunan partisipatif tersebut, terlihat bahwasanya masyarakat menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Artinya partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembangunan tersebut. Menurut Mubyarto (1997) partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Suhartanta (2001) memberikan definisi partisipasi sebagai suatu proses para pihak yang terlibat dalam suatu program/proyek, yang ikut mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif pembangunan dan pengambilan keputusan serta pengelolaan sumber daya pembangunan yang mempengaruhinya. Menurut Setiawan (2012) partisipasi sangat penting dan strategis bagi pembangunan diri dan aktivitas pembangunan pada umumnya. Conyers (1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal, (2) Masyarakat mempercayai program pembangunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut, (3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan. Ada banyak kegiatan pembangunan yang dilaksanakan terutama di tingkat desa/nagari yang dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan pendekatan partisipatif, diantaranya penyediaan air minum untuk masyarakat desa/nagari. Air minum dan air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat pedesaan dan perkotaan yang tidak bisa dikesampingkan sebagai bukti pembangunan pedesaan/perkotaan tersebut telah tercapai. Kebutuhan air bersih ini tidak hanya pemerintah Indonesia yang mengakui harus dapat terpenuhi untuk masyarakat pedesaan, namun dunia juga mengakui akan kebutuhan dan ketersediaan air bersih untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan.

Oleh karena itu pemerintah membuat Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang telah dilaksanakan semenjak tahun 2008 sampai saat sekarang ini. Penyelenggaraan program PAMSIMAS dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Program ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh tahapan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap pengoperasian dan pemeliharaan. Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat. Program PAMSIMAS ini terdiri dari dua tahap, dimana tahap I dilaksanakan pada tahun 2008-2012 dan tahap II dilaksanakan pada tahun 2013-2016, dimana wilayah pelaksanaanya secara umum adalah seluruh desa yang ada di Indonesia tak terkecuali di Provinsi Sumbar. Kota Padang merupakan salah satu wilayah tempat pelaksanaan program PAMSIMAS. Terdapat sebanyak 7 kecamatan, 30 Kelurahan dan 47 lokasi sasaran wilayah pelaksanaan program PAMSIMAS I di Kota Padang. Dimana Kecamatan Koto Tangah merupakan wilayah terbanyak memiliki lokasi sasaran yaitu sebanyak 13 lokasi, dengan jumlah KK yang terlayani sebanyak 1252 KK (PAMSIMAS tahun 2012).

Kota Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat yang jelas nyata masyarakatnya hidup dalam kondisi keberagaman. Selain itu ciri-ciri masyarakat kota adalah lebih mandiri. Interaksi yang terjadi lebih banyak berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi, Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu, pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata (Daldjoeni, 1997). Artinya pada saat merujuk pada ciri-ciri masyarakat kota tersebut, terlihat bahwasannya untuk menerapkan konsep partisipasi dalam pembangunan khususnya pada program PAMSIMAS akan mengalami kendalakendala yang dapat mengganggu tercapainya tujuan program. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang ada di Kecamatan Koto Tangah. Kondisi masyarakat yang sudah tidak homogen lagi, banyak pendatang yang bermukim di daerah ini, mempengaruhi karakteristik dari kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Selain itu daerah ini juga menjadi wilayah pengembangan kota Padang, sehingga pembangunan tidak bisa terhindarkan lagi yang berdampak terhadap semakin beragamnya aktivitas masyarakat. Bukti permasalahan partisipasi dalam program PAMSIMAS yaitu masih kurangnya kemandirian masyarakat dalam hal merawat ataupun memperbaiki instalasi air jika mengalami gangguan, artinya keberlanjutan kemandirian masyarakat belumlah sepenuhnya tercapai. Dimana harapannya masyarakat tidak hanya terlibat sampai pelaksanaan pembangunan infrastruktur air minum, melainkan masyarakat juga diharapkan partisipasinya pasca pembangunan sarana dan prasarana air minum di daerahnya seperti partisipasi masayarakat untuk

menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang telah dibangun melalui program PAMSIMAS tersebut (hasil wawancara dengan koordinator PAMSIMAS pusat). Oleh karena itu ada kejanggalan dari harapan dan kenyataan terkait partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PAMSIMAS tersebut yang dilaksanakan di Kota Padang. Menurut Oppenheim dalam Setiawan (2012) terjadinya partisipasi dari individu masyarakat jika; (1) ada unsur yang mendukung dalam diri seseorang yaitu kemauan dan kemampuan berpartisipasi; (2) terdapat iklim atau lingkungan yang memungkinkan terjadinya prilaku (partisipasi). Merujuk pada pendapat Setiawan (2012) kurangnya partisipasi masyarakat pada umunya dalam program pembangunan dipengaruhi oleh; (1) seberapa kuat tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kelembagaan dan modal-modal sosial yang menjadi atributnya; (2) secara sosial ekonomi, adakah keterkaitan antara kegiatan dengan felt need dan real need masyarakat; (3) seberapa efektifnya komunikasi dan koordinasi kegiatan; (4) adakah kebebasan (demokrasi) bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PAMSIMAS sangat menentukan keberlanjutan yang diharapkan oleh program ini. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat nagari dalam pelaksanaan program tersebut. Berdasarkan deskripsi di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik utama yang akan dibahas dan ungkap dalam penelitian ini adalah Seberapa Besar Tingkat dan Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pamsimas dan hubunganya dengan keberlanjutan yang diharapkan oleh program Pamsimas di Kota Padang.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian di atas adalah: Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang 1) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program PAMSIMAS di Kecamatan Koto Tangah? 2) Apa faktor-faktor pendorong masyarakat berpartisipasi dalam program PAMSIMAS di Kecamatan Koto Tangah? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini diantaranya yaitu: 1) Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Pamsimas di Kecamatan Koto Tangah. 2) Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong masyarakat berpartisipasi dalam program PAMSIMAS di Kecamatan Koto Tangah. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu: 1) Bagi penulis bermanfaat sebagai pendalaman pemahaman mengenai teori partisipasi masyarakat dalam program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Selain itu, konsep partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan bidang kerja penulis sebagai aparatur pemerintahan yang sering melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan kedinasan. 2) Untuk pemerintah terutama Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang selaku penanggungjawab kegiatan program PAMSIMAS, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan mereka dalam hal mengatasi

permasalahan keberlanjutan ketersediaan air minum masyarakat nagari pasca dilaksanakannnya program PAMSIMAS tersebut. 3) Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan tambahan atau masukkan atau pijakan mereka untuk melakukan penelitian yang terkait dengan topik yang penulis buat.