PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK RAKYAT MELALUI BUDIDAYA ANEKA TERNAK LOVEBIRD DAN ULAT HONGKONG DI MALANG DAN BLITAR

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 39-48, 2017

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

Enceng Sobari. Trik Jitu menangkarkan Lovebird. Sang Burung Primadona

III. METODE PENELITIAN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. semakin dilirik oleh para penghobi burung kicauan diberbagai daerah.

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

Penyiapan Mesin Tetas

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor) Sumber: Burung Berkicau (2010)

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR. JANGKRIK KALUNG (Grylus bimaculatus) KUNCI SUKSES BURUNG KICAU BIDANG KEGIATAN: PKM-K.

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

BAB III METODE PENELITIAN

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Tugas Karya Ilmiah Peluang Bisnis BETERNAK LANDAK MINI. Disusun oleh : Aji Saputro S1TI 6A

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

MATERI DAN METODE. Materi

RANGRANG DALAM TOPLES KELOMPOK BUDIDAYA KROTO

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

MATERI DAN METODE. Materi

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

Gambar 2. Induk Babi Bunting yang Segera Akan Beranak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karya Ilmiah Peluang Bisnis

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BISNIS PEMBESARAN MURAI BATU SEBAGAI SARANA MENUJU MAHASISWA MANDIRI BIDANG KEGIATAN: PKM-K.

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

I Peternakan Ayam Broiler

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

I. PENDAHULUAN. juga meningkat, berdasarkan data dari BPS (2017), dari tahun terjadi

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

PENGARUH JUMLAH TELUR TERHADAP BOBOT TELUR, LAMA MENGERAM, FERTILITAS SERTA DAYA TETAS TELUR BURUNG KENARI

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

Cara Ternak Jangkrik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

Transkripsi:

PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK RAKYAT MELALUI BUDIDAYA ANEKA TERNAK LOVEBIRD DAN ULAT HONGKONG DI MALANG DAN BLITAR Eka Fitasari, Erik Priyo Santoso, Ahmad Iskandar Universitas Tribhuwana Tunggadewi eka_fitasari83@yahoo.co.id, erik_priyosantoso@yahoo.com ABSTRAK. Segmen aneka ternak saat ini benar-benar menjanjikan, beberapa diantaranya adalah lovebird dan ulat hongkong. Lovebird bisa dibilang sebagai Ikon Kota Malang bersama beberapa jenis burung lainnya. Sedangkan, ulat hongkong merupakan komoditas yang digunakan sebagai makanan burung, ikan, reptile, pangan, dan sebagai bahan baku kosmetik. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh peternak burung lovebird adalah belum maksimalnya produksi indukan dalam satu tahun produksi, masih rendahnya daya tetas telur di waktu musim penghujan, dan masih rendahnya harga jual anakan burung lovebird karena indukan yang diproduksi merupakan varian indukan kelas menengah ke bawah. Pada budidaya ulat hongkong permasalahannya adalah bagaimana meningkatkan produksi ulat melalui proses reproduksi serangga yang menurun pada saat suhu lingkungan panas. Penerapan teknologi melalui aplikasi mesin tetas dan kawin silang indukan dari beberapa varian warna pada lovebird dan penerapan suhu yang ideal dalam kandang reproduksi ulat hongkong menajdi solusi yang tepat. Hasil pengabdian masyarakat, melalui penambahan varian baru di peternakan burung dan penggunaan mesin tetas dapat meningkatkan hasil produksi kurang lebih 50% selama 1 tahun. Penerapan teknologi melalui modifikasi ruangan menggunakan exhaust dan thermometer digital otomatis pada kandang ulat hongkong dapat menurunkan tingkat kematian kepik ulat hongkong sebesar 20%, peningkatan kuantitas ulat hongkong sebesar 16,7 % dan peningkatan pendapatan sebesar 70,9%.. Kata Kunci: peternak rakyat; aneka ternak; lovebird; ulat hongkong PENDAHULUAN Burung dipelihara untuk memberikan kepuasan bagi pemiliknya karena dapat memberikan suasana alami berupa penampilan bentuk, warna, dan kicauannya yang indah (Hamiyanti dkk., 2011). Budidaya burung lovebird (Agapornis) saat ini semakin digemari oleh para penghobi burung kicauan diberbagai daerah. Meningkatnya harga jual burung lovebird juga menjadi pemicu para penangkar untuk mengembangkannya secara maksimal. Budidaya burung Lovebird juga menjadi topik yang saat ini sedang trend diperbincangkan dalam forum-forum offline maupun forum-forum online di internet. Faktor kepopuleran inilah yang menyebabkan harga burung tersebut melonjak. Alasan lain yang membuat para penghobi tertarik untuk beternak lovebird karena burung tersebut memiliki daya tarik tersendiri yaitu faktor dari suara kemudian warna dari tiap-tiap jenisnya beraneka ragam, tingkah laku lovebird yang lucu serta perawatan hariannya yang bisa dikatakan gampang karena lovebird tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus seperti burung kicau lainnya. Keterbatasan informasi mengenai varian-varian yang mempunyai harga tinggi masih kurang. Penerapan mesin tetas sebagai alternative pengeraman telur belum dilakukan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya burung lovebird. Lobebird memiliki sebagian besar karakter jenis burung paruh bengkok. Ukuran lovebird yang pas membuat burung ini mudah dan menarik untuk dipelihara para penghobi burung dan menjadi hewan peliharaan di rumah. Segmen pasar burung lovebird di Malang dan sekitarnya, mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pengamatan di pasar burung Splendid, Malang hampir setiap ekor lovebird yang terpajang habis dibeli penggemar. Padahal, jika menilik harga yang ditawarkan, bisa dikatakan luar biasa. Untuk lovebird jenis biasa non klep, diperjualbelikan dengan harga Rp. 150.000,00 sementara lovebird jenis klep, di atas Rp. 250.000,00. lovebird jenis albino misalnya, dihargai Rp. 1.000.000,00. Sepasang siap dijual harganya mencapai Rp. 3.500.000,00, Greenseries (GS) Rp.1000.000,00, parblu Rp. 3.500.000,00 Jenis biola dan ewingbiola tetap jadi ikon lovebird harganya makin tinggi Rata-rata di atas Rp. 6.500.000,00. melihat prospek ekonominya yang 22

tinggi, maka tidak mengehrankan usaha ini mulai digeluti banyak masyarakat sebagai usaha sampingan bahkan usaha utama yang bisa dilakukan di rumah dan tidak memakan ruang yang luas. Melihat dari harga lovebird yang cukup bersaing di pasar, maka jenis usaha ini mulai banyak diminati oleh masyarakat awam, sehingga usaha ini banyak digeluti sebagai usaha sampingan yang cukup menjanjikan. Ulat hongkong merupakan komoditas aneka ternak yang digunakan sebagai pakan lovebird, hal ini dikarenakan kandungan proteinnya yang tinggi dan dapat meningkatkan kelincahan lovebird terutama ketika dilombakan. Jenis ulat ini banyak dipelihara karena proses pemeliharaannya yang mudah dan dapat digunakan sebagai mata pencaharaian sampingan. Karena alasan inilah ulat ini mudah dipelihara oleh ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya beraktifitas di rumah. Kelebihan dari beternak ulat hongkong adalah bahwa sejak dari bibit dan induknya harus dikembangkan oleh peternak sendiri. Tidak ada induk yang dijual di pasar. Oleh karena itu dengan beternak ulat hongkong, peternak memiliki kelebihan dan keistimewaan dimana dia akan menguasai seluruh sumber bibit dan produk dari ulat hongkong. Namun kendala yang dialami muncul ketika musim penghujan maupun musim kemarau. Menurut Husaeni dan Nandika (1989), aktivitas serangga ulat hongkong dipengaruhi oleh suhu. Serangga-serangga daerah tropika pada umumnya tidak tahan terhadap suhu rendah. Kondisi ini bisa dialami ketika musim hujan (berdasar hasil wawancara terhadap peternak). Menurut Apriani (2006), suhu optimum ulat hongkong berkisar antara 26,5-27,5 o C dengan kelembaban sekitar 75,5%. Sedangkan pada musim kemarau suhu cenderung meningkat. Menurut Sitompul (2006), serangga sangat sensitive terhadap suhu tinggi dan menghindari tempat yang panas. Pelaksaan pengabdian masyarakat dilakukan sejak bulan februari 2017 dimana kota Blitar memasuki musim kemarau dan suhu lingkungan meningkat. Hal ini ternyata menimbulkan masalah, dimana produksi ulat hongkong mengalami penurunan drastis akibat banyak kepik ulat yang tidak dapat menetas. Kepik adalah serangga berwarna hitam yang akan menghasilkan larva ulat hongkong. Diduga suhu dan kelembaban menjadi kendala dalam usaha ini. Ulat hongkong memiliki tipe perkembangan yang dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu tinggi, terutama pada musim kemarau dimana suhu bisa mencapai lebih dari 33 o C banyak terjadi kematian pada kepik. Padahal peternak ulat hongkong harus melakukan semua siklus kehidupan ulat hongkong mulai dari perkawinan kepik, pembibitan, hingga pembesaran, dan fase perubahan dari ulat dewasa menjadi kepik merupakan fase yang paling vital bagi pembentukan bibit ulat hongkong. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat dilakukan dengan berbagai metode baik yang bersifat pendampingan, penyuluhan, praktek, dan pemberian teknologi berupa penerapan mesintetas dan kawin silang beberapa varietas untuk mendapatkan anakan yang unggul baik kualitas dan kuantitas. Adapun penjelasan metode pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendampingan, pendampingan dilakukan selama 8 bulan penuh yang meliputi semua aspek kegiatan maupun pendampingan secara tidak langsung. Pendampingan dilakukan dalam setiap pertemuan rutin yang dilakukan dan sekaligus terhadap efek dan kemajuan yang dicapai 2. Penyuluhan dilakukan sebagai sarana transfer solusi dan teknologi. Melalui penyuluhan juga dilakukan presentasi teknologi dan pemberian modul kepada masyarakat HASIL YANG DICAPAI Survey awal kondisi dan permasalahan mitra Tahapan awal yang dilakukan adalah mencari tahu permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra. Budidaya lovebird merupakan jenis usaha yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Permintaan burung lovebird di kota Malang sangat tinggi hal ini bisa dibuktikan dari jumlah pengiriman burung lovebird hasil penangkaran hampir ke seluruh kota dan propinsi di Indonesia. Sebagai pakan lovebird salah satunya adalah ulat hongkong. Pasokan ulat tidak hanya 23

dicukupi dari kota Malang saja, namun juga diambil dari beberapa kota lainnya, salah satunya Blitar. Ulat hongkong digemari oleh burung karena bentuknya yang lebih kecil dibandingkan ulat jerman, sehingga sangat cocok sebagai pakan bagi jenis burung apapun. Kedua hewan ini, yaitu lovebird dan ulat hongkong masuk dalam komoditas aneka ternak. Kedua ternak ini banyak dikembangkan oleh peternak kecil atau bahkan ibu rumah tangga karena bisa dilakukan secara sambilan di rumah. Namun, bukan berarti dalam budidayanya tidak memiliki masalah. Burung lovebird bisa dibilang sebagai Ikon Kota Malang bersama beberapa jenis burung lainnya misalnya burung cucak hijau dan burung kenari. Permasalahan-permasalah yang dihadapi oleh peternak burung lovebird adalah belum maksimalnya produksi indukan dalam satu tahun produksi, masih rendahnya daya tetas telur di waktu musim penghujan, belum adanya aplikasi teknologi dalam proses budidaya, belum adanya standar yang jelas berkaitan dengan breeder terutama kawin silang beberapa jenis varian burung lovebird, belum adanya penerapan recording sehingga susah untuh mengidentifikasi indukan yang berproduksi bagus dan yang kurang bagus, masih rendahnya harga jual anakan burung love bird yang di budidayakan para peternak di desa tlogomas karena varian indukan yang di produksi merupakan varian indukan kelas menengah kebawah. Pada umumnya peternak membeli anakan burung love bird untuk di jadikan indukan sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama kurang lebih 6-7 bulan baru berproduksi disisi lain selama menunggu burung berproduksi peternak tidak mendapatkan hasil sama sekali. Peternak burung masih menggunakan kandang koloni dalam penjodohan burung dan belum adanya kandang individu padahal yang paling ideal adalah menggunakan kandang koloni ketika penjodohan setelah burung jodoh barulah dipindah ke kandang individu agar recording dari indukan tersebut dapat tercatat dengan baik. Survei pertama dilakukan terhadap kondisi peternakan burung lovebird, salahsatunya kondisi kandang yaitu menyangkut terhadap bentuk kandang, ventilasi kandang, arah masuk angin, posisi kandang yang berdekatan dengan rumah, dan penempatan gowok (tempat bertelur) kandang. Pada kandang mitra, kandang dibagi menjadi tiga kandang koloni dimana masing-masing kandang koloni terdiri dari 10-15 pasang indukan. Indukan dibiarkan memilih pasangan dan memilih gowok (tempat bertelur) sendiri dengan cara ini ada kelemahan cros varian warna sehingga akan menghasilkan anakan yang mempunyai nilai jual rendah. Indukan mengeram kurang lebih selama 25 hari setelah mengeram induk akan menjuju anakannya selama dua bulan. Hal ini praktis membuat indukan hanya mampu berproduksi 3-4 kali dalam satu tahun. Sementara pada budidaya ulat hongkong permasalahan muncul ketika suhu udara lingkungan meningkat melebih 33 o C, yaitu pada fase ulat dewasa menjadi kepik atau serangga ulat hongkong, karena suhu yang tinggi menyebabkan serangga banyak yang mengalami kematian di dalam kotak sarangnya. Hal ini merupakan masalah utama yang harus dicari solusinya karena peternak ulat hongkong rata-rata harus memproduksi ulat mulai dari indukan yang berupa serangga hingga siklus terbentuknya larva dan ulat. Semua kegiatan ini harus dilakukan secara mandiri karena tidak ada pasar yang menjual kepik atau serangga ulat hongkong. Teknologi yang diaplikaikan dalam kegiatan pengabdian masyarakat adalah dengan memodifikasi kandang yang ada melalui pemasangan exhaust dan thermometer digital otomatis yang akan menjaga suhu kandang tetap dalam kisaran maksimal suhu 30 o C yaitu suhu ideal bagi proses reproduksi kepik BUDIDAYA LOVE BIRD Tahapan kedua dari kegiatan adalah melalui penyuluhan atau penjelasan mengenai cara beternak yang benar tahapan seleksi burung love bird yang layak dijadikan indukan, mengenalkan varian burung lovebird yang mempunyai harga jual tinggi, memulai mengkawinkan beberapa varian yang bisa menghasilkan anakan unggul menggunakan recording untuk mencatat semua kegiatan breeding, mengenalkan cara pemisahan anakan umur 14hari yang sudah mampu di juju sendiri sehingga akan meningkatkan anakan secara kwalitas dan kwantitas. Pembagian kandang yang ideal untuk pembesaran burung love bird sesuai umur sehingga tidak terjadi superioritas dalam kandang. Salah satu yang ditekankan adalah pentingnya menerapkan breeding yang baik serta mencoba menetaskan telur burung dengan menggunakan mesin tetas dalam Penyuluhan ini juga dihadiri oleh beberapa teman dan kerabat mitra yang memiliki usaha peternakan burung lovebird. Harapannya, mitra bisa memahami penerapan inovasi dan teknologi yang nantinya akan dipasang di dalam kandang namun tetap mengacu pada teknologi yang tidak menyerap banyak 24

sumber daya listrik yang ada. Harapan ke depan, teknologi ini bisa ditiru oleh banyak peternak burung, sehingga mereka bisa meningkatkan kapasitas produksinya. Penerapan Teknologi Pada awal pengamatan produksi indukan di biarkan bercampur di kandang koloni sehingga tidak terkontrol untuk pemilihan pasangan sehingga perlu adanya kandang koloni kecil untuk penjodohan dengan ukuran tinggi 70cm lebar 60cm dan panjang 1,5m untuk mengelompokkan indukan yang mempunyai varian dengan nilai jual mahal sehingga indukan bisa memilih pasangan yang sama-sama mempunyai nilai jual tinggi. Penambahan beberapa varian baru yang mempunyai nilai jual tinggi dalam kandang koloni akan sangat membantu terjadinya kawin silang yang memungkinkan munculnya varian baru, selanjutnya indukan yang sudah jodoh dipindah ke kandang individu supaya berproduksi maksimal. Penerapan penggunaan mesin tetas dan pemisahan anakan di umur 14 hari sangat membantu peternak untuk menghindari resiko banyaknya telur yang tidak menetas di musim penghujan. Penggunaan mesin tetas menjaga suhu stabil dan kelembaban telur tetas sehingga miningkatkan daya tetas kurang lebih 40% dari pengeraman alami di musim hujan. Pemisahan anakan di umur 14 hari juga berdampak pada produksi rata-rata indukan mampu berproduksi 5-6 kali atau 50% dari sebelumya yang hanya 3-4 kali dalam satu tahun. apabila peternak dapat menggunakan mesin tetas secara maksimal dalam penetasan telur maka indukan burung lovebird mampu berproduksi 9-10 kali dalam satu tahun. Kondisi Peternakan Burung Sebelum Sebelum Kegiatan Pengabdian Masyarakat Pada awal pengamatan pendahuluan, burung dimasukkan ke dalam kandang koloni dengan tidak melihat jenis kelamin, keseragaman warna dan varian warna, hal ini sangat beresiko terjadinya superioritas lovebird dewasa dalam menguasai area tempat pakan, tempat minum dan gowok (tempat bertelur) sehingga burung-burung lovebird muda semakin inferior dan kekurangan pakan dan exstra fooding (makanan tambahan). dengan banyaknya varian warna yang tercampur di dalam kandang koloni sangat memungkinnya terjadinya penurunan kwalitas anakan. Berikut ini disajikan proses mulai pasangan lovebird melakukan perkawinan (Gambar 1), solusi penggunaan mesin tetas untuk meningkatkan daya hidup anakan lovebird (Gambar 2), dan hasil penetasan telur lovebird dimana nantinya anakan yang sudah melewati fase penjujuhan (pemberian pakan akan dijual dan memberikan harga yang tinggi (Gambar 3). (A) (B) Gambar 1. (A) Kandang koloni untuk reproduksi (B) Proses Perkawinan (A) (B) Gambar 2. (A) Penerapan mesin tetas untuk meningkatkan jumlah penetasan telur anakan lovebird (B) contoh telur yang tidak menetas (gambar sebelah kanan) 25

(A) (B) Gambar 3. (A) Anakan lovebird hasil penetasan dan proses penjujuhan (B) Anakan lovebird yang akan dikembangkan hingga dapat lepas dari induknya Indikator keberhasilan Indikator dari keberhasilan teknologi ini adalah : 1. Terjadi peningkatan daya tetas telur love bird dan hasil anakan burung lovebird 2. Terjadi peningkatan kapasitas produksi yang berimbas ke hasil panen burung lovebird 3. Terjadi peningkatan pendapatan. Perhitungan kenaikan pendapatan antara sebelum dan sesudah kegiatan abdimas adalah sebagai berikut : Sebelum Penerapan Teknologi Setelah Pemberian Indukan dan Penerapan Mesin Tetas Penjualan per 2bulan anakan burung lovebird dari 20 pasang indukan (40 ekor), penjulan 10 ekor anakan burung lovebird dengan umur kurang lebih 60 hari dibutuhkan - pakan 1 sak milet putih @25 kg - 5kg kenari seed @ 13,000/ kg - 1kg biji matahari @ 30.000/kg Terjadi peningkatan jumlah anakan burung yaitu 15 ekor per 60 hari dan anakan varian unggul 5 ekor dari 25 pasang indukan Penghitungan kebutuhan pakan - Milet putih = 1.28sak x Rp 170.000 = Rp 217.600 - Kenari seed = 6.25kg x Rp 13.000 = Rp - Extrafooding jagung + kangkung @ 81.250 150.000/60hari - Biji matahari = 1.25kg x 30.000 = Rp Penghitungan kebutuhan pakan - Milet putih 1 x 170.000 = Rp. 170.000 - Kenari seed 5 x 13.000 = Rp. 65.000 - Biji matahari 1 x 30.000 = Rp. 30.000 - Jagung + kangkung 1paket / 60 hari = Rp. 150.000 Total biaya pakan = Rp 415.000 Penghasilan penjulan anakan burung - 10 ekor anakan LB = 10 x Rp 130.000 = Rp 1.300.000 Total penerimaan = Rp 1.300.000 Pendapatan = Rp 885.000 per 60 hari ntuk penjualan 10 ekor anak burung 37,500 - Jagung + Kangkung 1paket / 60hari = Rp 150.000 - Pakan jujuan 4kg x 30.000 = Rp. 120.000 Total biaya pakan = Rp 606.350 Penghasilan penjulan ulat hongkong - 15 ekor anakan LB (warna standar) = 15 x Rp 130.000 = Rp 1.950.000 - Anakan Lutini MM = 3 ekor x 475.000 = Rp. 1.425.000 - Anakan GS (greenseriss) = 1 x 650.000 = Rp. 650.000 - Anakan BS (blueseris) = 1 x 1.150.000 = Rp. 1.150.000 Total penerimaan = Rp. 5.175.000 Pendapatan = Rp 4.568.650 per 60 hari untuk penjualan 20 ekor anakan Lovebird Keterangan : Untuk menghasilkan anakan yang berkualitas di perlukan bebrapa cara perkawinan silang varian indukan sehingga dapat menghasilkan anakan unggul yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, penggunaan mesin tetas dapat meningkatkan daya tetas sebesar 50% terutama di musim penghujan. Pemisahan anakan burung lovebird di usia 10-14 hari sangat membatu pengoptimalan produksi dari indukan. 26

Dari perhitungan di atas terlihat perbedaan keuntungan sebelum dan setelah adanya program pengabdian masyarakat, sebelum adanya program ini keuntungan peternak sebesar Rp. 885.000 setelah pelaksanaan IBM keuntungan peternak sebesar Rp. Rp 4.568.650 sehingga terjadi peningkatan sebesar Rp. 3.983.650 atau terjadi peningkatan produksi anakan sebesar 50%. BUDIDAYA ULAT HONGKONG Penerapan Teknologi Pada awal pengamatan kandang, kandang perkawinan berada pada sisi yang berdekatan dengan rumah. Pada musim kemarau, sejak survey pertama bulan februari hingga April, suhu ratarata d dalam kandang adalah berkisar 31-33 o C. Semakin siang suhu udara di dalam kandang semakin panas, bahkan terkadang bisa mencapai 34 o C bila hujan sama sekali tidak turun. Kondisi ini terjadi pada jam 11.00 WIB sampai jm 15.00. Akibatnya, banyak kepik / serangga lebih cenderung mengumpul di bibir kotak. Kepik yang dimaksud di sini adalah kepik jantan dan betina yang sama sama berada di dalam kotak kayu dengan media polar dan serutan papaya sebagai sumber pakan dan media hidup. Bila hal ini terjadi terus menerus, telur kepik akan terinjak-injak dan banyak yang mati, bahkan beberapa kepik juga mengalami kematian akibat peningkatan suhu yang mati. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang, dari 10 kotak kepik, 2-3 kotak kepik mengalami kematian. Kematian kepik banyak terjadi terutama pada kepik yang mengalami kepanasan. Kondisi yang dapat diamati secara langsung adalah kepik banyak mengumpul di bibir kotak karena kepanasan. Kondisi kandang sebelum diberi exhaust Sebelum memasuki kepompong, ulat yang berumur 90-110 hari akan berhenti makan dan dalam kondisi diam. Kondisi ini menunjukkan bahwa ulat siap untuk membentuk kepompong. Akan tetapi, pembentukan ini tidak terjadi secara serempak diakibatkan kondisi lingkungan yang tidak stabil. Peternak harus memilah mana ulat yang benar-benar sudah tidak bergerak dan mana ulat yang masih bergerak. Peternak menggunakan cupit yang terbuat dari bambo untuk memilah dan menempatkannya dalam kotak yang khusus untuk kepompong (Gambar 4). 1 kotak diisi dengan kurang lebih 1 kg ulat. Selanjutnya ulat ditata agar menyebar dan tidak saling tumpang tindih. Ulat yang mengalami kematian, badannya akan berwarna hitam (Gambar 5). Selanjutnya kotak yang bersisi ulat yang siap menjadi kepompong dimasukkan ke dalam ruangan untuk dibiarkan berubah fase menjadi kepik atau serangga ulat hongkong yang berwarna hitam. Pada kandang ini suhu yang ideal seharusnya 31 o C (Gambar 6 dan 7). Bagi kepik yang mengalami kematian disajikan pada Gambar 8 dan 9. Kondisi kandang setelah dipasangi exhaust dan termokopel digital Teknologi yang ditawarkan kepada peternak ulat hongkong adalah melalui modifikasi ruangan perkawinan ulat hongkong melalui pemasangan exhaust dan pemasangan thermometer digital (termokopel) yang secara otomatis menyala sendiri sesuai suhu ideal ruangan perkawinan ulat. Suhu di setting pada 31 o C (Gambar 10 dan 11). Hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapang, penerapan teknologi menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dengan adanya pengurangan kematian. Menurut peternak, 3 kotak yang mengalami kematian dari 10 kotak kepik yang dipelihara, kematian hanya terjadi maksimal 1 kotak saja. Hal ini ditunjukkan dengan kepik yang sudah tidak mengalami penumpukan di bibir kotak. Kepik sudah mulai menyebar di seluruh kotak walaupun kotak sudah ditumpuk-tumpuk (Gambar 12, 13 dan 14). Prose perkawinan terjadi lebih sempurna (Gambar 15). Selesai kawin, selanjutnya kepik betina akan masuk ke dalam media polar untuk menaruh kepiknya. Kondisi sebelumnya sebelum diberi exhaust, dengan suhu yang terlalu panas menyebabkan kepik betina banyak yang tidak mau masuk ke dalam media polar karena kepanasan dan lebih cenderung berada di permukaan polar. Akibatnya telur banyak yang tidak jadi. Terhitung sejak kawin, per 10 hari media yang berisi telur akan diayak dan telur+media polar akan dipindah ke dalam kotak untuk dimasukkan ke kandang penetasan yang memiliki suhu cenderung lebih panas dibandingkan suhu kandang perkawinan (Gambar 16). Untuk proses perkawinan media+larva akan dipindah ke dalam ruangan yang tidak sepanas kandang penetasan. 27

Gambar 4. Pemilihan ulat dewasa yang akan menjadi kepompong, ulat yang mati terlihat berwarna hitam Gambar 5. Pembentukan kepompong (warna putih) yang tidak terjadi secara serempak sehingga menyebabkan beberapa ulat mengalami kematian akibat suhu yang tinggi Gambar 6. Kondisi kandang sebelum dipasang exhaust Gambar 7. Bentuk penataan kotak kepik/serangga ulat hongkong dimana 1 kolom terdiri dari 10-17 kotak dengan cara diselang-selingg agar udara bisa masuk ke dalam kotak (A) (B) Gambar 9. Hasil pengayakan kepik yang mengalami kematian akibat suhu yang tinggi, terlihat masih ada kulit kepompong yang berwarna coklat dan kepik yang mati mendadak setelah perubahan dari kepompong. Kepik yang mengalami kematian terlihat dari posisi tubuh yang menghadap ke atas Gambar 10. Pemasangan 2 exhaust yang berfungsi menyedot udara panas dan memasukkan udara dingin ke dalam kandang Gambar 11. Pemasangan termokopel (thermometer digital otomatis), yang terhubung dengan exhaust, sehingga ketika suhu melebihi 31 o C exhaust akan menyala otomatis 28

Gambar 12. Kepik di atas media polar terlihat menyebar di seluruh kotak dan tidak menggerombol di satu sisi saja Gambar 13. Penampakan yang lebih jelas dari penyebaran kepik di atas media yang melakukan aktivitas perkawinan Gambar 14. Penyebaran kepik yang terlihat jelas di kotak yang sudah ditumpuk Gambar 15. Proses perkawinan kepik jantan dan betina, terlihat jantan menaiki kepik betina Gambar 16. Kepik yang sudah selesai melakukan perkawinan akan memasukkan tubuhnya di dalam media dengan tujuan untuk menaruh telurnya sehingga telur akan menempel pada media Indikator keberhasilan Indikator dari keberhasilan teknologi ini adalah : 1. Terjadi penurunan kematian kepik indukan 2. Terjadi peningkatan kuantitas telur yang dihasilkan 3. Terjadi peningkatan kapasitas produksi yang berimbas ke hasil panen ulat hongkong yang meningkat 4. Terjadi peningkatan pendapatan. Perhitungan kenaikan pendapatan antara sebelum dan sesudah penerapan teknologi adalah sebagai berikut : Sebelum Penerapan Teknologi Setelah Pemberian Teknologi Penjualan per minggu, penjulan ulat adalah 100 kg ulat hongkong dengan umur kurang lebih 50 dibutuhkan - pakan 6-7 sak polar cap tongkat @ 50 kg - 15-20 sak gamblong @ 40 kg Penghitungan kebutuhan pakan - Polar = 6 sak x Rp 150.000 = Rp 900.000 - Gamblong = 15 zak x Rp 25000 = Rp 375000-1 kw papaya muda = Rp 70000 Total biaya pakan = Rp 1.345.000 Terjadi peningkatan jumlah ulat yaitu 120 kg per minggunya Penghitungan kebutuhan pakan - Polar = 7 sak x Rp 150.000 = Rp 1.050.000 - Gamblong = 15 zak x Rp 25000 = Rp 375000-1 kw papaya muda = Rp 70000 Total biaya pakan = Rp 1.345.000 Penghasilan penjulan ulat hongkong Penghasilan penjulan ulat hongkong - 120 kg ulat = 120 x Rp 13000 = Rp 29

- 100 kg ulat = 100 x Rp 13000 = Rp 1.300.000 - Kotoran ulat = 4 sak x Rp 40000 = Rp 60.000 Total = Rp 1.460.000 Pendapatan = Rp 115.000 per minggu untuk penjualan 100 kg ulat Keterangan : 1560000 - Kotoran ulat = 4,5 sak x Rp 40000 = Rp 180.000 Total = Rp 1.740.000 Pendapatan = Rp 395.000 per minggu untuk penjualan 120 kg ulat Untuk menghasilkan bobot ulat yang tinggi, penggunaan pakan kering yaitu polar sangat penting. Walaupun bentuk ulat terlihat kecil namun memiliki bobot badan yang tinggi. Sedangkan bila dilakukan penambahan gamblong yang lebih banyak menyebabkan bentuk fisik ulat hongkong umur 50 hari yang lebih besar, namun dari segi bobot badan adalah hampir sama dengan campuran polar dan gamblong yang diberikan dalam jumlah sedikit. Dari perhitungan usaha penjualan panen ulat hongkong berdasarkan perhitungan kebutuhan pakan, diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 280.000 atau terjadi peningkatan kuantitas ulat hongkong sebesar 16,7 % atau peningkatan pendapat 70,9%.. KESIMPULAN Kesimpulan yang bisa diambil dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah : penerapan teknologi mesintetas dan persilangan indukan burung love bird sangat di perlukan untuk meningkat kan kuantitas dan kualitas anakan burung love bird yang unggul, penambahan varian baru lovebird sangat dibutuhkan mengingat burung-burung yang dipelihara hanyalah varian kelas menengah kebawah, penggunaan mesintetas dapat meningkatkan hasil produksi kurang lebih 50% selama 1 tahun, dan penerapan teknologi di kandang ulat hongkong melalui modifikasi ruangan menggunakan exhaust dan thermometer digital otomatis dapat menurunkan tingkat kematian kepik ulat hongkong sebesar 20%, peningkatan kuantitas ulat hongkong sebesar 16,7 % dan peningkatan pendapatan sebesar 70,9% DAFTAR PUSTAKA Apriani, R. 2006. Performans ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) pada ketebalan media dan kepadatan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Borror, D. J., Triplehorn C.A., dan Johnson N. F., 1982. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Terjemahan : Partosoedjono, S. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Husaeni, E. A. dan Nandika D., 1989. Hama Hutan di Indonesia. Life Sciences Inter University Center. Institut Pertanian Bogor. Bogor Klub Burung. Burung Lovebird. Bird Club Hobi Burung Kicauan, Penangkaran dan Agrobisnis. 13 Juni 2017. diakses dari www.omkicau.com/lovebirdlove- bird/#menangkar pada 1 juli 2017 N. Grogory Mankiw. 2006. Principles of Enconomics, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi 3, Penerbit Selemba Empat, Jakarta. Miler, Roger L. and Rogers E. M., 2000 Teori Mikro ekonomi Intermediate, Penerjemah Haris Munanndar, P.T Raja Graf indo Persada, Jakarta. 30

Salem, R. 2002. The Lifecycle of The Tenebrio beetle. http://www.javafinch.co.uk/feed/live.html. Diakses tanggal 20 Juli 2017. Sitompul, R. H. 2006. Pertumbuhan dan konversi ulat tepung (Tenebrio molitor L.) pada kombinasi konsentrat dengan dedak padi, onggok, dan pollard. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sitanggang, M dan Yudiantoro. 2011. Lovebird Si cantik Bersuara Merdu. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Yudiantoro & Sitanggang M. Si Cantik Bersuara Merdu. Jakar ta: Agromedia Pustaka. 31