SUMBER HUKUM UTAMA PERENCANAAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TELAAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH: UPAYA MEMPERKUAT PERAN DPRD DALAM PEMBANGUNAN TEGUH KURNIAWAN, M.SC FISIP UI.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

MANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) Ekonomika Terapan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Alur Perencanaan dan Penganggaran

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

Pembangunan Nasional dan Daerah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

ALUR PERENCANAAN PROGRAM & PENGANGGARAN

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

MATERI PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN. Oleh: Galih Elham Setiawan KASUBDIT Penindakan BNN

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 SERI E

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 28 Tahun 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dasar Hukum. Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 3 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

SUMBER HUKUM UTAMA PERENCANAAN DI INDONESIA Kuliah Hukum dan Administrasi Perencanaan Kuliah 2 / 12 April 2013 Free Powerpoint Templates

Sumber Hukum Utama Perencanaan di Indonesia UUD 1945 pasal 33 ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. UU No. 25/2004 SPPN UU No. 26/2007 Penataan Ruang

RUANG PROGRAM DANA SEKTORAL UU No. 26 / 2007 UU No. 25 / 2004 UU No. 17/ 2003 Undang Undang sektoral UU No.32/ 2004 Sistem Pemerintahan Daerah UU No.33/ 2004 Hub Keuangan Pusat & Daerah Peraturan Pemerintah Suhirman, 2010

Perda/ Pergub/ Perkada RUANG PROGRAM UANG SEKTORAL RTRWP RDTR Renstra RPJPD RPJM RKPD (Rencana Kerja Pemerinta h Daerah) APBD Sebagai formulasi konkret dari komitmen pemda Pertamanan Perumahan Perdagangan Galian C Suhirman, 2010

UU No.25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

Perubahan aturan yang cukup radikal (amandemen UUD 1945, presiden dipilih langsung oleh rakyat, dll) Penguatan kedudukan legislatif dalam penyusunan APBN Dihapuskannya GBHN sbg pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional Penguatan Otonomi Daerah & desentralisasi

Adanya penguatan Otonomi Daerah. memberikan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah maupun pembangunan antar daerah. Sehingga sebagai pedoman Presiden untuk menyusun rencana pembangunan, maka dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan Pembangunan Nasional

DEFINISI Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dilakukan mulai dari sekarang Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

DEFINISI Sistem Pembangunan Nasional Adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencanarencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. -Bab 1 Pasal 1, Ayat 1,2,3 UU No.25 Tahun 2004

12.Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkanpada akhir periode perencanaan. 13.Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 14.Strategi adalah langkah-langkah berisikan programprogram indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 15. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan. 16. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

ASAS DAN TUJUAN (1) -Bab II Pasal 2, Ayat 1,2,3,4 UU No.25 Tahun 2004 (1) Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. (2) Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

ASAS DAN TUJUAN (2) -Bab II Pasal 2, Ayat 1,2,3,4 UU No.25 Tahun 2004 (3) SPPN diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara : Asas kepastian hukum Asas tertib penyelenggaraan negara Asas kepentingan umum Asas keterbukaan Asas proporsionalitas Asas profesionalitas Asas akuntabilitas

ASAS DAN TUJUAN (3) -Bab II Pasal 2, Ayat 1,2,3,4 UU No.25 Tahun 2004 (4) SPPN bertujuan untuk : a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

RUANG LINGKUP BAB III Pasal 3 UU No.25 Tahun 2004 NASIONAL DAERAH (RPJP Nasional) 20 Tahun (RPJP Daerah) 20 Tahun (RPJM Nasional) Rencana Strategis Kementerian / Lembaga (Renstra-KL) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja-KL) 5 Tahun 1 Tahun (RPJM Daerah) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 5 Tahun 1 Tahun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD)

ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RPJP Nasional Pedoman Renstra KL Bahan Pedoman Renja - KL Diacu Pedoman Bahan Pedoman RPJM Dijabarkan Pedoman RKP Nasional RKA- KL RAPBN Rincian APBN APBN Pemerintah Pusat Diacu Diperhatikan Diserasikan Melalui Musrenbang RPJP Daerah Pedoman Pedoman RPJM Daerah Renstra SKPD Bahan Dijabarkan Pedoman Diacu RKP Daerah Renja - SKPD Pedoman Bahan Pedoman RAPBD RKA - SKPD APBD Rincian APBD Pemerintah Daerah UU SPPN UU KN

ISI RPJP NASIONAL Penjabaran Tujuan Nasional kedalam: Visi dan Penjabarannya; Misi; Arah Pembangunan Nasional Kewilayahan Sarana Prasarana Bidang Kehidupan DAERAH Mengacu pada RPJP Nasional dan memuat: Visi dan Penjabarannya; Misi; Arah Pembangunan Daerah Kewilayahan Sarana Prasarana Urusan Wajib Urusan Pilihan

ISI RPJM RPJM NASIONAL Penjabaran visi, misi, program Presiden; Berpedoman pada RPJP Nasional 1. Strategi Pemb. Nasional 2. Kebijakan Umum 3. Kerangka Ekonomi Makro 4. Program program Kementerian, Lintas kementerian, Kewilayahan, dan Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan pokok dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran RPJM DAERAH Penjabaran visi, misi, program Kepala Daerah; Berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional 1. Strategi Pemb. Daerah 2. Kebijakan Umum 3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah 4. Program program SKPD, Lintas SKPD, Kewilayahan, Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan pokok dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran

ISI RENSTRA-KL & RENSTRA-SKPD Renstra-KL Berpedoman pada RPJM Nasional Isi: 1. Visi-Misi 2. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan 3. Program-program 4. Kegiatan Indikatif Renstra-SKPD Berpedoman pada RPJM Daerah Isi: 1. Visi-Misi 2. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan 3. Program-program 4. Kegiatan Indikatif

NARASI Visi dan Misi Tujuan 1 Sasaran CONTOH PENULISAN RENSTRA Strategi Kebijakan Program - kegiatan kunci Indikator Kinerja Lain-lain Tujuan 2 Sasaran. dst Penutup MATRIKS RENSTRA

ISI RKP/D RKP Penjabaran RPJM Nasional 1. Prioritas Pembangunan Nasional 2. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro 3. Arah Kebijakan Fiskal 4. Program program Kementerian, Lintas kementerian, Kewilayahan, dan Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran RKP Daerah Penjabaran RPJM Daerah; Mengacu pada RKP 1. Prioritas Pembangunan Daerah 2. Rancangan Kerangka Ekonomi MakroDaerah 3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah 4. Program program SKPD, Lintas SKPD, Kewilayahan, Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran Proses Penyusunan RKPD

ISI RENJA-KL & RENJA-SKPD Renja-KL Penjabaran Renstra KL Renja-SKPD Penjabaran Renstra RKPD Isi: 1. Kebijakan KL 2. Program dan Kegiatan Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah Mendorong Partisipasi Masyarakat Isi: 1. Kebijakan SKPD 2. Program dan Kegiatan Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah Mendorong Partisipasi Masyarakat

PERENCANAAN APA YANG BARU? DULU Daftar Usulan - Shopping List Sebanyak-banyaknya Seindah-indahnya Tidak terbatas SEKARANG Rencana Kerja - Working Plan Input (Rp., Naker, Fasilitas, dll.) Kegiatan (Proses) Output / Outcome Sehingga Perencanaan Dimulai dengan informasi tentang ketersediaan sumberdaya dan arah pembangunan nasional Critical point-nya adalah Menyusun hubungan optimal antara input, proses, dan output / outcomes Diatur dalam UU 17/2003

TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN Penyusunan Rencana Penetapan Rencana Pengendalian Pelaksanaan Rencana Evaluasi Pelaksanaan Rencana BAB IV Pasal 8 UU No.25 Tahun 2004

1. Penyusunan Rencana Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Setiap Instansi Pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja yang siap untuk ditetapkan Partisipasi dan keterlibatan masyarakat untuk penyelarasan rencana pembangunan melalui musyawarah perencanaan pembangunan Penyusunan rancangan akhir perencanaan pembangunan

2. Penetapan Rencana Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya dalam bentuk: RPJP Nasional-UU RPJP Daerah-Peraturan Daerah RPJM & Tahunan Nasional-PP RPJM & Tahunan Daerah-Perkada

3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana Untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan Dilakukan oleh pimpinan Kementrian/Lembaga/SKPD Dihimpun dan dianalisis oleh Menteri/Kepala Bappeda hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan -BAB V I Pasal 28 UU No.25 Tahun 2004

4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi dilakukan berdasarkan indikator dan kinerja mencakup input, output, result, benefit, dan impact Kementrian/Lembaga/SKPD wajib melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya -BAB V I Pasal 28 UU No.25 Tahun 2004

PENGESAHAN DOKUMEN PERENCANAAN DOKUMEN RPJP Nasional RPJM Nasional RKP RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD Renstra-KL PENGESAHAN UU PP PP Perda Perkada Perkada Permen Renja-KL Renstra-SKPD Renja-SKPD Peraturan Kepala SKPD

KELEMBAGAAN Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional, dibantu Menteri, dan Pimpinan Kementrian/Lembaga sesuai tugas & Kewenangannya. Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan daerah di daerahnya, dibantu Kepala Bappeda dan Pimpinan SKPD sesuai tugas dan kewenangannya Gubernur selaku wakil pemerintah pusat mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, serta koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan antar kabupaten/kota -BAB V III Pasal 32 UU No.25 Tahun 2004

UU NOMOR 26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Pelaksanaan koordinasi penataan ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan mulai dari tahap penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, sampai dengan pengendalian pemanfaatan ruang. Koordinasi penataan ruang di Daerah dilakukan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta Instansi terkait di daerah. Koordinasi penataan ruang Provinsi dilakukan oleh Gubernur. Koordinasi penataan ruang Kabupaten/ Kota dilakukan oleh Bupati/ Walikota. Sumber: Dit. Pembinaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, 2007

Penyelenggaraan urusan kewenangan wajib di bidang tata ruang. Perumusan berbagai kebijakan penyelenggaraan penataan ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penyusunan RTRWP, RTR Kawasan Strategis Provinsi, RTRWK/K, RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan RDTR Kabupaten/Kota. Penanganan dan penyelesaian masalah atau konflik yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam rangka menserasikan dan mensinergikan penataan ruang daerah dipandang perlu optimalisasi koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta instansi terkait di Daerah.

SASARAN KERJASAMA DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH Hierarki RTRW (administratif) RTRW NASIONAL Kerjasama SINKRON RTRW PROVINSI YANG BERBATASAN HARMONISASI RTRW PROVINSI PADUSERASI RTRW PROVINSI YANG BERBATASAN Kerjasama SINERGI RTRW KAB/KOTA YANG BERBATASAN HARMONISASI RTRW KAB/KOTA PADUSERASI RTRW KAB/KOTA YANG BERBATASAN Sumber: Dit. Pembinaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, 2007

TIM TEKNIS PRESIDEN Keppres 62/2000 BKTRN (8 Menteri/LPND) POKJA (3 Pokja) Fungsional Laporan setiap 3 (tiga) bulan (Melalui Mendagri) GUBERNUR Kep. Gubernur BKPRD PROVINSI Sekretaris (Sekretariat) POKJA (2 Pokja) Fungsional Laporan setiap 4 (empat) bulan (Tembusan Kepada Mendagri) BUPATI/ WALIKOTA Kep. Bupati/Walikota BKPRD KABUPATEN/ KOTA Sekretaris (Sekretariat) POKJA (2 Pokja) Sumber: Dit. Pembinaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, 2007

LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN BKPRD Penerbitan Kepmendagri No. 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah adalah untuk menindaklanjuti kesepakatan para Gubernur dalam Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (Rakernas-BKTRN) Tahun 2003. Adanya penyempurnaan terhadap Inmendagri Nomor 19 Tahun 1996 tentang Pembentukan TKPRD Tingkat I dan Tingkat II, karena tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.

a. BKPRD Provinsi Penanggung Jawab Gubernur Ketua Wakil Gubernur Ketua Harian Sekda Provinsi Sekretaris Ka. Bapeda Provinsi Wakil Sekretaris Ka. Dinas yang Mengurusi Tata Ruang POKJA PERENCANAAN TATA RUANG POKJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Sumber: Dit. Pembinaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, 2007 SEKRETARIAT

b. BKPRD Kabupaten/Kota Penanggung Jawab Bupati/Walikota Ketua Wakil Bupati/ Walikota Ketua Harian Sekda Kab/Kota Sekretaris Ka. Bapeda Kab/Kota Wakil Sekretaris Ka. Dinas yang Mengurusi Tata Ruang POKJA PERENCANAAN TATA RUANG POKJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG SEKRETARIAT

DIMENSI KERJASAMA menurut UU 32/2004 dan UU 26/2007 A. UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah Kerjasama Antar Daerah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan Pasal 195. 1 Pasal 199. 1c Pasal 195. 3 Kerjasama Antar Daerah dengan Pihak Ketiga Kerjasama Antar Daerah di bidang penataan ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga dalam menyediakan pelayanan publik

Lanjutan Kerjasama Antar Daerah diatur lebih jelas & tegas dalam BAB IX Pasal 195-197 Pasal 195 1) Daerah DAPAT MENGADAKAN KERJASAMA dengan daerah lain 2) Bentuk BADAN KERJASAMA ANTAR DAERAH yang diatur dengan KEPUTUSAN BERSAMA. 3) Daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. 4) KERJASAMA yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD

Lanjutan Pasal 196 1) Urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak LINTAS DAERAH dikelola bersama oleh daerah terkait. 2) Untuk EFISIENSI PELAYANAN PUBLIK daerah WAJIB mengelola secara bersama dengan daerah sekitarnya 3) Untuk pengelolaan, daerah membentuk BADAN KERJA SAMA. Pasal 197 Tata cara pelaksanaan kedua pasal itu akan diatur dengan PERATURAN PEMERINTAH

Lanjutan B. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Pasal 47 (ayat 1) Penataan Ruang Kawasan Perkotaan yang Mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah Kab/Kota dilaksanakan melalui Kerjasama Antardaerah. Pasal 54 (ayat 1) Penataan Ruang Kawasan Perdesaan yang Mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui Kerjasama Antardaerah. Kawasan Perdesaan

URGENSI KERJASAMA ANTAR DAERAH Desentralisasi akibatkan lokalisasi kebijakan publik (logika teritorial) Pelayanan & pembangunan basisnya logika fungsional (tidak kenal batas wil adm) air, perdagangan, udara, transportasi semua lintas batas wil administrasi Masalah: inkonsistensi antar keduanya

LEGALISASI (PENETAPAN PRODUK HUKUM) RENCANA TATA RUANG UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG PASAL 20 RTRW NASIONAL Dimensi Waktu : 20 Tahun Peraturan Pemerintah PASAL 23 RTRW PROVINSI Dimensi Waktu : 20 Tahun Perda Provinsi RTRW KAB/KOTA PASAL 26 Dimensi Waktu : 20 Tahun Perda Kab/Kota RENCANA RINCI TATA RUANG (RTR Pulau/Kepulauan dan RTR Kawasan Strategis Nasional) Peraturan Presiden RENCANA RINCI TATA RUANG (RTR Kawasan Strategis Provinsi) Perda Provinsi RENCANA RINCI TATA RUANG (RTR Kawasan Strategis Kab/ Kota dan RDTR Kab/Kota) Perda Kab/Kota

MEKANISME EVALUASI PERDA RENCANA TATA RUANG BKPRD Provinsi membantu tugas Gubernur untuk mengkoordinasikan penataan ruang daerahnya, untuk dievaluasi oleh instansi pusat terkait BKTRN melalui Mendagri. BKPRD Kabupaten/Kota membantu tugas Bupati/Walikota untuk mengkoordinasikan penataan ruang daerahnya, untuk dievaluasi oleh Gubernur dan hasilnya dilaporkan kepada Mendagri. Keterangan : Pasal 185 : Pasal 186 : Pasal 189 : Pasal 222 : Evaluasi Rancangan Perda Provinsi disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. Evaluasi Rancangan Perda Kabupaten/Kota disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Substansi dan proses penetapan Rancangan Perda yang berkaitan dengan tata ruang dikoordinasikan dengan Menteri yang membidangi urusan tata ruang. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh Mendagri.

ALUR MEKANISME KONSULTASI DAN EVALUASI RAPERDA RTRW PROVINSI TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 Tidak Sesuai PENYUSUNAN KONSULTASI EVALUASI - Raperda RTRW - Dokumen RTRW Hal-hal yang perlu mendapat persetujuan : 1.Prosedur/Administrasi 2.Substansi Teknis Raperda beserta Lampirannya berupa Dokumen RTRW - Raperda RTRW - Dokumen RTRW Apabila Sesuai dengan kepentingan umum dan Peraturan Perundangan yang lebih tinggi, maka Mendagri menyampaikan keputusan persetujuan kepada Gubernur untuk ditetapkan Kesepakatan BKPRD Provinsi. Kesepapakatan BKPRD Kab/Kota. Pansus DPRD Provinsi. Keterangan: = Penyampaian = Perbaikan/Penyempurnaan Konsultasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui : 1. Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) terkait penataan ruang. 2. Mendagri berkoordinasi dengan Menteri/ Pimpinan Lembaga Pemerintah Non- Departemen (LPND) terkait penataan ruang Mendagri berkoordinasi dengan Menteri/ Pimpinan LPND terkait penataan ruang Evaluasi dilakukan setelah melalui proses : 1.Prosedur/Administrasi 2.Substansi Teknis Raperda beserta Lampirannya berupa Dokumen RTRW TAHAP 4 PENETAPAN Raperda RTRW menjadi Perda RTRW

DIPANDANG PERLU MEKANISME KONSULTASI DAN EVALUASI RAPERDA RTRW PROVINSI Kesepakatan Provinsi Kesepakatan Kab/Kota Pansus DPRD Provinsi BKPRD BKPRD 2 1 3.1 GUBERNUR Raperda RTRW Provinsi Dokumen RTRW Provinsi Konsultasi OPTIONAL Hasil Konsultasi 3.2 Evaluasi 3 hari [Psl. 185 ayat (1) dan Psl. 222 ayat (1) UU.32/2004] MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN (LPND) TERKAIT 4 DIFASILITASI OLEH MENDAGRI YANG BERKOORDINASI DENGAN MENTERI/ PIMPINAN LPND TERKAIT MENDAGRI Raperda RTRW Provinsi Dokumen RTRW Provinsi Dikoordinasikan dengan instansi terkait BKTRN 15 hari [Psl. 185 ayat (2) UU.32/2004] 10 7.1 Penyempurnaan/Perbaikan Raperda RTRW Provinsi Dokumen RTRW Provinsi 7 hari 6.1 [Psl. 185 ayat (4) UU.32/2004] 7.2 7 hari > Tidak Sesuai Memeriksa Perbaikan Raperda RTRW Provinsi Hasil Evaluasi 5 Sesuai 6.2 11 Raperda ditetapkan menjadi PERDA 9.1 7 hari [Psl. 185 ayat (4) UU.32/2004] 8 Hasil Evaluasi PERDA RTRW Provinsi Ditetapkan Tidak Sesuai Sesuai 8.2

ALUR MEKANISME KONSULTASI DAN EVALUASI RAPERDA RTRW KABUPATEN/KOTA TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 Tidak sesuai PENYUSUNAN KONSULTASI EVALUASI - Raperda RTRW - Dokumen RTRW Hal-hal yang perlu mendapat persetujuan : 1.Prosedur/Administrasi 2.Substansi Teknis Raperda beserta Lampirannya berupa Dokumen RTRW - Raperda RTRW - Dokumen RTRW Apabila telah sesuai dengan kepentingan umum dan Peraturan Perundangan yang lebih tinggi, maka Gubernur menyampaikan keputusan persetujuan kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan Kesepakatan BKPRD Kab/Kota. Pansus DPRD Kabupaten/Kota. Keterangan: = Penyampaian = Perbaikan/ Penyempurnaan Konsultasi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu melalui : 1. Gubernur berkoordinasi dibantu oleh BKPRD Provinsi 2. Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) terkait penataan ruang. 3. Mendagri berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) terkait penataan ruang Gubernur dibantu oleh BKPRD Provinsi dalam melakukan koordinasi dengan Bupati/Walikota. Evaluasi dilakukan setelah melalui proses : 1.Prosedur/Administrasi 2.Substansi Teknis Raperda beserta Lampirannya berupa Dokumen RTRW TAHAP 4 PENETAPAN Raperda RTRW menjadi Perda RTRW

DIPANDANG PERLU MEKANISME KONSULTASI DAN EVALUASI RAPERDA RTRW KABUPATEN/KOTA 3.1 Konsultasi OPTIONAL DIFASILITASI OLEH MENDAGRI YANG BERKOORDINASI DENGAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN (LPND) TERKAIT DAN PEMERINTAH PROVINSI Kesepakatan BKPRD Kab/Kota Pansus DPRD Kab/Kota 11 PERDA RTRW Kab/Kota Ditetapkan 2 10 1 BUPATI/ WALIKOTA Raperda RTRW Kab/Kota Dokumen RTRW Kab/Kota 7.1 Penyempurnaan/Perbaikan Raperda RTRW KAb/Kota Dokumen RTRW Kab/Kota Raperda ditetapkan menjadi PERDA Hasil Konsultasi 3.2 4 Evaluasi 3 hari [Psl. 185 ayat (1) dan Psl. 222 ayat (1) UU No 32/2004] 9.1 6.1 7 hari [Psl. 185 ayat (4) UU.32/2004] 7 hari 7 hari [Psl. 185 ayat (4) UU.32/2004] Memeriksa Perbaikan Raperda RTRW Kab/Kota Tidak Sesuai GUBERNUR GUBERNUR Raperda RTRW Kab/Kota Dokumen RTRW Kab/Kota > 7.2 8 Hasil Evaluasi Tidak Sesuai Sesuai Hasil Evaluasi 8.2 BKPRD PROVINSI BKPRD Provinsi 15 hari [Psl. 185 ayat (2) UU.32/2004] 7 5 Sesuai > 6.2 Dikoordinasikan dengan Menteri yang Membidangi Tata Ruang melalui Mendagri 5 Hasil Evaluasi dilaporkan kepada Mendagri

UNDANG-UNDANG 26/2007 Tentang Penataan Ruang UNDANG-UNDANG 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah Penjelasan Umum : Pasal 13 Ayat (1) butir b; Pasal 14 Ayat (1) butir b; Pasal 185; Pasal 186; Pasal 189; - Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. - Pembinaan dan Pengawasan Bab VI : Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. BAB XII : Pembinaan & Pengawasan (Pasal 222) Pasal 9 Ayat (1 dan 2); Pasal 10 Ayat (1); Pasal 11 Ayat (1). URUSAN KEWENANGAN WAJIB PEMERINTAH NSPM di Bidang Penataan Ruang URUSAN KEWENANGAN WAJIB PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN DAN KOTA

Lanjutan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang a. Pasal 10 ayat (1) Wewenang daerah Provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan : - Penataan ruang wilayah provinsi; - Penataan ruang wilayah kabupaten/kota; - Penataan ruang kawasan strategis provinsi; - Kerjasama penataan ruang antarprovinsi dan memfasilitasi kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota. b. Pasal 11 ayat (1) Wewenang daerah Kab/Kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan : - Penataan ruang wilayah kab/kota; - Penataan ruang kawasan strategis kab/kota; - Kerjasama penataan ruang antar kab/kota. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah a. Pasal 13 ayat (1) butir b Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi merupakan urusan dalam skala Provinsi yang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang. b. Pasal 14 ayat (1) butir b Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah untuk Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala Kabupaten/ Kota meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.