Karakteristik Dan Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa Dan Kriya. Oleh : Drs. F.X. Supriyono, M.Ds

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Personal Philosophy Pages

Tuntutan Perkembangan Pendidikan Teknologi Kejuruan di Bidang Teknologi Informasi

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

PEMBAHARUAN PENYELENGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd.

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan berperan sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

MODEL LINK AND MATCH DENGAN PENDEKATAN COMPETENCY BASED TRAINING PADA PEMBELAJARAN TATA GRAHA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

KURIKULUM SMK EDISI 2004

STRATEGI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KERJASAMA ANTARA JURUSAN PTBB DENGAN SMK DALAM MENCETAK GURU PROFESIONAL DAN KREATIF BIDANG VOKASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN KOMPETENSI DI PERGURUAN TINGGI Oleh Drs. Putu Agustana, M.Si. 16

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang erat signifikan antara kinerja guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

PROGRAM KERJA FAKULTAS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dinamika yang kian mengglobal, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia KURIKULUM SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. Dadang Hidayat M LOGO

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA STRATEGIS

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

Transkripsi:

Karakteristik Dan Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa Dan Kriya Absrak Oleh : Drs. F.X. Supriyono, M.Ds Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan. Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian seni rupa dan kriya, dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan program keahlian seni rupa dan kriya. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja yang lebih mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai, mempunyai kompetensi yang handal, yang mampu menjawab tantangan global. Karakteristik pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya dalam proses pembelajaran merangsang stimulus berupa pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya yang ditampilkan dalam prinsip learning by doing yang berorientasi pada dunia kerja. Karakteristik siswa pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya yang berada pada kondisi masa remaja yang merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa yang mempunyai gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral, oleh karena itu maka pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya untuk lebih efisien diperlukan program antara (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi. Proses bridging program yaitu (1) dengan mengembangkan program Pendidikan SMK Terpadu atau SMK-Poliseni dalam Satu Atap, dimaksudkan untuk menyatukan Poliseni ke lokasi SMK yang ada di daerah dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada di SMK yang bersangkutan; (2) prinsip seamless education yaitu pendidikan yang saling berkesinambungan dan terpadu; (3) Building image menjadi satu, sehingga SMK dan Poliseni merupakan satu bagian yang utuh; (4) guru, staf, lab, ruang kelas, gedung atau sumber daya sekolah lainnya merupakan milik bersama (resources sharing); (5) Perpindahan dari kelas 3 ke Poliseni tingkat 1 tetap harus melalui lulus ujian ahir SMK sesuai ketentuan yang ada, tetapi lebih sederhana karena memiliki hubungan hirarkhis mirip kenaikan kelas; (6) sistem pengelolaan dengan dua pengelola yaitu kepala sekolah SMK dan direktur poliseni; (7), setiap SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya di masingmasing daerah bekerja sama dengan PPPPTK bidang seni budaya Yogyakarta; (8) tenaga pendidik berasal dari SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya di setiap daerah dengan kualifikasi pendidikan minimal strata 2 (S2) dengan pangkat golongan IVa keatas dengan harapan mempunyai mental dan wawasan yang luas serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan; (9) Kurikulum yang digunakan setara D4/S1. Kata kunci: karakteristik dan perkembangan pendidikan SMK Senirupa dan Kriya Halaman 1

KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN SENI RUPA DAN KRIYA A. Pendahuluan Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan ekonomi dalarn banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang (Alhumami, 2004). Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian seni rupa dan kriya, dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan program keahlian seni rupa dan kriya. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional dibidang keahlian seni rupa dan kriya. Halaman 2

Telah banyak sumber dan pakar ekonomi pendidikan mengatakan bahwa pendidikan memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai kajian akadernis dan kajian empiris telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas (merniliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi) tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Menjawab kebutuhan pada persaingan global tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hadir sebagai kebutuhan pendidikan yang lebih mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai, mempunyai kompetensi yang handal, yang mampu menjawab tantangan global. Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya. Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan Halaman 3

kelompok Produktif. B. Rumusan Masalah Dari uraian pendahuluan diatas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah karakteristik dan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya yang dapat memenuhi era globalisasi? C. Pembahasan Masalah 1. Karakteristik Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa Dan Kriya Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian. Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut : a. Asumsi tentang anak didik. Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar Halaman 4

melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan learning by doing, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja. b. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan. Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi. Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja. 2. Perkembangan Peserta didik Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa Dan Kriya Peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian seni rupa dan kriya lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan memiliki kemampuan vokatif d bidang seni rupa dan kriya (desain produksi kriya kayu, desain produksi logam, desain produksi kulit, desain produksi keramik dan desain produksi tekstil). Harapan mereka setelah lulus dapat langsung bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 18/19 tahun, atau peserta didik berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini biasanya terjadi Halaman 5

gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu : a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa mendominasi. b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu menghargai, menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita dewasa. c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangi dan menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat menghargai atau menghormati kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya. d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka. e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan mampu untuk mencari nafkah sendiri. f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai. g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga. Memiliki sikap yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak. h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, Halaman 6

pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan problema-problema masyarakat modern. i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan usaha untuk merealisasikannya. 3. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa Dan Kriya Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya, karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya untuk masa depan. Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan Halaman 7

layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Dengan fenomena ini, apakah SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya masih diperlukan? Pembukaan dan penutupan suatu SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru bidang keahlian seni rupa dan kriya sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting. Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya dan dari pengalaman kerja sebelumnya. Untuk mendapatkan sistem program antara (bridging program) yang efisien guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi dengan mengedepankan prinsip seamless education yaitu pendidikan yang saling berkesinambungan dan terpadu. Building image menjadi satu, sehingga SMK dan Poliseni merupakan satu bagian yang utuh. Seperti guru, staf, lab, ruang kelas, gedung atau sumber daya sekolah lainnya merupakan milik bersama (resources sharing). Ada beberapa keunggulan dari bridging program dengan sistem terpadu diantaranya: Halaman 8

1. Adanya keterpaduan dan proses yang berkesinambungan antara pelaksanaan pembelajaran antara SMK dan Poliseni 2. Sarana-prasarana yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, sehingga penggunaannya lebih efisien dan efektif 3. Guru dan staf dapat saling memperkuat dan mensinkronkan isi dan model pembelajaran, sehingga prosesnya menjadi berkelanjutan atau tidak terputus pada jenjang yang berikutnya 4. Siswa setelah lulus SMK dapat melanjutkan pendidikannya sampai jenjang D4/S1 (Poliseni) tanpa khawatir memerlukan proses adaptasi lagi, sehingga gairah bersekolah dan kompetensi yang dikembangkan menjadi berkelanjutan. SMK dan poliseni Terpadu adalah SMK dan poliseni yang diselenggarakan berada dalam satu komplek dan di kelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru, sarana dan sarana, managemen, dan evaluasi, sehingga menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas. Keterpaduan secara pengelolaan berarti: 1. Memiliki keterpaduan dalam pengembangan visi dan misi pendidikan SMK dan poliseni di lingkungannya. 2. Memiliki keterpaduan dalam penyusunan program kerja tahunan SMK dan poliseni. 3. Memiliki keterpaduan dalam pengelolaan penerimaan siswa/mahasiswa baru di lingkungannya. 4. Memiliki keterpaduan dalam usaha mengatasi angka putus sekolah, angka mengulang, dan angka transisi dengan pengembangan analisis kohor. 5. Memiliki keterpaduan dalam usaha mengatasi kebuhutan tenaga kependidikan. 6. Memiliki keterpaduan dalam mengatasi sarana penunjang proses belajarmengajar. 7. Memiliki keterpaduan dalam pengembangan usaha peningkatan mutu pendidikan dasar. Model pengelolaan yang dapat di kembangkan SMK dan poliseni Satu Atap Terpadu dengan dua pengelola adalah: a. SMK dan poliseni merupakan dua satuan pendidikan yang memiliki hubungan hirarkhis dalam system penerimaan siswa/mahasiswa baru. b. Memiliki dua pengelola yaitu kepala sekolah SMK dan direktur poliseni, memiliki guru dan dosen yang berdiri sendiri/terpisah. c. Sumber daya manusia/dosen untuk tenaga pendidik berasal dari SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya di setiap daerah dengan kualifikasi pendidikan minimal strata 2 (S2) dengan pangkat golongan IVa keatas dengan harapan Halaman 9

mempunyai mental dan wawasan yang luas serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan. d. Perpindahan dari kelas XII ke Tingkat I poliseni tetap melalui penerimaan mahasiswa baru, tetapi lebih sederhana karena memiliki hubungan hirarkhis. Bahkan secara ekstrim dapat disebut sebagai mutasi mirip kenaikan kelas/tingkat, namun harus lebih dahulu lulus ujian ahir SMK sesuai ketentuan yang ada. e. SMK masing-masing daerah bekerja sama dengan PPPPTK bidang seni budaya Yogyakarta f. Kurikulum yang digunakan setara D4/S1. Poliseni Direktur Poliseni SMK: Kelas X, XI, XII Kepala sekolah D. Kesimpulan dan Saran Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya diperlukan program antara (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi. 2. Kerjasama dengan dunia industri dan dunia usaha terjalin dengan baik melalui siswa yang mengambil program antara (bridging program). 3. Dapat meningkatkan kualitas lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan dunia industri. Saran untuk pemangku/pengambil kebijakan tentang SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya program antara (bridging program) bisa dipertimbangkan untuk dikembangkan/dilaksanakan. Halaman 10

E. Daftar Pustaka Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung. Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Block, J.H. (1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and Wiston. Inc. Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company. Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. ------- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc. Gronlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc. Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK. Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001). Competency Based Training. West Java Institutional Development Project. Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Halaman 11

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22. Terdapat di [On line] http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pr0=148&iduser=5) Rivai, A. (1995). Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan Kompetensi). Bandung : Technical Education Development Centre. Samsudi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotof). Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Sonhadji, A. ( ). Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Terdapat di [On line] http://www.depdiknas.go.id/sikep/issue/sentra1/f18.html (3 Oktober 2006. Sudjana, N. dan Rivai, A. (1997). Media Pengajaran. Bandung : CV. Sinar Baru. Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum Teoridan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. ------- (2001). Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum. Bandung : Program Studi Pengembangan Kurikulum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Biodata Halaman 12

N a m a : Drs.FX.Supriyono, M.Ds Tempat, Tanggal Lahir : Lubuk Linggau, 13 Desember 1965 N I P : 1965 1213 1994 02 1 001 Pangkat / Gol / Ruang a/a Jabatan : Pembina, IV : Widyaiswara Madya Instansi Alamat Kantor : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta : Jln Kaliurang Km.12,5, klidon Sleman Yoyakarta 55581 Alamat Rumah : Senowo RT 19 Argorejo, Sedayu, Bantul No HP / Telp : 081904167600 E- mail : suprisenowo@yahoo.co.id Face Book : Supriyono Goet Halaman 13