BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan tanggung jawab moral umat Islam dalam upaya menghapus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Kemajuan ekonomi menjadi salah satu tolak ukur suatu negara untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain, bahwa negara itu termasuk negara maju atau berkembang. Indonesia sebagai suatu negara yang mayoritas penduduknya adalah umat muslim sedang mencoba untuk melakukan pembangunan ekonomi Islam. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia saat ini nampaknya sudah mulai menunjukkan pertumbuhan ke arah yang positif. Salah satu tanda pertumbuhan tersebut ditandai dengan bermunculannya bank yang berbasis syariah. Namun, di sisi lain perkembangan ekonomi islam tidak bisa hanya dinilai dari segi peralihan sistem bank dari konvensional ke sistem syariah. Hal penting yang tidak terlepas dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Islam terletak pada tingkat kesejahteraan sosial dan kemakmuran masyarakat di suatu negara. Pembangunan ekonomi islam diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut dengan diwajibkannya pembayaran zakat (khususnya zakat mal) baik bagi para pelaku bisnis maupun seluruh instansi pemerintahan. Menurut Hasbiyallah (2013:246) zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus dipenuhi oleh semua umat Islam. Zakat merupakan salah satu rukun islam yang paling tampak di antara sekalian rukun-rukun islam, sebab zakat adalah hak orang banyak yang terpikul pada pundak individu. Zakat membersihkan atau mensucikan jiwa dari sifat kikir dan bakhil. Sebab manusia ketika ia keluarkan zakat dengan merelakan hartanya, tatkala itulah ia menang atas nafsunya. Sama halnya dengan pajak, zakat dapat dikategorikan sebagai pendapatan atau penerimaan lain sehingga tingginya penerimaan zakat akan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Yang menjadi perbedaan di antara keduanya hanya terletak pada peruntukkannya. Sebagian besar alokasi pajak digunakan untuk pembangunan infrastruktur negara dan tidak ada aturan yang baku mengenai pengaloksian pajak sedangkan dana zakat dialokasikan berdasarkan pada prinsip syariah yaitu kepada para mustahiq (penerima zakat) yang diberikan langsung kepada masyarakat sehingga memiliki esensi sebagai pembangunan kesejahteraan sosial dan kemakmuran masyarakat. Saat ini, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Bogor semakin memprihatinkan. Salah satunya keberadaan anak jalanan, gelandangan, dan pengemis di Kota Bogor yang bisa ditemui dengan mudah di setiap sudut kota (Radar Bogor, 4 Juni 2014). Hal tersebut berbanding terbalik dengan yang diungkapkan oleh Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bogor yang menyebutkan bahwa penerimaan zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bogor, mengalami peningkatan sebesar 5,88 persen dari tahun sebelumnya. Total penerimaan zakat, infaq dan shodaqoh tahun ini terkumpul sebesar Rp 12,26 miliar sedangkan tahun lalu terkumpul sebesar Rp 11,58 miliar. Dengan peningkatan penerimaan zakat pada tahun 2013 seharusnya masalah kemiskinan di Kota Bogor bisa teratasi dengan baik. Kondisi yang seperti ini menimbulkan tanda tanya besar mengenai pengelolaan zakat di Kota Bogor. Seperti ibadah lainnya, seorang muslim dituntut untuk mencapai tingkat kesempurnaan tertentu dalam pelaksanaan ibadah zakat. Untuk itu dalam menentukan dan menghitung zakat adalah hal yang wajar jika seorang muslim diwajibkan untuk menentukan dan menghitung zakatnya degan tingkat kepatutan dan kehati-hatian tertentu, apalagi terdapat seperangkat prinsip-prinsip akuntansi yang dapat dijadikan alat pendekatan kesempurnaan ibadah. Karena pengumpulan, penyaluran, dan potensi zakat sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, akhir-akhir ini sudah menjadi primadona untuk disoroti dalam kajian multidimensi khazanah literatur ekonomi Islam. Selain itu, pada kenyataanya

zakat sebagai sebuah teori sudah banyak dieksplorasi oleh para ahli intelektual muslim yang concern kepada pembangunan dan keuangan publik. Sebagaimana yang dilansir dalam surat At-Taubah ayat 60 tentang delapan asnaf yang berhak menerima zakat, maka pola distribusi dana zakat produktif menjadi menarik untuk dibahas mengingat pernyataan dalam syariah menegaskan bahwa dana zakat yang terkumpul sepenuhnya adalah hak milik dari mustahiq delapan asnaf. Dengan demikian, menurut Ustman Syubeir (2000:501) perlakuan apapun yang ditunjukkan kelompok mustahiq terhadap dana zakat tersebut tidak akan menjadi permasalahan yang ilegal dalam pengertian hukum syariah, seperti hanya mengonsumsi habis dari jatah dana zakat terkumpul yang menjadi haknya. Lembaga zakat merupakan organisasi yang mendapat tanggung jawab (amanah) dari para pembayar zakat (muzakki) untuk menyalurkan zakat yang telah mereka bayarkan kepada masyarakat yang membutuhkan secara efektif dan efisien. Penyaluran secara efektif dan efisien adalah penyaluran zakat yang sampai pada sasaran masyarakat dan mencapai tujuan. Sementara itu, penyaluran zakat yang efisien adalah terdistribusikannya zakat dengan baik. Sebagai lembaga pemegang amanah, lembaga zakat berkewajiban untuk mencatat setiap setoran zakat dari muzakki baik kuantitas maupun jenis zakat, kemudian melaporkan pengelolaan zakat tersebut kepada masyarakat. Osmad Muthaher (2012:184) Badan Amil Zakat Nasional selanjutnya disingkat menjadi BAZNAS merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas. BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu: 1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; 2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; 3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan 4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki kewenangan: 1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat. 2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ 3. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan hasilnya akan dituangkan dalam laporan tugas akhir ini dengan judul Tinjauan atas Pengelolaan Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bogor berdasarkan PSAK No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah. 1.2 Identifikasi masalah Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan dana zakat di BAZNAS Kota Bogor? 2. Bagaimana penerapan PSAK 109 dalam pengelolaan zakat di BAZNAS Kota Bogor?

1.3 Tujuan laporan tugas akhir Sesuai dengan masalah yang diidentifikasikan di atas, maka laporan tugas akhir ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bogor. 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK 109 dalam pengelolaan zakat di BAZNAS Kota Bogor. 1.4 Kegunaan tugas akhir 1. Bagi Penulis Untuk memperluas pengetahuan serta menambah wawasan khususnya mengenai pengelolaan dan pendistribusian dana zakat dan merupakan media pembanding antar teori yang telah diperoleh dari perkuliahan dengan aplikasinya pada perusahaan tempat diadakan kerja praktik. 2. Bagi BAZNAS Kota Bogor a. Dapat memberikan masukan dan informasi kepada pimpinan BAZNAS mengenai pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kebijakankebijakan yang akan diambil menyangkut pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat di BAZNAS Kota Bogor.

3. Bagi Pihak Lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi yang berguna dalam melaksanakan penelitian, maupun studi lebih lanjut serta bahan rujukan dalam melihat keadaan atau kondisi perusahaan secara benar dan objektif. 1.5 Lokasi dan waktu pelaksanaan Dalam rangka memperoleh data dan bahan yang diperlukan untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan kerja praktik secara langsung yang dilakukan di BAZNAS Kota Bogor yang berlokasi di Jln. Pajajaran No. 10 Kota Bogor. Sedangkan waktu kerja praktek dilakukan mulai dari tanggal 27 Januari 2014 sampai dengan tanggal 18 Febuari 2014.