BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI TAKSONOMI BLOOM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang melalui upaya pembelajaran dan pelatihan. Seluruh upaya. dilakukan guru adalah mengembangkan sikap dan kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun ilmu-ilmu yang lain.

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (Fa turrahman dkk,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. maupun evaluasinya. Tuntutan terhadap kualitas semakin diperhatikan untuk. untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan.

1 Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret 2,3 Dosen Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

OLEH: Keswati NIM : K BAB I PENDAHULUAN

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 1

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 KAWEDANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak. Keluarga

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TAI DAN TSTS MATERI GEOMETRI SMP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perwujudan masyarakat Indonesia yang berkualitas dalam rangka

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

Hasil Ujian Nasional 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyiapkan tenaga ahli tingkat pemula dan terampil, harus tanggap terhadap

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Pendidikan Matematika. Oleh : DHIAN ENDAHWURI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana wahana yang sangat baik di dalam pembinaan sumber daya manusia. Keberadaan pendidikan pada hakekatnya sejajar dengan keberadaan manusia, sejak manusia itu ada dan telah ada pula pada usaha-usaha pendidikan. Sedang maksud dari usaha pendidikan adalah agar kualitas kehidupan manusia lebih baik. Penyelenggara pendidikan dapat dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dilaksanakan oleh lembaga formal melalui kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan secara teratur, berjenjang, dan berkesinambungan. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah dapat dilaksanakan didalam keluarga, masyarakat, dan satuan pendidikan yang sejenis. Dalam pendidikan sekolah, untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: bahan pelajaran, pengajar (guru), metode mengajar, situasi, siswa dan lain sebagainya. Faktor siswa masih dapat diuraikan lagi menjadi beberapa, diantaranya adalah intelegensi, minat, bakat, motivasi, aktifitas dan sebagainya. 1

2 Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang matematika menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran matematika. Menurut penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara dalam hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011, untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012). Di tingkat nasional, matematika bersama dua mata pelajaran lainnya yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris diujikan dalam Ujian Nasional (UN) untuk mengukur kompetensi keulusan siswa. Pelaksanaan UN dimulai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rendahnya prestasi kompetensi matematika siswa Indonesia juga tercermin dari hasil Ujian Nasional (UN). Selama beberapa tahun penyelenggaraan, nilai terendah dari hasil UN tingkat SMP/MTs, dicapai oleh mata pelajaran matematika. Menurut laporan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), hasil UN matematika pada tahun 2007/2008, nilai rata-rata untuk UN matematika tingkat SMP adalah 6,69 dan mengalami kenaikan pada tahun 2008/2009 dengan rata-rata 7,59, namun pada tahun 2009/2010 mengalami penurunan dengan rata-rata 7,31 (BSNP, 2011: 166). Dari 33 provinsi di Indonesia, provinsi yaitu paling tinggi presentase mengulangnya, yaitu Nusa Tenggara

3 Timur (39,87%), Gorontalo (38,80%), dan Bangka Belitung (34,69%) (Virgo, 2015: 2). Di pulau Jawa, Dinas Pendidikan Nasional DKI Jakarta menyebutkan dari 135.236 peserta UN SMP/MTs tahun 2010 sebanyak 269 (0,2%) siswa dinyatakan tidak lulus UN 2010. Dinas Pendidikan Nasional Jawa Timur menyebutkan dari 534.020 peserta UN SMP/MTs tahun 2010 sebanyak 1509 (0,28) siswa SMP/MTs, baik negeri maupun swasta dinyatakan tidak lulus UN 2010. Sedangkan Dinas Pendidikan Nasional Jawa Tengah menyatakan dari 512.565 siswa SMP/MTs yang mengikuti ujian sebanyak 5.162 (1,01%) dinyatakan tidak lulus. Sedangkan Pemerintah Kota Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan dari 49128 peserta UN SMP/MTS sebanyak 3.197 siswa (6,51%) dinyatakan gagal dalam UN tahun 2010 (BSNP, 2011: 167). Pada ujian nasional tahun pelajaran 2013/2014 peserta yang mengikuti UN SMP/MTs berjumlah 3.773.372 siswa. Peserta UN yang lulus berjumlah 3.771.037 siswa (99,94%), dan yang tidak lulus berjumlah 2.335 siswa (0,06%). Tingkat kelulusan Tahun Pelajaran 2013/2014 meningkat sebesar 0,38% dibandingkan dengan tingkat kelulusan Tahun Pelajaran 2012/2013 (99,56%). Provinsi-provinsi yang mencapai kelulusan tertinggi adalah: DKI Jakarta dan Jawa Barat masing-masing 99,99%, serta Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Bali, dan Maluku Utara, masing-masing 99,98%. Tiga Provinsi yang berada pada persentase kelulusan terendah adalah Aceh (99,63%, tidak lulus 0,37%), Sulawesi Barat (99,67%, tidak lulus 0,33%), dan Kalimantan Utara (99,69%, tidak lulus 0,31%) (BSNP, 2014: 28).

4 Tinggi rendahnya prestasi belajar matematika siswa sangat dipengaruhi oleh cara penyampaian guru. Sutikno (2009: 23) menyatakan guru yang tidak dapat berinteraksi dengan baik dan akrab dengan siswa menyebabkan proses pembelajaran kurang lancar. Siswa merasa jauh dengan guru dan siswa segan berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.. Berdasarkan pernyataan tersebut maka diperlukan adanya inovasi dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga siswa tidak hanya sekedar mendengarkan materi yang disampaikan guru. Menurut Aunurrahman (2009: 140), keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Permasalahan lain yang sering terjadi adalah strategi belajar mengajar yang digunakan guru cenderung terpisah-pisah satu dengan yang lainnya, misalnya guru memilih menggunakan strategi belajar mengajar dengan ceramah saja, kerja kelompok saja, atau individual saja. Selain itu kedudukan dan fungsi guru cenderung dominan sehingga keterkaitan guru dalam strategi itu tampak masih terlalu besar, sedangkan intensitas belajar siswa masih terlalu rendah kadarnya. Gejala ini sekaligus menggambarkan bahwa penggunaan strategi masih terbatas pada satu atau dua model mengajar saja,

5 belum meluas dan mencakup penggunaan model secara luas dan banyak variasinya. Implikasi keadaan ini mengakibatkan prestasi belajar siswa belum mencapai taraf optimal. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaan dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis (Rahayu, 2015: 3). Menurut Aunurrahman (2009: 143) penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik Salah satu model pembelajaran yang termasuk pembelajaran inovatif adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah tipe Team Assisted Individualization (TAI). Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran yang dimana bertujuan untuk menyatukan pembelajaran individual dan pembelajaran kelompok. Model ini merangkul siswa untuk bekerja dalam sebuah tim yang bersifat campuran atau heterogen yaitu siswa yang memiliki prestasi belajar

6 yang rendah, sedang, dan tinggi berada didalam satu kelopok atau satu tim (Wardani, dkk., 2014: 3) Pada model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) kesulitan memahami materi secara individual dapat dipecahkan bersamasama dalam kelompok dengan bimbingan guru. Selain itu, menurut Slavin (2010: 189) dalam buku Cooperatif Learning, Teori, Riset dan Praktik pengajaran TAI berhasil membuat perbaikan pada diri siswa yang beranggapan bahwa dirinya lemah dalam matematika, meningkatkan prestasi belajar, rasa bertanggungjawab, dan lebih termotivasi karena siswa bekerja sesuai dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Jika selama ini penilaian yang dilakukan oleh guru hanya bersifat penilaian kognitif, terdapat beberapa kekurangan antara lain tidak melihat proses yang terjadi, maka kali ini ingin dilakukan penilaian dengan melihat aspek-aspek dari taksonomi bloom diantaranya kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan begitu penilaian akan bersifat menyeluruh. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, preroutine, dan rountinized.

7 Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap Prestasi Belajar ditinjau dari Taksonomi Bloom B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang, maka permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah: 1. Prestasi belajar siswa matematika sampai saat ini masih belum sesuai yang diharapkan. 2. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. 3. Penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) sudah efektif tapi belum memenuhi dimensi kognitif revisi taksonomi bloom. 4. Taksonomi Bloom belum diperhatikan secara optimal dalam pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang akan dikaji lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan tersebut sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang akan diteliti tingkat keberhasilannya adalah Team Assisted Individualization. 2. Taksonomi belajar Bloom ialah penilaian keberhasilan hasil belajar yang dilihat dari enam kategori dimensi kognitif.

8 D. Perumusan Masalah Permasalahan pokok yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada hubungan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap prestasi belajar matematika? 2. Adakah interaksi antara model pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap prestasi belajar matematika berdasarkan taksonomi bloom? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap prestasi belajar matematika berdasarkan taksonomi bloom. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat dalam salah satu usaha perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Beberapa manfaat itu diantaranya: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu alternatif untuk mengetahui tingkat prestasi belajar berdasarkan taksonomi bloom ditinjau dari hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization. 2. Manfaat praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

9 a. Bagi Siswa Meningkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa khususnya berdasarkan taksonomi bloom serta dapat menambah pengalaman mengenai pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization. b. Bagi Guru Sebagai masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization. c. Bagi Sekolah Sebagai acuan bagi calon pendidik mengenai penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization, dan sebagi acuan serta pertimbangan dalam rangka meningkatkan keberhasilan pembelajaran berdasarkan taksonomi bloom.