BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

A. Analisis Akad Hutang Piutang Dengan Cara Order Tanpa Jaminan Di Toko

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

PENGERTIAN TENTANG PUASA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia memerlukan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari bentuk kegiatan muamalah adalah utang-piutang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini sudah dilengkapi dengan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

Hukum Mengubah Nazar

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI AKAD PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DAN REALISASINYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang Perlidungan Konsumen. Undang-undang perlindungan konsumen merupakan suatu aturan yang memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam analisis hukum Islam hal itu tidak menjadi suatu yang bertentangan, melainkan adanya kesamaan misi yaitu untuk memberikan kenyamanan terhadap semua konsumen. Dalam undang-undang tersebut sudah jelas, bahwa perusahaan tidak boleh mencantumkan klausula-klausula baku yang sulit dimengerti atau tidak dapat dimengerti oleh konsumen, begitu juga dalam hukum Islam bahwa dalam bentuk perjianjian antara kedua belah pihak harus sama-sama sepakat dan tidak adanya cela antara kedua belah pihak yang mengadakan kontrak perjanjian tersebut. 53

54 B. Analisis Terhadap Akad Perjanjian yang Digunakan Pada dasarnya perjanjian financial leasing dan ija>rah al-muntahia bittamli>k sama-sama menggunakan prinsip jual beli, di mana keduanya dalam kategori natural (certainty contract) kontrak jual beli. Artinya dalam Islam perjanjian financial leasing ini adalah ija>rah al-muntahia bittamli>k. Dalam perusahaan PT Summit Oto Finance melakukan perjanjian di sini, terjadi antara sebuah perusahaan pembiayaan dengan nasabah atau masyarakat umum, dimana dalam akad perjanjian yang digunakan dan diberikan oleh perusahaan terhadap nasabah sangat mudah, karena dalam polis perjanjian di sana sudah tercantum semua ketentuan-ketentuan baik itu yang berupa ketentuan pembiayaan, jaminan serta asuransinya atau dengan kata lain yaitu polis standar. Oleh karena itu dalam perjanjian pembiayaan leasing tersebut menggunakan perjanjian pembiayaan berjangka, dimana perusahaan memberikan kemudahan terhadap nasabah dalam kepemilikan kendaraan bermotor dengan pembayaran yang dicicil setiap bulan. Terlepas dari itu karena perjanjian leasing ini merupakan bentuk perjanjian pembiayaan berjangka, maka dalam perjanjian ini terjadi peralihan kepemilikan pada akhir masa kontrak. Dalam akad perjanjian financial leasing berbeda dengan akad-akad perjanjian dalam ajaran Islam pada umumnya, seperti contoh dalam jual beli ataupun sewa-menyewa disana harus menyebutkan atau secara terang telah menjual atau menyewakan barang yang menjadi miliknya. Akan tetapi dalam

55 perjanjian financial leasing, di sini seseorang yang hendak melakukan perikatan ataupun perserikatan kredit, cukup hanya dengan membaca semua pasal-pasal yang tercantum dalam surat ketentuan pengajuan kredit (standart contract). Akan tetapi, meski dalam penerapannya serta dalam teori sedikit berbeda, hal itu tidak terlepas dari kontrak sewa dan beli, karena dalam awal kesepakatan terjadi kontrak sewa berdasarkan jangka waktu yang telah diajukan oleh pihak penyewa dan disetujui oleh yang menyewakan, baik itu 11 bulan, 17 bulan, 24 bulan, 29 bulan dan 35 bulan. Dalam realisasinya akad perjanjian leasing menurut penulis itu sah-sah saja, selama hal itu tidak keluar dari peraturan perundang-undangan dan ajaran agama Islam, seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata mengenai asas kebebasan berkontrak serta asas-asas persetujuan pada umumnya sebagaimana tercantum pada Bab I buku III KUH Perdata. Pasal ini memberikan kebebasan kepada semua pihak untuk memilih isi pokok perjanjian mereka sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan undang-undang dasar, kepentingan atau kebijakan umum dan kesusilaan. Perjanjian financial leasing adalah bentuk perjanjian pembiayaan perusahaan pengadaan barang modal yang dibutuhkan oleh perusahaan atau perorangan dengan pengaturan pembiayaan secara berkala. Dalam akad perjanjian leasing ini sedikit berbeda dengan perjanjian sewa-menyewa biasa dan juga jual beli, karena dalam akad perjanjian financial leasing ini tidak mengedepankan aspek kemasyarakatannya, akan tetapi, di sini

56 lebih mengedepankan aspek keamanan, di mana semua akad ataupun ketentuanketentuan dalam perjanjian itu sendiri sudah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Dalam penerapannya, bagi mereka yang akan menggunakan jasa kredit tidak harus membuat suatu perjanjian antara kedua belah pihak, melainkan cukup dengan membaca dan menelaah dari semua ketetapan-ketetapan atau standar kontrak yang telah diberikan oleh pihak perusahaan. Oleh sebab itu analisa penulis terhadap akad perjanjian financial leasing ini, merupakan suatu perpaduan antara perjanjian sewa-menyewa dengan jual beli, karena dalam penerapan praktek tersebut tidak terlepas dari kontrak sewa menyewa di mana pihak penyedia dana atau barang modal menyewakan barangnya dengan jaminan pembayaran secara berkala baik itu dalam bentuk bulanan atau harian dan pada akhir masa kredit atau pembiayaan pihak penyewa akan menjadi pemilik sah terhadap barang yang telah disewa dari pihak penyewa. Di lain pihak, antara ijarah dengan leasing sedikit berbeda dalam metode pembayarannya, karena dalam perjanjian leasing hanya menggunakan satu metode yaitu yang bergantung pada lamanya seseorang menyewa, bukan apakah barang yang disewa itu terpakai atau tidak. Sedangkan dalam ijarah menganut dua metode pembayaran yaitu pembayaran yang tergantung pada kinerja objek yang disewa serta yang tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa. Perlu diketahui, sebagaimana dijelaskan diatas bahwa dalam perjanjian financial leasing ini tidak mengedepankan aspek kemasyarakatannya atau tolong menolong, selain dari pada itu dalam pejanjian financial leasing ini ada sedikit

57 perbedaan dengan perjanjian leasing menurut Hukum Islam yaitu pada akhir masa pembiayaan, di mana dalam perjanjian financial leasing pada akhir masa kontrak secara otomatis barang yang disewa berpindah tangan kepada penyewa, sedangkan dalam ijarah al-muntahia bittamli>k kepemilikan terhadap barang yang disewa masih terdapat beberapa kemungkinan yaitu terjadi karena akad jual beli pada akhir masa sewa atau akad hibah pada akhir masa sewa. C. Pola Penyelesaian Terhadap Debitur Yang Melakukan Wanprestasi Jika terjadi wanprestasi terhadap debitur, maka bentuk penyelesaiannya dengan tiga cara yaitu: 1. Kewajiban ganti rugi yang merupakan bentuk pembayaran atas segala kerugian atas musnahnya atau rusaknya barang-barang milik kreditur akibat kelalaian debitur, hal itu terdiri atas biaya, rugi dan bunga yang telah diperhitungkan oleh perusahaan sebelumnya. 2. Pembatalan perjanjian, hal itu terjadi karena akibat kelalaian seorang debitur. Akan tetapi pembatalan ini tidak secara otomatis diberikan kepada debitur yang mengalami wanprestasi, melainkan pembatalan tersebut atas persetujuan hakim, hal itu diatur dalam Pasal 1266 KUH Perdata yang berbunyi Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang bertimbalbalik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan, atas permintaan si tergugat

58 memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan 3. Dengan peralihan resiko, seorang debitur jika sudah tidak lagi sanggup memenuhi dari apa yang sudah menjadi tanggungannya maka, dia punya hak atas barang tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 1237 ayat (2) KUH Perdata yang berbunyi: Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak atas kelalaian kebendaan adalah atas tanggungannya Sedangkan penyelesaian menurut Hukum Islam adalah: 1. Selalu mengedepankan rasa saling tolong menolong. Dimana, ketika debitur terlambat membayar hutang, tentu ada beberapa hal yang menimpanya, misalnya karena proyek bisnis yang dibiayai mengalami kerugian yang dikarenakan diluar kemampuannya sebagai manusia. Maka seorang kreditur berkewajiban untuk menolongnya. Misalnya dengan memberikan tambahan modal, dengan harapan kondisi keuangan debitur segera pulih dan meningkat sehingga kemampuan financial bisnis yang hendak dijalankan benar-benar tidak terganggu dengan pelunasan pinjamannya. 1 Allah menciptakan manusia dengan berbagai anugerah potensinya yang berbeda-beda sesuai dengan Ridho-Nya. Perbedaan potensi inilah memungkinkan manusia secara fitrahnya mengharuskan adanya kerja sama untuk mencapai kebaikan bersama. Adanya perbedaan ini merupakan suatu 1 Muslich, Etika Bisnis Islam, h. 133

59 kodrat alamiyah dan takdir yang diberikan Allah. Dalam surat al-zuhruf ayat 32 dijelaskan. ي ق س م و ن أ ه م ب ع ض ه م ف و ق ب ع ن ح ن ر ب ك ر ح م ة ق س م ن ا ب ي ن ه م م ع يش ت ه م ف ي ال ح ي ا ة ال دن ي ا و ر ف ع ن ا ض د ر ج ا ت ل ي تخ ذ ب ع ض ه م ب ع ض ا س خ ر ي ا و ر ح م ة ر ب ك خ ي ر م ما ي ج م ع ون (٣٢) Artinya Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan 2 (QS. Al-Zuhruf: 23) 2. Memberikan kelonggaran waktu, yaitu dalam hukum Islam dianjurkan kreditur untuk memberikan kelonggaran waktu yang dapat berbentuk reschedulling, yaitu suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. 3 Dalam surat al-baqarah ayat 280 dijelaskan و إ ن آ ا ن ذ و ع س ر ة ف ن ظ ر ة إ ل ى م ي س ر ة و أ ن ت ص دق وا خ ي ر ل ك م إ ن آ ن ت م ت ع ل م و ن (٢٨٠) Artinya Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. 4 (QS. Al-Baqarah: 280 2 Departemen Agama RI, al-qur an dan Terjemahnya, h. 65 3 Ibid., h.132 4 Departemen Agama RI, al-qur an dan Terjemahnya, h. 28

60 3. Memberikan sanksi, yaitu adakalanya seorang debitur itu mampu untuk melunasi atau membayar dari semua angsuran, akan tetapi malas untuk membayarnya. Padahal Rasulullah SAW dengan tegas melarang kepada kita untuk menunda pembayaran hutang apabila mampu. Karena ini merupakan suatu bentuk kedzaliman. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda-nya: مطل الغ ني ظ ل م (رواه ابن ماجه) Artinya Menahan (menunda-nunda pembayaran hutang) orang yang mampu itu suatu kedzaliman 5 4. Membebaskan debitur dari beban hutangnya, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-baqarah ayat 280 ذ و آ ا ن و إ ن ع س ر ة إ ل ى ف ن ظ ر ة و أ ن م ي س ر ة ت ص دق وا ت ع ل م و ن آ ن ت م إ ن ل ك م خ ي ر (٢٨٠) Artinya Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. 6 (QS. Al-Baqarah: 280) 5 Abi Abdullah Muhammad bin Yazid Qazwany, Sunan Ibnu Majah, h. 803 6 Departemen Agama RI, al-qur an dan Terjemahnya, h. 30