HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SUBUR KELURAHAN PULAI ANAK AIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS NILAM SARI KOTA BUKITTINGGI 1 * Yuhendri Putra, 2 Junios 1,2 STIKes Prima Nusantara Bukittinggi *e-mail : yuhendriputra@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi status gizi balita berat kurang pada tahun 2010 adalah 17.9%. Bila dibandingkan dengan sasaran MDG s tahun 2015 yaitu 15.5% maka prevalensi berat kurang secara nasional masih harus diturunkan. Kelurahan Pulai Anak Air merupakan kelurahan terbesar dari empat kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi. Dari survey awal didapatkan 4 balita dengan gizi sangat kurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi berjumlah 434 balita, sampel 81 responden dengan metode accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada 17 Juni 2014 di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air. Data tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner secara wawancara dan data status gizi balita dikumpulkan dengan menimbang berat badan di Posyandu. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan chi-square test (CI =95%). Hasil penelitian didapatkan 60.5% responden dengan tingkat ekonomi rendah, 58.0% responden dengan pengetahuan tinggi, dan 93.8% responden mempunyai status gizi baik. Hasil uji statistik hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita didapatkan nilai p=0.379 dan hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita didapatkan nilai p=0.392. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi dengan status gizi balita. Diharapkan kepada tenaga kesehatan dan orang tua untuk dapat memperhatikan status gizi balitanya agar kejadian gizi kurang di Kelurahan Pulai Anak Air dapat diatasi. Kata kunci: Tingkat ekonomi keluarga, pengetahuan ibu tentang status gizi balita, status gizi balita ABSTRACT Based on data of Riskesdas in 2010 the prevalence of nutritional status of children less severe in 2010 was 17.9%. When compared with the MDG's target in 2015 is 15.5%, the national prevalence of less weight still have to be reduced. Pulai Children's Village of Air is the largest village of the four villages in Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi. From the initial survey obtained four children with very poor nutrition. The research objective was to determine whether there is a relationship of economic level of the family and knowledge of mothers with infant nutritional status. This research is an analytic survey with cross sectional approach. Population of 434 infants, the sample 81 respondents with accidental sampling method. The research was conducted on June 17, 2014 in IHC Fertile Water Children's Village Pulai. Family economic level data and knowledge of mothers was collected using a questionnaire in interviews and data collected by the nutritional status of children weigh at IHC. Data was analyzed by univariate and bivariate with chi-square test (CI = 95%). The result showed 60.5% of respondents with low economic level, 58.0% of respondents with a high knowledge, and 93.8% of respondents have a good nutritional status. Results of statistical tests the level of economic relations family with infant nutritional status p value = 0379 and the relationship of knowledge of mothers with infant nutritional status p value = 0392. From the results of this study concluded that there was no significant relationship between the level of the family economy and the knowledge about the nutritional status of the mother's nutritional status. Expected to health workers and parents to be able to pay attention to the nutritional status of children under five in order that the incidence of malnutrition in Pulai Children's Village Water can be overcome. Keywords: level of family economic, mothers knowledge of nutritional status, Toddlers nutritional status Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 71
PENDAHULUAN Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan dibidang ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan keadaan gizinya (Almatsier, 2013). Menurut data WHO pada tahun 2010 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh pneumonia 19%, diare 18%, malaria 8%, campak 4%, HIV/AIDS 3%, kondisi neonatal termasuk kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi 37%. Dari kematian bayi dan balita tersebut lebih dari 50% nya menderita gizi kurang, oleh karena itu menurunkan kejadian gizi kurang berarti menurunkan angka kematian bayi dan balita (WHO, 2011). Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah gangguan Akibat Kekurangan Yodium(GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih (Supariasa dkk, 2008). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi balita dengan berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk, 13% gizi kurang, 76,2% gizi baik dan 5,8% gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) sudah terjadi penurunan. Penurunan terutama pada terjadi pada prevalensi gizi buruk, turun sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi gizi kurang masih tetap sebesar 13.0% bila dibandingkan dengan sasaran MDG s tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional masih harus diturunkan (Riskesdas 2010 dalam Kemenkes RI 2012). Pada tahun 2010, sebanyak 103 juta anak berusia di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami underweight atau berat badan terlalu rendah. Prevalensi balita yang mengalami masalah gizi berdasarkan berat badan per umur (BB/U) di Indonesia pada tahun 2010 meliputi kasus gizi kurang 13,0% dan gizi buruk 4,9%. Prevalensi di Sumatera Barat menunjukkan kasus gizi kurang 14,4% dan gizi buruk 2,8%. Data tersebut memperlihatkan bahwa jumlah balita dengan status gizi kurang di Sumatera Barat masih tinggi di atas persentase rata-rata Indonesia. Berdasarkan hasil pemantauan status gizi Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2011, didapatkan prevalensi balita gizi kurang dengan indikator BB/U sebesar 10,6% dan balita gizi buruk 1,7% (Profil Kesehatan Dinkes Tk I, 2010). Pada tahun 2010 di Kota Bukittinggi masih ditemukan balita gizi buruk sebanyak 14 orang/ 0,16% (Berat Badan menurut umur) dan 1009 orang gizi kurang/ 13,5%. Setelah ditinjau balita tersebut tidak mengalami kelainan yang mengarah kepada marasmus/ kwasiorkor (Profil Dinas Kesehatan Bukittinggi, 2010). Berdasarkan laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari dari 1099 orang balita terdapat 8 orang balita dengan gizi sangat kurang, 38 orang dengan gizi kurang, dan 45 orang dengan gizi lebih. Dari empat kelurahan yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari, di Kelurahan Pulai Anak Air terdapat 4 orang dengan gizi sangat kurang, 16 orang dengan gizi kurang, dan 19 orang dengan gizi lebih (Laporan PSG, 2013). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi diketahui jumlah balita tahun 2013 sebanyak 1099 balita dan dari hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Pulai Anak Air diketahui sebanyak 2 orang ibu mengetahui tentang status gizi balita dan 8 orang ibu tidak mengetahui tentang status gizi balita, hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan ibu tentang status gizi balita. Selain itu, dari 10 orang ibu tersebut didapatkan 6 keluarga dengan ekonomi kelas rendah dan 4 keluarga dengan ekonomi kelas atas. Dan dari 10 keluarga tersebut didapatkan 2 orang balita dengan status gizi kurang. Hal ini menandakan bahwa status gizi balita juga dapat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi keluarga. Beberapa kasus gizi buruk yang terjadi selama ini baik di Indonesia maupun secara global menemukan implikasi bahwa kemiskinan beresiko besar terhadap gizi buruk. Dalam studi ini kondisi tersebut juga di temukan. Kelompok masyarakat miskin dan tingkat pengetahuan rendah memiliki resiko besar terhadap kasus gizi buruk dan gizi kurang. Sesuai dengan teori kesehatan dan gizi bahwa pendidikan mempengaruhi kualitas gizi anak. Ketika pendidikan orang tua rendah maka pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah sehingga pola konsumsi gizi untuk anak menjadi tidak baik. Penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita ini juga pernah Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 72
dilakukan oleh Susan Fatma Dewi yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah, di Kelurahan Sei Agul Medan pada tahun 2013. Dari penelitian yang dilakukan tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap gizi anak. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2014. Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi pada bulan Januari Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita di Posyandu Subur Tahun 2013 yang berjumlah 434 orang. Sampel berjumlah 81 responden dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Pengumpulan data primer untuk variabel independen dilakukan dengan cara pengisian kuisioner langsung oleh responden sedangkan untuk data variabel dependen diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square (CI 95%). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Ekonomi Keluarga 1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Ekonomi Keluarga di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2013 Tingkat Ekonomi Keluarga f % Tinggi 32 49 39.5 60.5 Jumlah 81 100 Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa dari 81 responden, 32 responden (39.5%) dengan ekonomi tinggi dan 49 responden (60.5%) dengan ekonomi rendah. Dalam penelitian ini status ekonomi dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah. Keluarga dikatakan ekonomi tinggi apabila penghasilan UMR dan keluarga dikatakan ekonomi rendah apabila penghasilan < UMR. Menurut data yang di dapatkan dari BKKBN, status ekonomi merupakan tingkat kemampuan keluarga yang di nilai dari pendapatan keluarga. Status masyarakat dapat dibedakan atas gakin (punya kartu) dan non gakin (tidak punya kartu). Berdasarkan jumlah pendapatan keluarga per bulannya dan menurut standar upah minimum regional (UMR) Sumatera Barat tahun 2013 yaitu sebanyak Rp. 1.350.000 per bulan. Ekonomi kelas atas 3 kali diatas UMR, ekonomi kelas menengah 2 kali UMR, dan ekonomi kelas bawah/ rendah UMR (Pusdatinaker Sumbar, 2013). Status ekonomi diartikan sebagai usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara memproduksi, mendistribusi, mengkonsumsi barang dan jasa. Menurut BKKBN, keluarga miskin adalah keluarga yang dengan alasan ekonomi tidak memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: paling kurang satu kali seminggu makan daging atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter untuk tiap penghuni. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Komsatiningrum pada tahun 2008 di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten bahwa ratarata pendapatan keluarga responden adalah sedang (47.3%). Menurut asumsi peneliti, melihat dari hasil penelitian yang yang telah dilakukan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi lebih dari separoh responden memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menerangkan bahwa jika status ekonomi keluarga tinggi maka status gizi balita baik dan begitu sebaliknya. nya ekonomi keluarga disebabkan karena sebagian besar besar pekerjaan orang tua adalah ibu rumah tangga dan wiraswasta, sehingga lebih dari separoh pendapatan rata-rata keluarga dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 73
Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2013 Pengetahuan Ibu F % Tinggi Jumlah 81 100 47 34 58.0 42.0 Berdasarkan tabel 2 ditemukan dari 81 responden, 47 responden (58.02%) yang memiliki pengetahuan tinggi dan 34 responden (41.98%) yang memiliki pengetahuan rendah tentang status gizi balita. Dari 20 item pertanyaan tentang status gizi balita, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah item nomor 17 yaitu tentang akibat gizi kurang pada proses tubuh. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah item nomor 11, yaitu pertanyaan tentang penilaian status gizi balita. Didukung oleh teori yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan seseorang lebih menentukan rendahnya pengetahuan seseorang tentang status gizi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan (Ikhsan, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuris Zuraida Rakhmawati pada tahun 2013 di Semarang bahwa Ibu Balita mempunyai pengetahuan yang baik tentang status gizi balita (86.15%). Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari juga mendapatkan hasil yang sama yaitu responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang status gizi balita. Tingginya pengetahuan responden tentang status gizi balita disebabkan oleh telah terlaksananya dengan baik penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, serta adanya kesadaran dan kemauan ibu untuk memanfaatkan media informasi yang ada di pelayanan kesehatan. Selain itu, pendidikan ibu yang tergolong tinggi juga mempengaruhi pengetahuan ibu tentang status gizi balita, dimana sebagian besar ibu yang memiliki balita di Posyandu Subur adalah berpendidikan SMA. Status Gizi Balita Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2014 Status Gizi Balita f % Baik Kurang Jumlah 81 100 76 5 93.8 6.2 Berdasarkan tabel 3 dari 81 balita yang menjadi sampel terdapat 93.83% responden yang berstatus gizi baik dan 6.17% responden yang berstatus gizi kurang. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi balita memuaskan (Supariasa, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah ketersediaan pangan ditingkat keluarga, pola asuh keluarga, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dasar, budaya keluarga, sosial ekonomi, serta tingkat pengetahuan dan pendidikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia Repi tahun 2010 di Kecamatan Langowan Barat bahwa status gizi balita adalah baik (97.1%). Menurut asumsi, peneliti dari hasil yang menunjukkan bahwa responden memiliki status gizi baik. Status gizi balita dikategorikan baik disebabkan karena makanan yang dikonsumsi balita sesuai dengan kebutuhan nutrisi balita setiap harinya, pola asuh yang baik seperti dalam pemenuhan pangan, pemeliharaan kesehatan fisik, dan perhatian pada anak. Selain itu, balita tidak Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 74
dalam keadaan sakit yang menyebabkan terjadinya penurunan dalam pemenuhan nutrisi. Pengetahuan ibu yang dikategorikan tinggi juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan status gizi balita baik, karena semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin kecil kemungkinan untuk terjadinya gizi buruk. Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita Tabel 4 Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2014 Tingkat Ekonomi Tinggi Status Gizi Balita Total Baik Kurang F % f % F % 29 47 38.2 61.8 3 2 60.0 40.0 Total 76 100 5 100 81 100 32 49 P value 39.5 60.5 0.379 Berdasarkan tabel 4 diatas dari 32 responden yang berstatus ekonomi tinggi didapatkan balita dengan status gizi baik 29 orang (38.2%), dan status gizi kurang 3 orang responden (60.0%). Sedangkan dari 49 responden yang berstatus ekonomi rendah didapatkan balita dengan status gizi baik 47 orang responden (61.8%), status gizi kurang 2 orang responden (40.0%). Dari uji statistik didapatkan nilai p = 0.379 > p = 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi balita. Status ekonomi diartikan sebagai usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara memproduksi, mendistribusi, mengkonsumsi barang dan jasa. Menurut BKKBN, keluarga miskin adalah keluarga yang dengan alasan ekonomi tidak memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: paling kurang satu kali seminggu makan daging atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter untuk tiap penghuni. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Anjani, 2011 dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi ibu dengan status gizi balita di Makasar, dengan nilai p = 0,296 > p = 0,05. Hasil penelitian yang penulis dapatkan tidak terdapat hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita di Posyandu Subur Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi dimana ibu balita yang berstatus ekonomi rendah memiliki status gizi baik, dan ibu balita yang memiliki tingkat ekonomi tinggi memiliki status gizi baik. Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan ekonomi rendah cenderung memiliki balita yang bergizi baik, hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya. Ibu dengan status ekonomi rendah seharusnya cenderung memiliki balita yang bergizi kurang karena keterbatasan biaya untuk mencukupi gizi balitanya. Ini terjadi karena ibu yang memiliki tingkat ekonomi rendah dapat mengatur pola makan balitanya dan bisa menyiasati makanan yang dikonsumsi balitanya sehingga kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi, serta cara pengolahan makanan yang baik juga dapat mempengaruhi status gizi balita. Selain itu, pola asuh yang baik seperti dalam pemenuhan pangan, pemeliharaan kesehatan fisik, dan perhatian pada anak juga dapat mempengaruhi perkembangan status gizi balita. Dalam hal ini pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga memungkinkan lebih banyak waktu dalam mengasuh balita, sehingga perhatian dalam pemenuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita dengan Status Gizi Balita Tabel 5 Hubungan Pengetahuan Responden tentang Status Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2014 Pengetahuan Responden Status Gizi Balita Total Baik Kurang F % f % F % P value Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 75
Tinggi 43 33 56.6 43.4 4 1 80.0 20.0 Total 76 100 5 100 81 100 47 34 58.0 42.0 0.392 Berdasarkan tabel 5 diatas dari 47 responden yang berpengetahuan tinggi didapatkan 43 orang balita (56.6%) memiliki status gizi baik, dan 4 orang balita (80.5%) yang memiliki status gizi kurang, sedangkan dari 34 responden yang berpengetahuan rendah didapatkan 33 orang balita (43.4%) memiliki status gizi baik, dan 1 orang balita (20.0%) memiliki status gizi kurang. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.392 > p = 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan status gizi balita. Didukung oleh teori yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan seseorang lebih menentukan rendahnya pengetahuan seseorang tentang status gizi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan (Ikhsan, 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian Ucu Suhendri, 2009 dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang, dengan nilai p = 0,350 > p = 0,05. Hasil penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sama juga pernah dilakukan oleh Lusi Oktriani Asril, 2010 di Posyandu Kamboja Merah Kota Padang Panjang dengan nilai p = 0,238 > p = 0,05. Menurut asumsi peneliti, dari hasil yang didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi dimana ibu balita yang berpengetahuan tinggi memiliki status gizi baik, dan ibu dengan pengetahuan rendah memiliki status gizi baik. Ini menjelaskan bahwa tinggi rendahnya pengetahuan seseorang tidak mempengaruhi status gizi balita, karena masyarakat telah memiliki kesadaran yang tinggi untuk memperoleh informasi dari berbagai media cetak, media elektronik, serta informasi dari tenaga kesehatan. KESIMPULAN 1. Lebih dari separoh tingkat ekonomi keluarga dikategorikan rendah (60.5%). 2. Lebih dari separoh pengetahuan ibu tentang status gizi balita dikategorikan tinggi (58.0%). 3. Sebagian besar status gizi balita pada kategori baik (93.83%). 4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi (p > 0.05). 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita (p > 0.05). SARAN 1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang status gizi balita 2. Bagi puskesmas, diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan kesehatan khususnya dalam peningkatan status gizi balita. 3. Bagi responden, diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu balita tentang status gizi balita, serta dapat memperhatikan perkembangan balitanya terutama status gizi balita. 4. Bagi Institusi Pendidikan, Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan bacaan atau pedoman bagi perpustakaan dan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Almatsier. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu.Jakarta: PTRaja Grafindo Persada Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Fatma, Dewi Susan. 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013 Laporan Pemantauan Status Gizi Puskesmas Nilam Sari, 2013 Maryunani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta. Mahfoedz, I. 2010. Metodologi Penelitia. Fitramaya: Yogyakarta. Mubarak, W. I. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 76
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Profil Dinas Kesehatan Bukittinggi, 2010 Profil Kesehatan Dinkes Tk I, 2010 Riskesdas 2010 dalam Kemenkes RI 2012 Supariasa,D. N. Dkk. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Supariasa. Dkk. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif - Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 77