BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara umum. Menurut Arif Bachtiar, dkk (2002:3) mendefinisikan akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

1. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

I. PENDAHULUAN.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

PROVINSI JAWA TENGAH

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-169- BAB VI AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdul Hafiz Tanjung (35, 2009) Akuntansi Keuangan Daerah

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Struktur HOBO Persamaan Akuntansi Proses Akuntansi Bagan Akun Standar BAS tedi last 01/17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2010:3) memberikan defenisi Sistem Akuntansi adalah

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PROVINSI BENGKULU

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 33 TAHUN 2015 T E N T A N G KEBIJAKAN AKUNTANSI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 05 SISTEM AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Sistem Akuntansi menurut Mulyadi (2014:3) adalah:

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

: : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3)

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

SISTEM AKUNTANSI PPKD

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

-1- KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 mengenai

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

B U P A T I K U N I N G A N

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian prosedur menurut M. Nafarin (2010:25) adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005), dinyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomi yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam organisasi dan kesatuan ekonomi tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Dari perspektif ini, akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha, bukan pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggungjawaban dan laporan keuangan merupakan medium pertanggungjawabannya. Dalam mekanisme keuangan negara di Indonesia, teori ataupun konsep entitas telah diaplikasikan. Istilah entitas pelaporan masuk dalam khasanah perundangundangan melalui penjelasan pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) dari Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang berbunyi: tiap-tiap kementerian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib

10 menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Berangkat dari ketentuan hukum di atas, maka dalam standar akuntansi pemerintahan dibakukan dan dipertegas eksistensi Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi, sebagai berikut: 1. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. 2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang, dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Satuan kerja sebagai unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau mengelola barang merupakan entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, dan secara periodik menyiapkan laporan keuangan menurut standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan. Setiap unit pemerintah dapat ditetapkan menjadi suatu entitas akuntansi apabila unit yang dimaksud mengelola anggaran sebagaimana yang dimaksud dalam PSAP 11 paragraf 15 yang mengatakan: Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan.

11 2.2 Sistem Akuntansi Secara umum, suatu sistem merupakan sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi secara bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah input menjadi output. Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Sedangkan output tersebut adalah laporan keuangan. Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau yang terjadi secara rutin. Menurut Mulyadi (2001) sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi laporan keuangan yang dibutuhkan oleh manajer guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Dari definisi di atas yang menjabarkan pengertian sistem akuntansi dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan organisasi formulir dan berbagai catatan transaksi yang mana digunakan untuk keperluan penyusunan laporan keuangan. 2.3 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian prosedur yang saling berhubungan, yang digunakan sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh yang ditunjukan untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan pihak intern dan ekstern pemerintah daerah untuk pengambilan keputusan ekonomi.

12 Prosedur yang dimaksud adalah proses pengindentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) suatu organisasi. Yang dimaksud dengan proses pengindentifikasian adalah pengindentifikasian ekonomi, agar dapat membedakan mana transaksi yang bersifat ekonomi dan mana yang tidak. Pada dasarnya transaksi ekonomi adalah aktivitas yang berhubungan dengan uang. Proses selanjutnya adalah pengukuran transaksi ekonomi, yaitu dengan menggunakan satuan uang. Proses tersebut menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi tertentu. Pelaporan transaksi ekonomi akan menghasilkan laporan keuangan yang merupakan hasil akhir proses akuntansi (Handayani, 2007). Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi keuangan daerah didefinisikan sebagai: Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sementara itu, dalam PP No.71 Tahun 2010 pada lampiran I mengatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah adalah: Rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analis transaksi sampai dengan laporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah. Dalam PP No. 71 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman

13 umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah diatur dengan peraturan gubernur/ walikota/ bupati yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan yaitu tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, setiap SKPD menyusun dan melaporkan pertangungjawaban pelaksanaan APBD tersebut secara periodik yang meliputi: 1. Laporan Realisasi Anggaran SKPD 2. Laporan Operasional SKPD 3. Laporan Perubahan Ekuitas SKPD 4. Neraca SKPD 5. Catatan atas Laporan Keuangan SKPD Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), sedangkan sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilakukan oleh PPK-SKPD. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut: 1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas 2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas 3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap 4. Prosedur Akuntansi Selain Kas

14 2.3.1 Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 241 mengatakan bahwa prosedur akuntansi penerimaan kas adalah: Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD. PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal penerimaan kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke buku besar. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas adalah sebagai berikut: 1. Surat tanda bukti pembayaran 2. STS 3. Bukti transfer; dan 4. Nota kredit Bank 2.3.2 Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 247 mengatakan bahwa prosedur akuntansi pengeluaran kas adalah: Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka

15 pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD. PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal penerimaan kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke buku besar. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas mencakup sebagai berikut: 1. SP2D 2. Nota debet Bank; dan 3. Bukti transaksi pengeluaran lainnya 2.3.3 Prosedur Akuntansi Aset Tetap Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 253 mengatakan bahwa prosedur akuntansi aset tetap adalah: Serangkaian pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi dan penyusutan terhadap aset tetap yang digunakan SKPD. Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh PPK-SKPD serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD. PPK-SKPD berdasarkan bukti memorial melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke buku besar. Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya. Metode

16 penyusutan yang dapat digunakan adalah garis lurus, saldo menurun ganda, dan unit produksi. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset berupa bukti memorial yang memuat informasi sebagai berikut: 1. Jenis/ nama aset tetap 2. Kode rekening 3. Klasifikasi aset tetap 4. Nilai aset tetap; dan 5. Tanggal transaksi/ kejadian 2.3.4 Prosedur Akuntansi Selain Kas Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 259 mengatakan bahwa prosedur akuntansi selain kas adalah: Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD. PPK-SKPD berdasarkan bukti memorial melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum dan secara periodik jurnal tersebut diposting ke buku besar. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas berupa bukti memorial yang memuat informasi sebagai berikut: 1. Berita acara penerimaan barang 2. Surat keputusan penghapusan barang

17 3. Surat keputusan mutasi barang 4. Berita acara pemusnahan barang 5. Berita acara serah terima barang 6. Berita acara penilaian; dan 7. Berita acara penyelesaian pekerjaan 2.4 Sistem dan Prosedur Pencatatan 2.4.1 Sistem Pencatatan Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut akuntansi pengertian demikian adalah tidak tepat. Hal ini disebabkan akuntansi menggunakan sistem pencatatan. Ada beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan triple entry. Pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi (Halim, 2007). 1. Single Entry Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau pencatatan satu kali saja. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi hanya dengan mencatatnya satu kali. Sistem pencatatan single entry ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya yaitu sederhana dan mudah dipahami. Tetapi, sistem ini juga memiliki kelemahan yaitu

18 kurang bagus untuk pelaporan dan sulit menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi. 2. Double Entry Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku berpasangan, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat sebanyak dua kali atau dikenal dengan istilah menjurnal. Sehingga membentuk suatu pikiran dalam dua sisi berlawanan yaitu debit dan kredit secara berpasangan. Dengan demikian, maka disetiap transaksi akan tercatat pada akun yang tepat, karena masing-masing akun penyeimbang berfungsi sebagai media cross check. Selain ketepatan dalam pencatatan akun, double entry juga memiliki kemampuan untuk mencatat transaksi dalam jumlah nominal yang akurat, karena jumlah sisi debit harus sama dengan jumlah sisi kredit. 3. Triple Entry Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambahkan dengan pencatatan pada buku anggaran. Oleh karena itu, sementara sistem pencatatan double entry dilaksanakan, sub bagian pembukuan (bagian keuangan) pemerintah daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisi anggaran.

19 2.4.2 Prosedur Pencatatan Serangkaian prosedur pencatatan pada akuntansi pemerintahan terbagi ke dalam enam bagian yaitu pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana (Afiah, Nunuy Nur, 2009). 1. Prosedur Pencatatan Akuntansi Pendapatan Transaksi pendapatan di Pejabat Pengelolahan Keuangan Daerah (PPKD) dicatat oleh fungsi akuntansi PPKD. Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh Kas Daerah atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga. Akuntansi pendapatan ini juga dilaksanakan berdasarkan asas bruto. 2. Prosedur Pencatatan Akuntansi Belanja Transaksi belanja di Pejabat Pengelolahan Keuangan Daerah (PPKD) dicatat oleh fungsi akuntansi PPKD. Transaksi ini dicatat saat pengesahan SPJ bila menggunakan SP2D UP/GU/TU atau pada saat menerima SP2D LS bila menggunakan LS. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto. Untuk transaksi belanja modal pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat dengan dua jurnal. 3. Prosedur Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Transaksi penerimaan pembiayaan dicatat dengan menggunakan asas bruto, dan diakui pada saat diterima pada rekening kas daerah. Sedangkan transaksi pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas daerah.

20 4. Prosedur Pencatatan Akuntansi Aset Prosedur pencatatan aset pada akuntansi Pejabat Pengelolahan Keuangan Daerah (PPKD) lebih merupakan pencatatan atas pengakuan aset yang muncul dari transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh pemda. Berdasarkan bukti yang ada fungsi akuntansi PPKD membuat bukti memorial yang memuat informasi tentang jenis/ nama aset, kode rekening terkait, nilai aset, dan tanggal transaksi. Bukti memorial tersebut akan dipakai sebagai dasar pencatatan jurnal awal oleh fungsi akuntansi PPKD. 5. Prosedur Pencatatan Akuntansi Kewajiban Prosedur pencatatan kewajiban pada akuntansi Pejabat Pengelolahan Keuangan Daerah (PPKD) lebih merupakan pencatatan atas pengakuan kewajiban yang muncul dari transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh pemda, pengakuan atas bagian lancar utang jangka panjang dan pencadangan atas utang jangka pendek. Berdasarkan bukti yang ada fungsi akuntansi PPKD membuat memorial yang memuat informasi tentang sejenis/ nama kewajiban, kode rekening terkait, nilai kewajiban, dan tanggal transaksi. Bukti memorial tersebut akan dipakai sebagai dasar pencatatan jurnal oleh fungsi PPKD. 6. Prosedur Pencatatan Akuntansi Ekuitas Dana Prosedur pencatatan ekuitas dana pada akuntansi Pejabat Pengelolahan Keuangan Daerah (PPKD) merupakan pencatatan atas pengakuan ekuitas dana yang muncul dari transaksi investasi jangka panjang, kewajiban jangka panjang beserta reklasifikasinya dan dana candangan yang dilakukan oleh pemda.

21 2.5 Sistem Pengakuan / Dasar Akuntansi Pengertian pengakuan menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah Proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan, sebagaimana termuat dalam laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa yang terkait. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengakuan adalah penentuan kapan suatu transaksi dicatat. Untuk dapat menentukan kapan suatu transaksi dicatat, digunakan berbagai basis/ dasar akuntansi atau sistem pencatatan. Adapun beberapa basis/ dasar akuntansi adalah sebagai berikut: 1. Basis Kas Basis kas menetapkan bahwa pengakuan/ pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi belum menimbulkan perubahan pada kas. Apabila suatu transaksi belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi tersebut tidak dicatat.

22 Dalam lembaga pemerintahan yang relatif masih kecil aktivitasnya tidak banyak serta tidak rumit, penerapan basis kas masih dipandang wajar saat awal otonomi daerah. Namun, seiring berjalannya waktu cash basis sudah tidak diterapkan lagi. 2. Basis Akrual Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi. Oleh karena itu, transaksi-transaksi dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan periode terjadinya. Cara pembukuan basis akrual membukukan pendapatan pada saat timbulnya hak tanpa memperhatikan kapan penerimaannya terjadi, sudah diterima ataupun sebelum, serta membukukan pembelanjaan pada saat kewajiban terjadi tanpa memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan. Basis akrual ini akan mencakup pencatatan terhadap transaksi yang terjadi di masa lalu dan berbagi hak dan kewajiban di masa yang akan datang. Basis akrual akan meliput semua aktivitas dibandingkan dengan basis kas. 3. Basis Kas Modifikasian Basis kas modifikasian merupakan kombinasi kas dengan basis akrual. Jadi, penerapan basis akuntansi ini menuntut bendahara pengeluaran mencatat transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun anggaran berdasarkan basis akrual.

23 4. Basis Akrual Modifikasian Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dengan menggunakan basis akrual sebagai besar transaksi. Pembatasan penggunaan basis akrual dilandasi dengan pertimbangan kepraktisan. 2.6 Kompetensi Sumber Daya Manusia Kompetensi sumber daya manusia adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai (Widodo dalam Kharis, 2010). Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki keterampilan, pengetahuan, peran dan sikap untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Karakteristik yang mendasari seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam pekerjaannya adalah kompetensi. Keterampilan merupakan kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu rangkaian tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman. Pegawai yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup akan bekerja tersendat-sendat dan juga mengakibatkan pemborosan bahan, waktu, dan tenaga. Peran dan sikap seseorang tercermin dari seberapa baik seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik seperti mengoperasikan suatu peralatan, berkomunikasi efektif, atau mengimplementasikan suatu strategi bisnis (Hevesi, 2005). Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen organisasi yang sangat penting. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya

24 manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan. Hal tersebut diperlukan untuk menerapkan sistem akuntansi yang ada. Sumber daya manusia yang kompeten tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik. Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008). 2.7 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan data dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam membuat atau mengambil keputusan (Bastian, 2007). Laporan keuangan merupakan suatu daftar finansial suatu entitas ekonomi yang disusun secara sistematis oleh akuntan pada akhir periode atau catatan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahaan yang telah menjalankan perusahaan selama satu periode (biasanya satu tahun).

25 Menurut Abdul Halim (2007) dalam bukunya Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah, mengatakan laporan keuangan adalah: Suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas yang merupakan hasil dari proses akuntansi. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakainya. Di samping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas pelaporan dimungkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun untuk kebutuhan khusus. Mardiasmo (2002) mengatakan bahwa lembaga pemerintah dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal seperti laporan surplus/ defisit, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan neraca serta kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non finansial.

26 2.8 Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP) terdiri dari: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 3. Neraca 4. Laporan Arus Kas (LAK) 5. Laporan Oprasional (LO) 6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) 2.9 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kualitas laporan keuangan dapat dilihat dan dinilai dari karakteristik kualitatif. Ketika laporan keuangan telah memenuhi keempat karakteristik, berarti laporan keuangan itu sudah baik. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam setiap laporan akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP) yang merupakan prasyarat normatif antara lain: 1. Relevan, yaitu informasi yang di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa

27 masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan serta mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi relevan meliputi: a. Manfaat umpan balik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengkoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. b. Manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. c. Tepat waktu (timeliness) Informasi yang disajikan secara tepat waktu dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. d. Lengkap (complete) Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan dengan lengkap yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah dan diatasi. 2. Andal, yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur serta dapat diverifikasi kebenarannya. Informasi andal meliputi:

28 a. Penyajian jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. b. Dapat diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. c. Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 3. Dapat dibandingkan, yaitu informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. 4. Dapat dipahami, yaitu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

29 2.10 Model Penelitian Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan dapat dibuat model konseptual yang akan diteliti. Model penelitian disusun untuk menjelaskan variabel-variabel mana yang berkedudukan sebagai variabel independen dan variabel dependen. Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Kompetensi Sumber Daya Manusia (+) (+) Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2.11 Pengembangan Hipotesis 2.11.1 Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Jika sistem akuntansi keuangan daerah sudah diterapkan dengan baik oleh dinasdinas pada pemerintah daerah, maka kualitas laporan keuangan daerah pun akan semakin baik. Karena pada dasarnya sistem akuntansi adalah suatu kesatuan yang apabila tidak diterapkan atau ada satu bagian sistem yang tidak diterapkan maka sulit untuk memperoleh karakteristik kualitatif laporan keuangan daerah sesuai standar akuntansi pemerintahan yakni: relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat dibandingkan. Sebagaimana pengertian dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 yakni sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan, transaksi, atau

30 kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum. Pemaparan tersebut didukung oleh Halim (2007) yang menyatakan untuk dapat menyediakan informasi secara tepat dan akurat dibutuhkan suatu sistem yang dapat digunakan dalam rangka penyediaan informasi. Jadi, untuk memperoleh kualitas laporan keuangan daerah sesuai SAP harus melalui penerapan sistem akuntansi keuangan daerah yang baik pula. Dalam penelitian Rahman (2009) hasilnya terbukti bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan daerah memberikan manfaat dan kemudahan bagi pemda dalam mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas, transparasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah dalam mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas. Penelitian Fajar (2010) menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh dengan arah positif terhadap kualitas laporan keuangan. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa jika sistem akuntansi keuangan daerah semakin membaik maka semakin membaiknya juga kualitas laporan keuangan, dan juga berlaku sebaiknya. H1: Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah 2.11.2 Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Desiana, 2012).

31 Dengan demikian, kompetensi menunjukan keterampilan dan pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum dan Rahmawati (2010) memperoleh hasil bahwa fungsi dan proses akuntansi telah dilaksanakan oleh pegawai yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi sehingga dapat membantu keandalan pelaporan keuangan pemerintah. Hasil ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian dari Amin (2011) pada unit pelaksana teknis Kementrian Pendidikan Nasional Provinsi Sumatra Utara yang menyimpulkan bahwa secara parsial kompetensi berpengaruh terhadap kualitas pertanggungjawaban laporan keuangan. Seorang kompeten cenderung mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi serta menikmati tantangan itu bahkan menjadikan alat dalam mencapai tujuan mereka. H2: Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.