ANALISIS INTERFERENSI PADA JARINGAN GSM DI AREA PURBALINGGA Alfin Hikmaturokhman 1, Eka Wahyudi 2, Khoirun Ni amah 3 Program Studi D3Teknik Telekomunikasi, Purwokerto hal, seperti level daya yang lemah, tingginya interferensi dan lain sebagainya. Perbedaan tingkat kekuatan dan kualitas sinyal, jumlah pelanggan pada suatu cell dan bentuk geografis suatu lokasi dapat mempengaruhi kinerja jaringan GSM. Agar kualitas komunikasi pelanggan tetap terjaga serta untuk memelihara dan Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto JL.D.I Panjaitan No.128 Purwokerto, Telp (0281) 641629 1 alfin@st3telkom.ac.id, 2 ekawahyudi@st3telkom.ac.id 3 d311011@akatelsp.ac.id ABSTRACT Evaluation of network performance is very important because it changes and developments continue to occur in the world of telecommunications, especially in mobile telecommunications. To continue to improve the best performance of a system it is necessary to evaluate in the system through the performance evaluation of cellular networks based on the problem in the network one of which is signal disturb such as interference. Research by the author is to overcame the interference that occur in Purbalingga area base on network performance with the optimization (retune frequency) on Site has interference. Results of research conducted that condition Site Padamara and Selabaya has adjacent interference, so that to solve that with retune frequency on Site Padamara. Condition RxLevel 95 dbm before retune BCCH is 96,81 and after retune BCCH is increase became 99,28, condition RxQual 5 before retune BCCH is 46,30 and after retune BCCH is increase became 67,04, and condition SQI 18 before retune BCCH is 69,49 and after retune BCCH is increase became 73,95, condition C/I before retune BCCH has percentage 43,31 and after retune BCCH is increase became 54,47. Also that performance SDSR before retune BCCH is 95,77 and after retune BCCH is increase became 97,078, performance HOSR before retune BCCH 94,29 and after retune BCCH is increase became 97,078 and performance TDR before retune BCCH is 1,68 and after retune BCCH is increase became 1,43. Keyword: performance, optimization, adjacent channel interference, BCCH, frequency. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu panggilan dapat terjadi akibat dipengaruhi oleh adanya kualitas sinyal yang baik dari jaringan tersebut. Kualitas suara merupakan hal yang sangat penting yang dibutuhkan oleh setiap user. Buruknya suatu kualitas sinyal dapat disebabkan oleh beberapa meningkatkan kualitas jaringan maka diperlukan pemantauan yang berkala. Drive test merupakan salah satu metode yang paling baik dan umum untuk menganalisa kinerja jaringan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan adanya latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu 1. Faktor apa saja yang mengakibatkan terjadinya interferensi dan bagaimana cara mengetahui interferensi pada beserta solusi yang tepat untuk menguranginya? 2. Bagaimana kualitas dan performance site sebelum dan setelah dilakukan pergantian BCCH (retune frequency) 1.3 Tujuan Dan Manfaat Tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah : 1. Mengetahui faktorfaktor yang mengakibatkan terjadinya interferensi dan mengetahui bagaimana solusi untuk mengurangi interferensi. 2. Mengetahui bagaimana kualitas dan performance site sebelum dan setelah dilakukan pergantian BCCH (retune frequency) dengan melihat Value parameter RxLevel, RxQual, SQI, C/I, SDCCH Success Rate (SDSR), Handover Success Rate (HOSR), dan TCH Drop Rate (TDR). 1.4 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan untuk dapat menyelesaikan jurnal ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah melakukan observasi terhadap terjadinya interferensi 2. Metode Pengumpulan Data Pada metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan tiga metode diataranya yaitu : a. Studi Literatur b. Pengambilan Data di Lapangan 3. Instrumen penelitian Data yang digunakan berupa data statistik OSS yaitu SDCCH Success
Rate (SDSR), Handover Success Rate (HOSR), TCH Drop Rate (TDR) dan data drive test untuk mengetahui parameter RxLevel, RxQual, C/I dan SQI. 4. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang akan diamati diantaranya adalah SDCCH Success Rate (SDSR), Handover Success Rate (HOSR), TCH Drop Rate (TDR), RxLevel, RxQual, C/I dan SQI. Parameter tersebut akan sangat terlihat perbedaannya pada saat sebelum dan sesudah dilakukan pergantian BCCH. 5. Metode Analisa Pada metode analisa dilakukan dengan melihat data hasil drive test yang dilakukan dengan menggunakan software TEMS Investigation 10.0.5 untuk menemukan area yang mengalami interferensi dan bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pada interferensi MHz. Dengan bandwith sebesar 25 MHz yang digunakan (915 890 = 960 935 = 25 MHz), dan lebar kanal sebesar 200 khz, maka akan didapat 125 kanal, 124 kanal digunakan untuk voice dan 1 kanal untuk signaling. 2.2. Interferensi Pada Jaringan GSM Interferensi adalah gangguan yang terjadi disebabkan adanya sinyal lain yang frekuensinya sama dan daya sinyal pengganggu tersebut cukup besar. Ukuran yang digunakan untuk mevalue kualitas sinyal terhadap gangguan interferensi dinyatakan dengan C/I (db). Pada aplikasi TEMS, pengecekan adanya interferensi dapat dilakukan dengan pengamatan jendela Radio Parameter dan jendela Current Channel, apabila RxQual atau C/I atau SQI pada TRX yang dilakukan pengetesan jelek tetapi Rx Level pada kondisi baik, kemungkinan terjadi adanya interferensi. 2. DASAR TEORI 2.1. Sistem Komunikasi Selular GSM 2.1.1 Konsep dan Perkembangan GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan teknologi telekomunikasi selular generasi kedua yang telah menggunakan sistem digital. Keuntungan digunakannya teknologi berbasis digital yaitu mampu memiliki kapasitas yang lebih besar dibanding dengan teknologi telekomunikasi yang berbasis analog. 2.1.2 Antarmuka Jaringan GSM Antarmuka (Interface) merupakan penghubung subsystem satu dengan subsystem yang lain pada jaringan GSM. Gambar antarmuka pada jaringan GSM dapat dilihat pada Gambar 2.2. G a m b Gambar 1 Antarmuka GSM [2] 2.1.3 Alokasi Frekuensi GSM GSM didesain untuk beroprasi pada band frekuensi 900 MHz, untuk frekuensi uplink digunakan frekuensi 890915 MHz dan frekuensi downlink menggunakan frekuensi 935960 Gambar 2.Pengecekan Interferensi [5] Penyebab terjadiya interferensi yaitu: 1) Perencanaan frekuensi yang buruk 2) Tidak ada cell yang dominan sehingga menyebabkan C/I yang rendah. 3) Tidak adanya frekuensi hopping. 4) Adanya pengaruh dari luar. Macammacam interferensi pada sistem komunikasi bergerak adalah: A. Interferensi kanal yang berfrekuensi sama (cochannel) Merupakan interferensi antar cell yang menggunakan kanal/frekuensi sama. Gambar 3 Interferensi CoChannel [5] B. Interferensi dari kanal sebelah (Adjacent Channel Interference) Interferensi yang diakibatkan oleh sinyalsinyal yang frekuensinya bersebelahan (berdampingan) dengan frekuensi sinyal yang sedang menjadi fokus perhatian tersebut sebagai interferensi kanal sebelah. Gambar 4 Interferensi Adjacent Channel [5]
2.3. DRIVE TEST DAN OPTIMALISASI 1.3.1 Prinsip Drive Test Drive test adalah proses pengukuran sistem komunikasi bergerak pada sisi gelombang radio di udara yaitu dari arah BTS ke MS atau sebaliknya dengan menggunakan ponsel yang didesain secara khusus untuk pengukuran. 1.3.2 Parameterparameter Drive Test 1. Broadcast Control Channel (BCCH). 2. Absolute Radio Frequency Channel 3. Cell Global Identity (CGI) 4. Base Station Identity Code (BSIC). 5. Timing Advance (TA) [7] 2.4. Parameter Yang Digunakan Parameterparameter yang digunakan untuk menganalisa terjadinya interferensi dan performance site yang telah dilakukan pergantian BCCH adalah sebagai berikut: 1. RxLevel RxLevel adalah kuat sinyal penerimaan yang menyatakan besarnya sinyal yang diterima pada sisi penerima (mobile station). (1) 2. RxQual RxQual merupakan kualitas sinyal yang diterima Mobile Station (MS). (2) 3. Speech Quality Index (SQI) SQI merupakan kualitas suara yang diterima oleh Mobile Station (MS). (3) 4. Carrier to Interference (C/I) Merupakan rasio antara kuat sinyal bitbit informasi dan kuat sinyal bitbit interference yang tidak diinginkan. (4) 5. SDCCH Success Rate (SDSR) SDCCH Success Rate (SDSR) merupakan persentase keberhasilan dalam mendapatkan kanal SDCCH. Persamaan (5) 6. TCH Drop Rate (TDR) TCH Drop Rate (TDR) merupakan presentase kegagalan pendudukan kanal TCH_DR. Persamaan (6) 7. Handover Success Rate (HOSR) Handover Success Rate (HOSR) merupakan persentase keberhasilan Mobile Station untuk berpindah layanan dari satu cell ke cell tetangganya. Persamaan (7) 3. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Sebelum Optimasi Pada daerah disekitar site Padamara dan Selabaya berdasarkan hasil drive test memiliki level kuat sinyal yang kurang baik dengan Value RxLevel 86 dbm dan dengan Value RxQual sebesar 7 yang termasuk kategori kualitas sinyal yang sangat buruk. 3.1.1. Pengecekan Interferensi Gambar 5 Pengecekan Interferensi Pada TEMS Value RxLevel sebesar 86 dbm yang termasuk kategori cukup baik, Value RxQual sebesar 7, Value SQI sebesar 3 dan Value C/I sebesar 8,20 db yang termasuk kategori buruk maka pada daerah tersebut terjadi interferensi. Dan pada jendela current channel dapat diketahui BCCH site yang sedang serving pada saat itu, pada hasil drive test site Selabaya sektor 1 dengan BCCH 59 merupakan site yang mengalami interferensi. Interferensi tidak hanya disebabkan oleh satu site saja dapat juga disebabkan oleh dua site atau lebih. 3.1.2. Pengamatan RxLevel Sebelum Optimasi TABLE 1 HASIL PENGAMATAN RXLEVEL SEBELUM 75 to 0 5.866 16.35 97 to 75 28.862 80.46 120 to 95 1.143 3.19 Total Sample 35.871 100 TABLE 2 HASIL PENGAMATAN VALUE RXLEVEL SEBELUM Average 84.894 Max 54 Min 108 Pada tabel 2 didapatkan Value ratarata yang diperoleh selama proses drive test sebesar 84,894 dbm, termasuk kategori yang baik 3.1.3. Pengamatan RxQual Sebelum Optimasi TABLE 3 HASIL PENGAMATAN RXQUAL SEBELUM 0 to 5 4.562 46.30 5 to 6 1.621 16.45 6 to 8 3.670 37.25 Total Sample 9.853 100
Value KPI dengan Value RxQual 5 adalah 46.30. Hasil ini masih jauh dibawah target yang telah ditentukan dan dapat dinyatakan kualitas sinyal pada daerah disekitar site Padamara dikategorikan sangat buruk hal ini dikarenakan adanya interferensi antar sektor antara site Padamara dan site Selabaya sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan jaringan. TABLE 4 HASIL PENGAMATAN VALUE RXQUAL SEBELUM Average 2.451 Max 7 Min 0 Value ratarata RxQual adalah 2,451 termasuk kategori kualitas sinyal yang sangat buruk 3.1.4. Pengamatan SQI Sebelum Optimasi TABLE 5 HASIL PENGAMATAN SQI SEBELUM 18 to 30 23.365 69.49 5 to 18 1.963 5.38 20 to 5 9.172 25.13 Total Sample 36.500 100 Value KPI dengan Value SQI adalah dikategorikan buruk hal ini dikarenakan adanya interferensi antar sektor antara site Padamara dan site Selabaya. 3.1.5. Pengamatan C/I Sebelum Optimasi TABLE 6 HASIL PENGAMATAN C/I SEBELUM 12 to 55 15.654 43.31 5 to 12 11.277 31.20 All Others 9.213 25.49 Total Sample 36.144 100 Site Padamara yang memiliki Value C/I yang buruk yaitu dibawah 12 db. Value C/I yang buruk menandakan pada area tersebut terjadi interferensi. TABLE 7 HASIL PENGAMATAN VALUE C/I SEBELUM Average 21.822 Max 35 Min 6.3 Value ratarata C/I yang didapat adalah 21,822 db, Value maksimum adalah 35 db dan Value minimum yang didapat adalah 6,3 db. 3.2 Pengumpulan Data Setelah Optimasi Pada window GSM Serving + Neighbor site Padamara sektor 1 BCCHnya sudah diganti yang awalnya 58 (946,6 MHz) menjadi 53 dengan menggunakan frekuensi F d = 935,2 + 0.2 * (531) Mhz = 945,6 Mhz Sehingga site Selabaya sektor 1 dan site Padamara sektor 1 sudah memiliki selisih BCCH sebesar 6 atau selisih 1.2 Mhz ( Gambar 6 Pergantian BCCH Site Padamara 3.2.1. Pengamatan RxLevel Setelah Optimasi TABLE 8 HASIL PENGAMATAN RXLEVEL SETELAH 75 to 0 6.866 22.09 97 to 75 24.067 77,19 120 to 95 224 0,72 Total Sample 35.871 100 Value RxLevel 95 dbm adalah. Level sinyal daerah disekitar site Padamara dikategorikan baik dan meningkat. TABLE 9 HASIL PENGAMATAN VALUE RXLEVEL SEBELUM Average 78.674 Max 49 Min 103 Average value is 78,674 dbm. 3.2.2. Pengamatan RxQual Setelah Optimasi TABLE 10 HASIL PENGAMATAN RXQUAL SETELAH 0 to 5 4.686 67,04 5 to 6 2.001 28,63 6 to 8 302 4,32 Total Sample 6.989 100 Value RxQual 5 adalah jika dibandingkan dengan Value KPI RxQual sebelum dilakukan pergantian BCCH yaitu 46,30, maka kualitas sinyal setelah dilakukan pergantian BCCH lebih baik. TABLE 11 HASIL PENGAMATAN VALUE RXQUAL SEBELUM Average 1,359 Max 7 Min 0 Value ratarata RxQual yang didapat selama proses drive test adalah1,359, Value maksimum adalah 7 dan Value minimum yang didapat adalah 0. Dengan Value ratarata RxQual yang diperoleh ketika drive test sebesar 1,359 maka kualitas sinyal pada daerah tersebut termasuk kategori kualitas sinyal yang baik 3.2.3. Pengamatan SQI Setelah Optimasi TABLE 12 HASIL PENGAMATAN SQI SETELAH 18 to 30 24.169 73.95
5 to 18 2.651 8,11 20 to 5 5.863 17,94 Total Sample 32.683 100 Value SQI setelah dilakukan pergantian BCCH sebesar 73,95. sedangkan sebelum dilakukan pergantian BCCH yaitu 69,49, maka kualitas suara sinyal setelah dilakukan pergantian BCCH lebih baik. 3.2.4. Pengamatan C/I Setelah Optimasi TABLE 13 HASIL PENGAMATAN C/I SETELAH 12 to 55 8.124 54,47 5 to 12 4.523 30,32 All Others 2.268 15,21 Total Sample 36.144 100 Hasil dari plotting MapInfo Value persentasi C/I >12 setelah dilakukan optimasi meningkat yang sebelumnya 43,31 menjadi 54,47. TABLE 14 HASIL PENGAMATAN VALUE C/I SETELAH Average 25,564 Max 30,8 Min 11,4 Average value C/I yang didapat selama proses pengumpulan data adalah 25,564 db, Value maksimum adalah 30,8 db dan Value minimum yang didapat adalah 11,4 db. Dengan Value ratarata C/I yang diperoleh ketika drive test sebesar 25,564 db maka termasuk kategori yang baik. 3.3 Analisis Data Performansi Site Padamara 3.3.1 Analisis SDCCH Success Rate (SDSR) Figure 7 Grafik SDSR Site Padamara Penelitian dilakukan 7 hari sebelum dan sesudah pergantian BCCH. Tanggal pergantian BCCH yaitu 19 Agustus 2013. Tanggal 12 Agustus 2013 sampai tanggal 18 Agustus 2013 dapat dilihat SDSR berkisar 95,77 yang berarti Value tersebut masih termasuk kategori normal pada standar KPI. Namun pada tanggal 20 Agustus 2013 sampai tanggal 27 Agustus 2013 SDSR meningkat menjadi kisaran 97,078 yang artinya termasuk kategori yang baik pada standar Value KPI. Kapasitas setelah tanggal 19 Agustus 2013 meningkat karena telah dilakukan pergantian BCCH. 3.3.2 Analisis Handover Success Rate (HOSR) dan TCH Drop Rate(TDR) Figure 8 Grafik HOSR dan TDR Tanggal 12 Agustus 2013 sampai tanggal 18 Agustus 2013 dapat dilihat HOSR berkisar 94,29 yang berarti Value tersebut masih termasuk kategori normal pada standar KPI. Namun pada tanggal 20 Agustus 2013 sampai tanggal 27 Agustus 2013 HOSR meningkat menjadi kisaran 95 yang artinya termasuk kategori yang baik pada standar Value KPI. Tanggal 12 Agustus 2013 sampai tanggal 18 Agustus 2013 dapat dilihat TDR berkisar 1,68 yang berarti Value tersebut masih termasuk kategori normal pada standar KPI. Namun pada tanggal 20 Agustus 2013 sampai tanggal 27 Agustus 2013 TDR meningkat menjadi kisaran 1,43 yang artinya termasuk kategori yang baik pada standar Value KPI. 3.4 Perbandingan Paramter Yang Diamati Sebelum dan Setelah Pergantian BCCH TABLE 15 PERBANDINGAN PERFORMANSI SEBELUM DAN N o SETELAH PERGANTIAN BCCH Para Prosentase Nilai Rata meter KPI Perfor Bef Afte Bef Afte mansi ore r ore r 96. 99,2 81 8 84, 78,6 89 74 1 RxLev 95 dbm 2 RxQua l 5 3 SQI 1 8 4 C/I 12 46, 30 69, 49 43, 31 5 SDSR 95, 77 6 HOSR 94, 29 7 TDR 1,6 8 4. KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan 67,0 4 73,9 5 54,4 7 97,0 78 4 2,4 51 1,35 9 Peningkata n KPI Ave rage 2,4 6,22 7 20, 74 4,4 6 21, 82 2 25,5 64 11, 16 1,3 08 95 0,7 1 1,43 0.2 5 3,81 3,74 2
Berdasarkan seluruh analisis dan pembahasan yang telah penulis jelaskan sesuai dengan hasil olahan data yang berupa plotting hasil drive test (log file) dan grafik performansi, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Interferensi yang terjadi pada site Padamara dan Selabaya adalah interferensi adjacent channel yang disebabkan karena kanal sektor satu site Padamara dan kanal sektor satu site Selabaya memiliki BCCH yang hanya berselisih satu ARFCN. Yaitu untuk kanal sektor 1 site Padamara memiliki BCCH 58 (946,6 MHz) dan kanal sektor 1 site Selabaya memiliki BCCH 59 (946,8 MHz). 2. Untuk mengatasi interferensi yang terjadi maka dilakukan retune frequency (pergantian BCCH) pada site Padamara yang awalnya memiliki BCCH 58 (946,6 MHz) diganti menjadi BCCH 53 (945,6 MHz). Sehingga setelah dilakukan pergantian BCCH site Padamara dan Selabaya sudah memiliki selisih BCCH sebesar 6 (dengan bandwith ). 3. Seluruh parameter performansi jaringan setelah dilakukan pergantian BCCH (retune BCCH) mengalami peningkatan sehingga performansi jaringan diarea site PadamaraSelabaya menjadi lebih baik. 4.2 Saran Untuk perbaikan dan pengembangan penelitian mengenai tugas akhir ini, maka saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan pengamatan yang lebih lama lagi yaitu satu atau dua bulan baik sebelum atau sesudah dilakukan pergantian BCCH agar diperoleh hasil yang maksimal yaitu hasil yang lebih valid pada performansi jaringan. 2. Untuk pengembangan selanjutnya, pengamatan yang dilakukan tidak hanya interferensi adjacent channel saja namun dapat ditambahkan dengan pengamatan interferensi cochannel. 3. Dapat menggunakan software perencanaan selular untuk dapat melihat simulasi dari perubahan ARFCN dan dampaknya terhadap coverage (cakupan area) 3. Hikmaturokhman Alfin, dan Ulva, Andi T Wello, Analisis Performansi Pada Jaringan GSM 900/1800 di Area Purwokerto Studi Kasus di PT EXCELCOMINDO PRATAMA.Purwokerto, Program Studi D3 Teknik Telkom, Purwokerto, Tugas Akhir, 2009. 4. Hikmaturokhman, Alfin, Konsep Interferensi Selular, Program Studi D3 Teknik Telkom, Purwokerto, Diktat Kuliah Teknik Selular, 2013. 5. Wardana, Lingga, 2G/3G RF Planning and Optimization for Consultant, Edisi 1, Jakata, DKI Jakarta, Indonesia,2013. 6. Grasindo, Sunomo, Pengantar Sistem Komunikasi Nirkabel, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia, PT Gramedia Widiasarana,2004. 7. Mauliya, Fatimah Ahmad dan Muh. Danudhirka, Optimasi Base Transceiver Station (BTS) Pada Jaringan Berbasis Global System For Mobile Communication (GSM) Dengan Metode Drive Test di Area Operator Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT) Makassar. Makassar : Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia Makassar, Tugas Akhir, 2011. 8. Tarigan, Novyanti, (2013, Desember), Analisis Gangguan Spektrum Frekuensi pada Jaringan GSM PT. Indosat, Tbk, Program Pendidikan Sarjana Ekstensi Fakultas Teknik Sumatera Utara, Medan, Tugas Akhir, 2011. Dokumen PDF. [Online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30704/6/c over.pdf 9. Ardhita, Reza, (2013, Desember), Laporan Studi Kasus Kinerja Layanan Data Paket GPRS PT Nexwave Regional JawaYogyakarta Divisi HCPT (Three) Semarang, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, Tugas Akhir. Dokumen PDF. [Online]. http://eprints.undip.ac.id/32028/1/reza_ardhita.pdf 10. AlKautsar, Febrian, (2013, Desember), Optimasi Pelayanan Jaringan Berdasarkan Drive Test, Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia, Depok, Skripsi, 2009. Dokumen PDF. [Online]. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249196 R230957.pdf 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Wardhana, Lingga dan Nuraksa Makodian, Teknologi Wireless Communication dan Wireless Broadband, Edisi 1, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia, Andi,2010. 2. Hikmaturokhman, Alfin dan Puspita, Riana Dewi, Analisis Optimalisasi Kapasitas Trafik Dengan Multiband Cell (MBC) Pada Jaringan GSM di PT.XL Axiata Puwokerto. Purwokerto:Akademi Teknik Telkom Sandy Putra Purwokerto, Tugas Akhir, 2011.