BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka. kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus


BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. serangkaian situasi dan digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi hipertensi di pulau jawa mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker. dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun negara berkembang (Tee et al., 2010). Pada tahun 2000 dibeberapa negara Asia, tercatat 38,4 juta orang penderita hipertensi dan pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat menjadi 67,4 juta orang (Krishnan et al., 2013). Peningkatan tekanan darah atau hipertensi merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting pada kematian di seluruh dunia serta di wilayah asia tenggara (Krishnan et al., 2013). Prevalensi hipertensi menempati urutan tertinggi diantara kelompok penyakit tidak menular (PTM) yang terjadi di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30, 9 %), diikuti Kalimantan Selatan (30,8 %), Kalimantan timur (29,6 %) dan Jawa Barat (29,4 %) (Riskesdas, 2013). Hipertensi di Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2010 dengan jumlah kasus sebesar 277.846 (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Hipertensi dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi.

Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi (Depkes, 2006). Sampai saat ini banyak penelitian yang hanya memperhatikan faktor-faktor fisik dan biologis sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi, sedangkan perhatian terhadap aspek psikologis seperti masalah emosi yang berhubungan dengan penyakit tersebut masih sedikit (Mushtaq dan Najam, 2014). Sebagian klinisi medis menyarankan agar seseorang tidak terlalu banyak berpikir tentang masalah-masalah dalam hidupnya. Hal ini dimaksudkan agar ada dukungan pencegahan dan penyembuhan dari diri sendiri melalui faktor psikologisnya (Antari, 2005). Menurut pandangan psikiatrik faktor-faktor psikologis dalam hal ini emosi marah turut berperan dalam kenaikan tekanan darah seseorang. Menurut Tel (2013) ada korelasi antara kemarahan yang ditekan dengan hipertensi dan Mushtaq dan Najam (2014) mengatakan bahwa pasien hipertensi memiliki tingkat kemarahan yang lebih tinggi. Penelitian telah menunjukan bahwa secara keseluruhan tingkat kemarahan serta respon yang berbeda dari kemarahan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Orang dengan ekspresi marah anger-out tinggi telah ditemukan berada pada peningkatan risiko untuk penyakit jantung koroner (PJK) dan peningkatan reaktifitas tekanan darah terhadap stres terutama untuk laki-laki. Perempuan lebih mungkin untuk menekan kemarahan dalam batin, ekspresi kemarahan ini menyebabkan tekanan sistolik lebih tinggi (Starner dan Peters, 2004).

Secara keseluruhan semakin intensif emosi marah seseorang maka semakin tinggi tekanan darah sistolik dan diastoliknya (Wilner, 2004). Sejumlah alasan yang dapat memunculkan kemarahan diantaranya adalah faktor biologis, faktor lingkungan, budaya, dan tipe kepribadian (Özyeşil, 2012). Alport dalam Olson dan Hergenhahn (2013) menyatakan seorang manusia bukan sekedar pereaksi pasif terhadap lingkungan. Sebaliknya, tingkah laku dan respon seorang individu dibangkitkan dari dalam oleh struktur kepribadiannya. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Özyeşil (2012) yang meneliti tentang pengaruh kepribadian terhadap sifat dan ekspresi marah pada siswa SMA, dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa semua dimensi kepribadian big five memprediksi sifat marah dan ekspresi marah yang berbeda-beda. Dari lima dimensi tersebut, kepribadian neurotik memiliki kecenderungan sifat marah yang lebih tinggi dan ekspresi marah yang buruk. Menurut Ghorbaniamir et al. (2010) dan Wijono (2006), kepribadian lain seperti tipe A memiliki korelasi dengan gangguan psikologis seperti gejala kecemasan dan stres. Temuan lainnya menunjukan bahwa kepribadian tipe A dapat memunculkan ketegangan, tekanan dan perasaan gelisah yang merupakan sumber stres karena interaksi yang tidak harmonis antara individu tipe A dengan lingkungan (Wijono, 2006). Kepribadian tipe A membangun standar tinggi untuk diri sendiri yang menyebabkan stress personal dan ekspresi permusuhan. Tipe A juga memiliki perilaku koping maladaptif seperti timbulnya gejala-gejala perasaan kelelahan (Tesiria, 2010).

Hipertensi bisa kambuh, karena secara keseluruhan hipertensi tidak dapat disembuhkan. Namun dengan penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol dengan cara mengurangi risiko kekambuhan ulang. Peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi dapat dicegah dengan menjaga faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk masalah emosi. Pengaturan emosi secara tepat adalah komponen kesehatan yang penting (Dorr et al., 2007). Ketika marah, seseorang dapat mengekspresikan kemarahan ini secara langsung baik positif maupun negatif, secara positif seperti berfikir ulang sebelum bereaksi, secara negatif misalnya menyerang secara verbal dan fisik, berteriak dan menekan marah. Berbagai macam pola marah yang dipilih dapat berbeda menurut tipe kepribadian (Özyeşil, 2012). Laporan tahunan 2013 RSUD Panembahan Senopati Bantul menunjukan kunjungan penderita hipertensi yang berobat di poliklinik mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah pasien hipertensi di rawat jalan penyakit dalam adalah sebagai berikut: tahun 2009 sebanyak 10.748 orang, tahun 2010 sebanyak 13.379 orang, tahun 2011 sebanyak 14.876 orang, tahun 2012 sebanyak 19.643 orang, dan tahun 2013 sebanyak 22.591 orang. Rata-rata setiap tahunnya jumlah pasien hipertensi mengalami kenaikan. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, belum ada penelitian yang berkaitan dengan tipe kepribadian dan emosi marah pada pasien hipertensi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tipe kepribadian dengan emosi marah pada pasien hipertensi di RSUD Panembahan Senopati, Bantul.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan dalam pernyataan Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan emosi marah pada pasien hipertensi di RSUD Panembahan Senopati, Bantul, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini meliputi: 1) Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dengan emosi marah pada pasien hipertensi di RSUD Panembahan Senopati, Bantul. 2) Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tipe kepribadian pasien hipertensi di RSUD Panembahan Senopati, Bantul. b. Mengetahui gambaran emosi marah pasien hipertensi di RSUD Panembahan Senopati, Bantul. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan para professional kesehatan khususnya perawat untuk menambah pengetahuan tentang hubungan tipe kepribadian dengan emosi marah pada pasien hipertensi 2. Manfaat praktis

a. Bagi Instansi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam pelayanan kesehatan karena setiap individu memiliki pribadi yang berbeda sehingga respon terhadap penyakit dan pengobatan dapat berbeda. b. Bagi instansi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai hubungan tipe kepribadian dengan emosi marah pada pasien hipertensi. c. Bagi tenaga kesehatan misalnya perawat, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dengan pengkajian lebih kompleks khususnya terhadap faktor psikologis. Penilaian kepribadian dapat membantu perawat lebih memahami cara berinteraksi dengan pasien yang memiliki kepribadian tertentu dan dapat mempertimbangkan intervensi tambahan misalnya manajemen perilaku untuk mengendalikan emosi marah atau menurunkan stress pada pasien hipertensi. d. Bagi pasien hipertensi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan pada pasien hipertensi agar dapat mengetahui dan memahami tipe kepribadian diri masing-masing sehingga mampu mengontrol emosi marah, memahami faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah terutama masalah emosi.

E. Keaslian Penelitian 1. Özyeşil (2012) melakukan penelitian yang berjudul Five Factor Personality Traits as Predictor of Trait Anger and Anger Expression. Total sampel yang diteliti yaitu 580 siswa (313 perempuan dan 267 laki-laki). Hasilnya semua dimensi kepribadian big five meliputi neuroticism, extraversion, openness to experiences, agreeableness dan conscientiousness secara signifikan memprediksi sifat marah dan ekspresi marah (anger-in, anger-out and anger control) yang berbeda-beda. Persamaan dengan penelitian ini antara lain alat ukur yang digunakan untuk variabel kemarahan adalah STAXI dan menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaan terdapat pada sampel yang diambil adalah pasien hipertensi dan teori kepribadian yang digunakan adalah teori kepribadian tipe A menurut Friedman dan Rosenman. 2. Evadewi dan Sukmayanti (2013) meneliti tentang Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode komparasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Denpasar dengan jumlah 267 responden. Jumlah sampel dengan kepribadian tipe A adalah 135 dan kepribadian tipe B sebanyak 132. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kepatuhan mengonsumsi obat antara pasien hipertensi dengan kepribadian tipe A dan B (signifikansi p=0,001). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kepatuhan mengonsumsi obat secara signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepribadian tipe B pada pasien hipertensi di Denpasar. Jumlah total responden yang memiliki skor kepatuhan mengonsumsi obat yang buruk lebih banyak terdapat pada kelompok kepribadian tipe A yaitu 109 dan kelompok berkepribadian tipe B berjumlah 80 responden. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode penelitian dan variabel terikat, sedangkan persamaannya terletak pada subjek penelitian dan teori kepribadian yang digunakan. 3. Starner & Peters (2004) meneliti tentang Anger Expression and Blood Pressure in Adolescents. Persamaan dengan penelitian ini antara lain alat ukur yang digunakan adalah STAXI, menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaannya terdapat pada sampel yang diambil adalah pasien hipertensi, dan variabel penelitian. Sampel penelitian sejumlah 63 orang pada remaja akhir (18 tahun), menggunakan rancangan cross sectional. Hasilnya terdapat hubungan positif yang signifikan antara ekspresi marah dengan tekanan darah, dan terdapat hubungan negatif antara anger control dengan tekanan darah pada subjek perempuan.