PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

dokumen-dokumen yang mirip
QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NO 01 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR ULAMA ACEH. Bismillahirrahmanirrahim

QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 5 TAHUN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH KOTA BANDA ACEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG. Draf Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) REBONG PERMAI

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2008 TATA CARA PENCALONAN, DAN PENGANGKATAN SERTA PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG DALAM KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN IMEUM MEUNASAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TUHA PEUT GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

KETETAPAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TUHA PEUT GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI ACEH TAMIANG SALINAN PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR : 15 TAHUN 2014

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TAMIANG, Menimbang : a. bahwa para ulama telah memberikan kontribusi dalam membentuk pola kehidupan masyarakat yang Islami, sehingga masyarakat Aceh menempatkan ulama dalam kedudukan dan peran yang terhormat dalam bermasyarakat dan bernegara ; b. bahwa dengan telah ditetapkannya Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Ulama, maka perlu diatur lebih lanjut tentang Tata Cara Pengisian Struktur Organisasi Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten Aceh Tamiang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Qanun tentang Tata Cara Pengisian Struktur Organisasi Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten Aceh Tamiang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893) ; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

6. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03). 7. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Ulama (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2009 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 24). Dengan Persetujuan Bersama, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TAMIANG dan BUPATI ACEH TAMIANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksudkan dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Tamiang. 2. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten. 4. Bupati adalah Bupati Aceh Tamiang. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang yang selanjutnya disebut DPRK Aceh Tamiang adalah unsur penyelenggara pemerintahan Kabupaten yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. 6. Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten Aceh Tamiang yang selanjutnya disingkat MPU Kabupaten Aceh Tamiang adalah majelis yang anggotanya terdiri atas ulama dan cendikiawan muslim yang merupakan mitra kerja Pemerintah Kabupaten dan DPRK. 7. Ulama adalah tokoh panutan masyarakat yang memiliki integritas moral yang memahami secara mendalam dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur an dan Al-Hadist. 8. Cendikiawan Muslim adalah ilmuwan muslim yang mempunyai integritas moral dan memiliki keahlian tertentu secara mendalam serta mengamalkan ajaran Islam. 9. Kedudukan protokoler adalah kedudukan yang diberikan kepada seseorang untuk mendapatkan penghormatan, perlakuan dan tata tempat dalam acara resmi atau pertemuan resmi. 10. Protokoler adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi di daerah yang meliputi aturan mengenai tata tempat dan tata penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam Negara, pemerintahan dan masyarakat.

11. Kedudukan Keuangan adalah anggaran yang disediakan dalam APBK yang diperuntukkan dan diberikan setiap bulannya kepada anggota MPU sehubungan dengan Kedudukannya selaku pimpinan dan anggota MPU sebagai mitra Pemerintahan Kabupaten. 12. Acara Resmi adalah acara yang bersifat resmi yang diatur yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam tugas dan fungsi tertentu dihadiri oleh pejabat Negara, pejabat pemerintah, pejabat Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang serta undangan lainnya. 13. Tata Tempat adalah aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat Negara, pejabat Pemerintah, pejabat Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan, kedaerahan atau acara resmi. 14. Tata Penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi pejabat Negara, pejabat Pemerintah, pejabat Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan, acara daerah atau acara resmi. 15. Kebijakan Daerah adalah kebijakan yang bersifat mengatur dan mengikat tentang penyalenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat yang dituangkan dalam Qanun Kabupaten Aceh Tamiang dan Peraturan Bupati. 16. Pertimbangan adalah pokok-pokok pikiran MPU yang berhubungan dengan kebijakan daerah yang disampaikan secara tertulis. 17. Saran adalah usul atau rekomendasi yang disampaikan oleh pimpinan MPU kepada Pemerintah Kabupaten. 18. Panitia khusus adalah panitia yang dibentuk oleh MPU Kabupaten Aceh Tamiang melaksanakan tugas-tugas khusus dan bersifat sementara. BAB II ORGANISASI Bagian Kesatu Kedudukan, fungsi, Kewenangan dan Tugas Pasal 2 MPU Kabupaten Aceh Tamiang berkedudukan di ibu kota Kabupaten. Pasal 3 MPU Kabupaten Aceh Tamiang berfungsi : a. memberikan pertimbangan terhadap kebijakan daerah, meliputi bidang pemerintahan, ekonomi, pembangunan, sosial budaya dan kemasyarakatan; b. memberikan nasehat dan pendidikan/bimbingan kepada masyarakat berdasarkan ajaran Islam. Pasal 4 MPU Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai kewenangan : a. melaksanakan dan mengamankan fatwa yang dikeluarkan oleh MPU Aceh; b. memberikan pertimbangan dan masukan kepada pemerintah kabupaten yang meliputi bidang pemerintahan, ekonomi, pembangunan dan sosial budaya kemasyarakatan sesuai dengan tatanan yang Islami. c. memberikan nasehat dan pendidikan/bimbingan kepada masyarakat sesuai dengan ajaran Islam.

Pasal 5 (1) MPU Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai tugas : a. memberikan masukan, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah Kabupaten dan DPRK dalam menetapkan kebijakan daerah berdasarkan syari at Islam; b. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan, kebijakan daerah berdasarkan Syari at Islam; c. melakukan pengkaderan ulama; d. melakukan pemantauan dan kajian terhadap dugaan adanya penyimpangan kegiatan keagamaan yang meresahkan masyarakat serta melaporkannya kepada MPU Aceh. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara melibatkan MPU Kabupaten Aceh Tamiang dalam setiap pembuatan kebijakan Daerah; Pasal 6 (1) Dalam menyelenggarakan administrasi dan mendukung pelaksanaan tugas-tugas MPU Kabupaten Aceh Tamiang dibentuk Sekretariat MPU. (2) Sekretariat MPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Qanun dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Struktur Organisasi Pasal 7 (1) MPU Kabupaten Aceh Tamiang terdiri atas : a. Dewan Kehormatan Ulama; b. Pimpinan; c. Komisi; d. Panitia Musyawarah (Panmus); e. Panitia Khusus. (2) Struktur organisasi MPU Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Qanun ini. Paragraf 1 Dewan Kehormatan Ulama Pasal 8 (1) Dewan Kehormatan Ulama adalah lembaga yang berfungsi memberikan pertimbangan dan nasehat kepada pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (2) Keanggotaan Dewan Kehormatan Ulama terdiri atas ulama kharismatik yang bukan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang ditetapkan dengan keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Paragraf 2 Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang Pasal 9 (1) MPU Kabupaten Aceh Tamiang dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua yang bersifat kolektif.

(2) Ketua dan Wakil Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang dalam rapat paripurna khusus yang dilaksanakan untuk itu. (3) Pimpinan sementara MPU Kabupaten Aceh Tamiang sebelum pimpinan definitif terpilih dijabat oleh seorang anggota tertua sebagai Ketua dan seorang anggota termuda sebagai Wakil Ketua. (4) Pimpinan sementara MPU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertugas : a. menyusun tata tertib pemilihan pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang; b. melaksanakan pemilihan pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (5) Pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan diresmikan dengan mengucapkan sumpah dalam Rapat Paripurna Istimewa yang disaksikan oleh Mahkamah Syar iyah Kabupaten Aceh Tamiang. (6) Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai tugas memimpin MPU Kabupaten Aceh Tamiang dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5. (7) Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang tidak boleh merangkap jabatan strategis. Pasal 10 (1) Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang bertanggung jawab memimpin seluruh kegiatan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (2) Dalam hal MPU Kabupaten Aceh Tamiang berhalangan, maka tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil Ketua berdasarkan hasil musyawarah pimpinan secara kolektif. (3) Wakil Ketua I membidangi Pendidikan, Pengembangan Ekonomi Umat dan Kajian Perundang-undangan. (4) Wakil Ketua II membidangi Dakwah, Pendidikan Keluarga dan Generasi Muda. (5) Selain tugas-tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), para Wakil Ketua melaksanakan tugas-tugas lainnya yang dibebankan oleh Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Paragraf 3 Anggota MPU kabupaten Aceh Tamiang Pasal 11 (1) Anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari Ulama dan cendikiawan muslim utusan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kecamatan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan. (2) Anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari utusan Kabupaten dan utusan kecamatan yang jumlahnya disesuaikan secara proporsional. Pasal 12 (1) Calon anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang ditetapkan oleh MPU Kabupaten Aceh Tamiang dengan memperhatikan kualifikasi dan domisili. (2) Penetapan calon anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang utusan Kabupaten melalui musyawarah ulama kabupaten yang dilaksanakan oleh MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (3) Musyawarah ulama kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diikuti oleh anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang, Ulama, Cendikiawan Muslim dan Ketua Ormas Islam;

(4) Utusan kecamatan dipilih melalui musyawarah ulama kecamatan dengan memperhatikan keilmuwan dan akhlak. (5) Musyawarah ulama kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diikuti oleh Cendikiawan Muslim, Imam Kemukiman, Tok Imam Kampung dan Pimpinan Dayah yang difasilitasi oleh camat. (6) Utusan kecamatan terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada MPU Kabupaten Aceh Tamiang melalui camat untuk ditetapkan sebagai calon anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Paragraf 4 Panitia Musyawarah Pasal 13 (1) Panitia Musyawarah merupakan alat kelengkapan MPU Kabupaten Aceh Tamiang yang bersifat tetap, dibentuk oleh MPU Kabupaten Aceh Tamiang pada awal masa jabatan pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (2) Panitia Musyawarah MPU Kabupaten Aceh Tamiang merupakan forum pertimbangan sebelum pengambilan keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Pasal 14 (1) Panitia Musyawarah MPU Kabupaten Aceh Tamiang berjumlah paling banyak 13 orang. (2) Panitia Musyawarah MPU Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang, Ketua Komisi dan Anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (3) Ketua dan Wakil Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang karena jabatannya adalah pimpinan panitia musyawarah merangkap anggota. (4) Kepala Sekretariat MPU Kabupaten Aceh Tamiang karena jabatannya adalah sekretaris panitia musyawarah bukan anggota. Pasal 15 Panitia Musyawarah MPU Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai tugas : a. memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja MPU Kabupaten Aceh Tamiang baik diminta atau tidak; b. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat MPU Kabupaten Aceh Tamiang; c. memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat; d. merekomendasikan pembentukan panitia khusus; e. memberi saran dan pendapat tentang materi rancangan keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang dan keputusan pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Paragraf 5 Komisi-komisi Pasal 16 (1) Seluruh anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang dibagi dalam komisi-komisi. (2) Komisi-komisi terdiri dari : a. Komisi A bidang pemerintahan, kajian Qanun Kabupaten Aceh Tamiang dan perundang-undangan lainnya;

b. Komisi B bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan, penelitian dan pengembangan; c. Komisi C bidang keagamaan, sosial budaya dan kemasyarakatan. Pasal 17 Komisi-komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 mempunyai tugas merencanakan dan membahas program operasional yang berkenaan dengan bidang tugasnya, mempersiapkan data, menginventarisasi permasalahan yang perlu mendapat pembahasan/pemecahan dari MPU Kabupaten Aceh Tamiang serta melaksanakan hal-hal lain yang ditugaskan oleh pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Pasal 18 Uraian tugas dan tata cara pelaksanaan rapat-rapat komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan dengan keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Pasal 19 (1) Komisi-komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota dan beberapa anggota. (2) Jumlah anggota komisi ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Paragraf 6 Panitia Khusus Pasal 20 (1) Panitia Khusus dibentuk oleh pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai kebutuhan. (2) Tugas dan kewenangan Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. BAB III PERSYARATAN Pasal 21 Untuk menjadi pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang harus memenuhi syarat-syarat : a. warga Negara Republik Indonesia; b. setia kepada Pancasila dan UUD 1945; c. bertaqwa kepada Allah SWT; d. sehat jasmani dan rohani; e. mempunyai integritas diri dan berakhlak mulia; f. berusia paling rendah 40 tahun; g. berlaku adil dan arif terhadap semua golongan umat Islam; h. mampu memahami ajaran Islam dari sumbernya yang asli; i. menjadi Penduduk Aceh selama 2 (dua) tahun terakhir;

Pasal 22 (1) Pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang dilarang : a. menjadi pengurus /anggota Partai Politik; b. menjadi calon anggota legislatif dan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; c. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden dan Kepala Daerah. (2) Pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang yang akan mencalonkan diri menjadi dan/atau dicalonkan menjadi calon anggota legislatif dan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai pimpinan dan anggota MPU kabupaten Aceh Tamiang. (3) Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan pemberhentian dari kedudukannya sebagai pimpinan dan anggota MPU. (4) Keputusan Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Bupati. BAB IV MASA BAKTI Pasal 23 (1) Masa bakti MPU Kabupaten Aceh Tamiang selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya. (2) Masa jabatan Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pasal 24 (1) Pergantian antar waktu pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang dilakukan dalam sidang paripurna khusus. (2) Pergantian antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. berdomisili di luar daerah Kabupaten Aceh Tamiang; d. melanggar ketentuan Pasal 22 ayat (1); e. alasan-alasan lain yang sah menurut syar i. (3) Mekanisme pergantian antar waktu pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang diatur dalam tata tertib MPU Kabupaten Aceh Tamiang; BAB V KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN MPU KABUPATEN ACEH TAMIANG Bagian Kesatu Acara Resmi Pasal 25 (1) Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang memperoleh kedudukan protokoler dalam acara resmi menurut tingkatannya.

(2) Acara resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. acara resmi pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang; b. acara resmi Kabupaten Aceh Tamiang yang menghadirkan pejabat pemerintah; c. acara resmi pemerintah yang diselenggarakan di Kabupaten Aceh Tamiang. Bagian Kedua Tata Tempat Pasal 26 Tata tempat pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang dalam acara resmi yang diadakan di ibu kota Kabupaten adalah sebagai berikut : a. Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang sejajar dengan Ketua DPRK; b. Wakil Ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang menempati posisi sejajar dengan pejabat eselon II lainnya. Bagian Ketiga Tata Penghormatan Pasal 27 (1) Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang mendapat penghormatan sesuai dengan yang diberikan kepada pejabat Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang; (2) Penghormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VI KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA Pasal 28 (1) Pimpinan dan anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang karena kedudukan dan tugasnya memperoleh tunjangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Aceh Tamiang yaitu : a. tunjangan representasi; b. tunjangan jabatan; c. tunjangan Komisi MPU; d. tunjangan Keluarga; e. tunjangan Kesehatan; dan f. tunjangan pakaian dinas. (2) Besaran rincian terhadap tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang;

BAB VII PERSIDANGAN DAN RAPAT MPU KABUPATEN ACEH TAMIANG Pasal 29 (1) Persidangan dan rapat MPU Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari : a. sidang paripurna, yaitu merupakan rapat anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang yang dipimpin oleh ketua atau Wakil Ketua dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang dan tugas MPU Kabupaten Aceh Tamiang; b. sidang paripurna istimewa yaitu merupakan rapat anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang yang dipimpin Ketua atau Wakil Ketua untuk melaksanakan suatu acara tertentu dengan tidak mengambil keputusan ; c. sidang paripurna khusus yaitu merupakan rapat anggota MPU Kabupaten Aceh Tamiang yang dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua untuk membahas hal-hal khusus ; d. rapat pimpinan yaitu merupakan rapat unsur pimpinan yang dipimpin oleh ketua MPU Kabupaten Aceh Tamiang; e. rapat komisi yaitu merupakan rapat anggota komisi yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi; f. rapat dewan kehormatan ulama yaitu merupakan rapat anggota Dewan Kehormatan Ulama yang dipimpin oleh Ketua Dewan Kehormatan. g. rapat panitia khusus yaitu merupakan rapat untuk membahas hal-hal tertentu sesuai kebutuhan yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua panitia khusus; h. rapat panitia musyawarah yaitu merupakan rapat anggota panitia musyawarah yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua panitia musyawarah; i. rapat koordinasi. (2) MPU Kabupaten Aceh Tamiang mengadakan sidang/rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara berkala paling kurang 4 (empat) kali dalam setahun. (3) Tata cara pelaksanaan persidangan dan rapat-rapat akan diatur lebih lanjut dalam tata tertib MPU Kabupaten Aceh Tamiang. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 30 (1) Biaya penyelenggaraan MPU Kabupaten Aceh Tamiang berasal dari : a. anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN); b. anggaran pendapatan dan belanja Aceh (APBA); c. anggaran pendapatan dan belanja kabupaten (APBK) Aceh Tamiang; dan/atau d. sumber lain yang sah menurut hukum dan tidak mengikat. (2) Biaya penyelenggaraan MPU Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Sekretariat MPU.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31 (1) Apabila sampai dengan berakhirnya masa bakti kepengurusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang periode sebelumnya, kepengurusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang periode berikutnya belum terbentuk, Bupati dapat menunjuk Pelaksana Tugas Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. (2) Pelaksana Tugas Pimpinan MPU Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memfasilitasi pembentukan kepengurusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang periode berikutnya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini, mengenai peraturan pelaksanaannya yang terkait dengan kebijakan daerah dan berimplikasi pada anggaran akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati sedangkan yang terkait dengan teknis pelaksanaan musyawarah MPU Kabupaten Aceh Tamiang diatur dengan keputusan MPU Kabupaten Aceh Tamiang. Pasal 33 Dengan berlakunya Qanun ini, maka Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Tamiang (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003 Nomor 5 Seri D) dan ketentuan lain yang bertentangan dengan Qanun ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 34 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Ditetapkan di Karang Baru pada tanggal : 11 September 2009 M 21 Ramadhan 1430 H Diundangkan di Karang Baru pada tanggal 11 September 2009 M 21 Ramadhan 1430 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG, BUPATI ACEH TAMIANG, Dto ABDUL LATIEF Dto SYAIFUL ANWAR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2009 NOMOR 4

Lampiran : QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : 4 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 September 2009 M 21 Ramadhan 1430 H STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG DEWAN KEHORMATAN ULAMA KETUA WAKIL KETUA I WAKIL KETUA II PANITIA MUSYAWARAH KOMISI A Bidang Pemerintahan, Kajian Qanun Kabupaten Aceh Tamiang dan Perundang- Undangan lainnya KOMISI B Bidang Ekonomi, Pembangunan, Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan KOMISI C Bidang Keagamaan,Sosial dan Kemasyarakatan PANITIA KHUSUS BUPATI ACEH TAMIANG, Dto ABDUL LATIEF