BAB I PENDAHUUAN. aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006). menyertai perubahan tersebut Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sulitnya mencapai pemahaman bagi siswa dalam pembelajaran sains seharusnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya

1 Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret 2,3 Dosen Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pencapaian prestasi belajar yang tinggi sebagai indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi manusia dan berperanguh besar terhadap kemajuan suatu bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Model Pembelajaran. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Ketercapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Komputer merupakan produk kemajuan teknologi yang mampu. melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

Transkripsi:

BAB I PENDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006). Cahyana (2005) Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari susunan, kmposisi, struktur, sifat-sifat, dan perubahan materi serta perubahan energi yang menyertai perubahan tersebut Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam(ipa) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang dirasakan sulit oleh siswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri ilmu kimia itu sendiri. Adapun ciri-ciri ilmu kimia tersebut adalah: (1) sebagian besar ilimu kimia itu bersifat abstrak, (2) sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang pesat, (3) bahan atau materi yang dipelajari sangat banyak. (http:/adesanjaya.blogspot.com/2011/01/kesulitan-belajar-siswa.html). Membelajarkan ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan tantangan yang menarik sebab bukan hanya karena sebagian besar bahan kajian ilmu kimia merupakan materi yang abstrak tetapi juga ilmu kimia sarat dengan

konsepmatematika yang kadang-kadang tidak sederhana (Nakleh, 1992 dalam Nazriati dkk, 2007). Dari beberapa materi kimia yang diajarkan di kelas XI IPA, salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi hidrolisis garam. Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya, yakni materi larutan asam-basa dan titrasi asambasa yang masih kurang. Selain itu, pola pembelajaran yang dilakukan selama ini masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya dan terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Siswa selanjutnya cenderung pasif menerima begitu saja materi yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi membosankan, tidak bermakna dan mudah dilupakan. (Muslimah, 2012) Siswa belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan (De Porter,2007). Ini menunjukkan guru mengajar dengan ceramah, maka siswa akan mengingat dan menguasai hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya maka akan mengingat dan menguasai sebanyak 90%. Guru harus berusaha menanamkan dan menumbuhkan kreativitas anak didik. Setiap orang memiliki kreativitas dan kreativitas itu dapat dikembangkan. Menurut Sipayung (2009), siswa yang memiliki kreativitas tinggi dalam belajar maka hasil belajar siswa juga tinggi, karena itu kreativitas menjadi bagian penting

dalam wacana peningkatan mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi yang melekat pada proses dan hasil belajar. Torrance dalam Munandar (2009), menyatakan kreativitas adalah proses yang mengandung kepekaan terhadap masalah-masalah dan kesenjangan-kesenjangan (gaps) di bidang tertentu, kemudian membentuk beberapa pikiran atau hipotesis untuk menyelesaikan masalah tersebut, menguji kesahihan hipotesis ini dan menyampaikan hasilnya kepada orang lain. Jika seorang guru harus memberikan bimbingan secara individu kepada semua anak tentunya hal tersebut tidaklah mungkin. Menurut Masaaki (2012), siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berkomunikasi dengan anggota lain. Seorang siswa bertukar pendapat mengenai permasalahannya dengan siswa lain maka melalui kolaborasi yaitu kerjasama dengan siswa lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan sehingga mereka akan menghargai keberadaan satu sama lain secara terorganisir melaksanakan suatu kegiatan dengan memadukan pikiran yang tadinya terasa asing bagi dirinya. Istarani (2012), mengemukakan bahwa proses belajar secara kolaborasi bukan sekedar bekerja sama dalam suatu kelompok, tetapi penekanannyalebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di dalam kelas. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model Problem Based Learning (PBL) yang merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang berpusat pada siswa dengan pendekatan berfokus pada

keterampilan. Kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar berbagai peran orang dewasa dan pelibatan dalam pengalaman nyata atau simulasi menjadi siswa yang otonom (Rahayu, 2012). Menurut Moffit (Ratnaningsih, 2003), salah satu model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan proses sains tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Model pembelajaran memuat komponen sistem pembelajaran dan unsur kegiatan yang dilakukan baik oleh guru dan siswa, yang menekankan keaktifan belajar siswa melalui guru yang aktif pula (Hakim,2008).Etherington (2011) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya bahwa model PBL untuk mata pelajaran sains memiliki dampak positif dalam hasil pembelajaran siswa karena dapat memotivasi untuk mengajarkan ide-ide dalam konteks dunia nyata bagi siswa. Pembelajaran yang dikaitkan dalam dunia nyata dapat memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran karena dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hamizul dan Abbas (2012) menyatakan juga bahwa model PBL lebih efektif dalam meningkatkan nilai-nilai moral daripada pembelajaran secara individual yang ditinjau dari segi jenis kelamin, usia serta keadaan keluarga. Sehingga selain meningkatkan hasil belajar, PBL juga dapat meningkatkan sikap moral yang lebih baik. Dalam penelitian yang selanjutnya juga dikemukakan oleh Hamizul dan Abbas (2012) menyatakan bahwa PBL dengan pembelajaran secara individu secar signifikan dapat menurunkan sikap yang baik bagi siswa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan model PBL dengan berkelompok lebih

berhasil meningkatkan sikap moral siswa dibandingkan jika dilakukan secara individual. Di lain pihak, tidak dapat terelakkan lagi bahwa akhir-akhir ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, sehingga memberi kesempatan pada siswa untuk semakin leluasa mengakses informasi yang relevan sesuai kebutuhan dan tuntutan. Su (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan ICT terintegrasi lingkungan memiliki efek yang signifikan pada hasil belajar, kesadaran dan sikap siswa. Tidak hanya model PBL yang dapat meningkatkan karakter siswa tetapi dengan didukung media yang berbasis ICT dapat juga meningkatkan karakter siswa. Dimana media tersebut harus menimbulkan motivasi siswa. Hasil penelitian Agustina (2010) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah menggunaan media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan rata-rata gain sebesar 0,58 dan mempengaruhi aktivitas siswa secara signifikan sebesar 57,4%. Saragih (2012) menunjukkan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan model pembelajaran yang efektif adalah problem based learning yang diintegrasikan dengan media komputer. Hasil penelitian Zebua (2010), penggunaan model pembelajaran berbasis masalah menggunaakan media exe-learning lebih tinggi 21% dari hasil belajar siswa tanpa menggunakan media exe-learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan rata-rata gain sebesar 0,58 dan mempengaruhi aktivitas siswa secara signifikan sebesar 57,4%. Pemanfaatan program aplikasi exe-

Learningdalam penyusunan media pembelajaran di sekolah menarik minat dan meningkatkan pemahaman kimia siswa serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Keunggulan media exe-learning, exe merupakan salah satu program aplikasi opensource yang dipergunakan untuk pembuatan bahan ajar berbasis e-learning. Bahan ajar yang disusun dengan exe, tersusun secara hirarki yang benar mencakup topik, section dan unit. Susunan yang demikian akan memudahkan siswa untuk lebih memahami materi kimia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Kolaboratif Dengan Media exe LearningTerhadap Kreativitas dan Hasil Belajar SiswaSMA Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah pendekatan pembelajaran yang digunakan guru sudah layak dalam kegiatan pembelajaran? 2. Apakah media belajar komputer dapat mendukung kegiatan pembelajaran kimia di kelas? 3. Apakah penggunaan model Problem Based Learning(PBL) berbasis kolaboratif dengan media exe-learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa?

4. Apakah penggunaan model Problem Based Learning (PBL) berbasis kolaboratif dengan media exe-learning dapat meningkatkan nilai karakter siswa di kelas? 1.3 Batasan Masalah Peneliti memberi batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian ini difokuskan pada aspek studi Penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis kolaboratif untuk kelas eksperimen sedangkan pembelajaran direct instruction untuk kelas kontrol. 2. Media pembelajaran yang digunakan adalah media komputer dengan menggunakan program exe-learning, power point yang dilengkapi video, soal-soal. 3. Hasil belajar siswa yang diamati adalah pada aspek kognitif dan karakter kreaivitas siswa. 4. Materi pembelajaran adalah Hidrolisis garam. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis kolaboratif dengan mediaexe Learning dengan siswa yang dibelajarkan dengan Direct Instructiontanpa media? 2. Apakah terdapat pengaruh tingkat kreativitas terhadap hasil belajar kimia siswa?

3. Apakah terdapat interaksi antara masing-masingmodel pembelajaran dengan tingkat kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa? 4. Ranah kognitif apa terkembang setelah dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis kolaboratifdengan media exe Learning? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis kolaboratif dengan media exe Learning dengan siswa yang dibelajarkan dengan direct instruction. 2. Pengaruh tingkat kreativitas terhadap hasil belajar kimia siswa 3. Interaksi antara masing-masing model pembelajaran dengan tingkat kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa 4. Ranah kognitif terkembangkan setelah dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis kolaboratif dengan media exe Learning. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai berikut : 1. Sebagai masukan kepada para guru khususnya guru kimia dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. 2. Menambah khazanah data ilmiah. 3. Sebagai masukan bagi para peneliti dalam rangka mengembangkan penelitian-penelitian yang relevan. 4. Menambah keterampilan peneliti dalam melaksanakan penelitian ilmiah.

1.7 Definisi Operasional 1. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah (Arends, 2008). 2. Program exe-learningmerupakan piranti lunak yang digunakan untuk sistem pembelajaran yang menggunakan komputer. Program exe merupakan singakatan dari elearning XHTML editor, yaitu sebuah program yang digunakan untuk membuat bahan ajar menjadi lebih mudah dan menarik (Purnomo, 2008). 3. Media adalah komponensumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne dalam Arsyad, 2011). 4. Kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2009). 5. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan

kogniti, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), applikasi (menerapkan), analisis (menguraikan, menentukan hubungan), sintesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual. (Suprijono, 2009)