BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sikap. adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi tiap-tiap warga negaranya.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI DESA GUNUNG MALANG KEC. PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR TANGGAL 28 JANUARI 2016

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru

MAKALAH PERAN POLISI DALAM PEMBINAAN KEAMANAN SWAKARSA DI WIL DIY. Oleh: Dewi Emiliana Sakti, SH.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi modern. Hal ini setidaknya sejalan dengan pandangan Etzioni (1986: 35)

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN KE-69 HARI BHAYANGKARA TAHUN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN TENTANG PERAN POLISI DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

MODEL KOMUNIKASI BHABINKAMTIBMAS DALAM MENJALIN KEMITRAAN KEPADA MASYARAKAT

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, menuntut kepolisian untuk melaksanakan proses reformasi untuk

PERANAN KEMITRAAN POLISI REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMELIHARA STABILITAS KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR NO. DOKUMEN : SOP-SAMBANG NUSA/ / /2016

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, dimana segala aspek kehidupan masyarakatnya diatur dalam peraturan dan hukum yang berlaku. Dengan sistem yang seperti ini, tentunya dibutuhkan penegak hukum yang kompetitif sebagai pengatur kehidupan dalam masyarakat. Salah satu penegak hukum yang memiliki peran yang kompleks dalam mengatur kehidupan bermasyarakat adalah polisi, dimana mereka tidak hanya berperan sebagai penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat. Rasa aman merupakan kebutuhan yang hakiki bagi setiap orang, maka tanpa adanya rasa aman masyarakat menjadi cenderung untuk selalu khawatir dan terganggu dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masalah keamanan dan ketertiban di masyarakat pada dasarnya adalah permasalahan yang sangat kompleks, bahkan apabila tidak dipelihara dengan baik cenderung dapat meningkatkan kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kondisi demikian menuntut anggota polisi untuk selalu berada di tengah-tengah masyarakat dan selalu melakukan pembenahan dalam melaksanakan tugasny agar dapat memberikan perlindungan dan pelayanan bagi masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Dapat dibayangkan berapa banyak pelanggaran ketertiban dan kejahatan di tengah masyarakat yang lolos dari kejaran polisi dan tuntutan hukum. Di keadaan

2 bagaimanapun masyarakat tetap membutuhkn rasa aman akan kenyaman hidup yang ditandai dengan adanya ketertiban sosial, tidak ada rasa takut, dan berkurangnya kasus kejahatan di sekelilingnya. Oleh karena itu, upaya terobosan untuk mengatasi masalah ini merupakan suatu keharusan. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah upaya mensinergikan peran kepolisian dalam pemberantasan kejahatan, dan kebutuhan akan keamanan dan ketertiban guna mencapai kenyaman hidup di masyarakat. Seperti yang diungkapakan Kepala Kepolisian Resort Rohul, AKBP. Yudi Kurniawan,SIK.,M.Si kepada wartawan di salah satu media cetak (Utusan Riau.com) mengenai kasus pelanggaran hukum yang ditangani oleh Polres Rohul ini tahun 2011 tercatat ada 434 kasus pencurian yang dilakukan oleh warga di Rohul, Riau. Hal ini tentu bukanlah angka yang kecil mengingat kebutuhan warga terhadap rasa aman yang semakin tinggi. Hal diatas merupkan suatu konsep dasar dari program Kamtibmas (Keamanan dan ketertiban masyarakat) dimana masyarakat mengambil peran yang lebih besar dalam upaya pencegahan kejahatan dan penumbuhan rasa aman warga masyarakat serta merasa bahwa polisi merupakan bagian yang sinergis dari dirinya. Dalam perspektif ini pembinaan Kamtibmas dilihat sebagai suatu kebijakan dan strategi yang bertujuan agar dapat mencegah terjadinya kejahatan, meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan polisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap peran polisi dalam jalinan kerjasama proaktif dengan sumber daya masyarakat yang ingin mengubah kondisi-kondisi penyebab kejahatan.

3 Menurut UU Negara Republik Indonesia yaitu UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 1 mengenai Kamtibmas yaitu suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentukbentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Dalam pemeliharaan Kamtibmas ini polisi tidak dapat bekerja sendiri, tetapi memerlukan partisipasi dari kalangan masyarakatnya itu sendiri. Berdasarkan surat keputusan Kapolri No. Pol: Skep/661/XI/1992 tanggal 26 November 1992 tentang Pengesahan Petunjuk Lapangan Pembinaan Kelompok Sadar Kamtibmas yang salah satu isinya menerangkan bahwa dalam mewujudkan suatu keadaan yang aman dan tertib, warga diharapkan dapat berperilaku sadar kamtibmas (di poskan oleh Siskomas, 20:08 wib). Sadar Kamtibmas disini ialah kondisi, sikap, dan perilaku masyarakat yang menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah-masalah Kamtibmas dan selalu mentaati hukum dan perundang-undangan yang dalam kaitannya berhubungan langsung terhadap tugas dan.wewenang Kepolisian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reisig & Giaccomazzi (1998) yang mengemukakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sikap warga terhadap kinerja polisi.

4 Bicara tentang sikap warga terhadap peran dan fungsi polisi dalam pemeliharaan Kamtibmas, ditegaskan dalam UU No. 28 Tahun 1997 pasal 3 (Tabah, 2002) yaitu fungsi kepolisian sebagai penegak hukum, pelindung, pembimbing masyarakat yang bertujuan untuk terciptanya ketertiban, tegaknya hukum dan terbinanya ketentraman masyarakat guna terwujussnya keamanan dan ketertiban masyarakat. Jika tidak terlaksana maka masyarakat mudah apriori (buruk sangka) terhadap polisi, sehingga sekecil apapun kesalahan polisi mudah dilihat, tetapi sebesar apapun keberhasilan polisi tak pernah dipandang sebagai suatu kesuksesan. Menurut Walgito (2002), sikap adalah organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang sering terjadi, disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu sesuai dengan pilihannya. Sikap mengandung beberapa komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen inilah yang salah satunya menjadi penentu sikapwarga terhadap peran polisi sebagai penegak hukum. Jadi, sikap warga terhadap peran polisi adalah respon evaluativ warga berupa penilaian positif dan negatif terhadap fungsi dan wewenang polisi. Di dalam UU Negara Republik Indonesia yaitu UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa, Kepolisian Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

5 dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Sedangkan pasal 14 ayat (1) huruf C ditegaskan bahwa Polri bertugas membina masyarakat untuk meningkatkan patisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan. Berdasarkan survei di lapangan yang dilakukan peneliti di Rw.02/ Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru yaitu kerap terjadi pelanggaran keamanan dan ketertiban oleh warga masyarakatnya. Disini warga sering mengeluh akan keadaan lingkungan rumah yang sangat rapat antara satu dengan yang lain. Sehingga warga merasa sulit mendapatkan keadaan yang aman dan tertib. Misalnya, seringnya terjadi keributan antar tetangga, adanya warga yang menghidupkan musik dengan keras sehingga menimbulkan kebisingan dan sering juga warga mengalami pencurian. Akhirnya, bentuk ketidak tertiban wargapun kerap terjadi disini, seperti: perkelahian antar warga, pengeroyokan, dan lain sebagainya. Dengan begitu, tujuan kegiatan yang dilangsungkan aparat kepolisian guna mewujudkan Kamtibmas tidak bisa berjalan dengan baik karena kurangnya partisipasi dari warga untuk turut dalam memelihara Kamtibmas di lingkungannya. Adanya dampak negatif karena tidak terpeliharanya Kamtibmas di lingkungan ini menimbulkan tekanan psikologis terhadap warga sekitarnya. Dari hasil wawancara peneliti dengan sepuluh orang warga (Juni, 2013), mereka menyebutkan salah satu faktor penyebab tidak terpeliharanya Kamtibmas di lingkungan mereka ini adalah disebabkan karena lokasi tempat tinggal yang sangat rapat antara rumah yang satu dengan yang lain, kurangnya rasa taat hukum,

6 serta kurangnya kepercayaan warga terhadap sosok polisi itu sendiri. Di dalam teori ketaatan, perilaku taat seseorang dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu: adanya konsekuensi yang jelas atas ketidaktaatan, adanya harapan mencapai kondisi tertentu, percaya kepada pihak otoritas, dan menghormati atau menyukai sosok atau pihak otoritas tersebut (Calhoun dan Acocella, 2007). Kurangnya pemahaman dan keyakinan yang dirasakan warga terhadap kinerja Kepolisian dengan alasan berurusan dengan polisi itu ribet, banyak prosedurnya. Akan tetapi, mereka juga menyadari bahwa sebagai warga masyarakat yang baik, mereka selalu berusaha untuk turut menjaga dan memelihara Kamtibmas di lingkungan tempat tinggal mereka dengan cara tidak menambah keributan yang terjadi salah satunya. Adanya hubungan positif antara sikap warga terhadap peran polisi dan partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas di Rw. 02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru akan dapat membantu keberhasilan lembaga kepolisian dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya dalam pemeliharaan Kamtibmas yang dapat menimbulkan situasi dan kondisi masyarakat yang dinamis, yang menggambarkan adanya rasa bebas dari segala macam gangguan yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum yang dapat meresahkan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan peran serta masyarakat sebagaimana yang telah di amanatkan oleh Undang-undang tersebut, maka polisi dalam pelaksanaan

7 tugasnya lebih mengutamakan kegiatan pencegahan dan penangkalan terhadap berbagai gangguan Kamtibmas. Upaya pencegahan dan penangkalan tersebut dapat dilakukan dengan cara membangun kemitraan atau partisipasi antara polisi dengan warga masyarakat agar secra bersama-sama mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah-masalah kriminalitas yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar khususnya. Untuk pemeliharaan Kamtibmas, polisi tidak dapat bekerja sendiri tetapi memerlukan partisipasi dari kalangan masyarakat, yang hanya dapat diperdayakan apabila polisi mampu menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta polisi mampu menampilkan jati dirinya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat dengan menghormati hak asasi manusia (HAM). Strategi tindakan dalam pemeliharaan Kamtibmas tidak dapat mengasumsikan bahwa semua masyarakat itu sama, dan bahwa aparat hanya perlu dikirim ke suatu daerah semata-mata demi hubungan yang lebih baik dengan masyarakat. Disamping perlakuan yang layak, tanggapan yang cepat, dan penanganan yang efisien atas permasalahan masyarakat mengenai pemeliharaan Kamtibmas minimal di lingkungannya sendiri. Tidak kurang juga pentingnya bahwa harus ada inisiatif dari masyarakat secara individu atau kelompok tanpa perlu menunggu polisi untuk menelaah dan memperbaiki layanannya. Hal ini juga berarti melalui semangat pemberdayaan dan rasa memiliki hak mengatur dirinya sendiri, masyarakat lalu memiliki kontrol yang lebih besar terhadap masalah-masalah yang tampak tak bermakna namun

8 sebenarnya merupakan aspek penting dari pemberantasan kejahatan dan peningkatan kualitas hidup. Prakarsa itu kemudian akan menjadi efektif bila aktifitas itu merupakan aktifitas instrumental dan bukan simbolik semata sehingga keterlibatan masyarakat akan tampak berimbang dengan peran kepolisian. Menurut Davis dan Newstrom (2002) partisipasi adalah merupakan keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi untuk menyumbang kepada tujuan kelompok dan bertanggung jawab atas apa yang telah ditetapkan dan diberikan kepadanya demi pencapaian tujuan tersebut. Senada dengan hal di atas, Sutrisno (1995) mengatakan bahwa partisipasi warga adalah kerjasama warga dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil dari suatu program kerja. Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa partisipasi adalah hubungan timbal balik dari masyarakat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil dari suatu program kerja. Pengalaman warga masyarakat di Rw.02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru yang memiliki pengalaman negatif terhadap kinerja polisi juga dapat menyebabkan ketidakpercayaan warga terhadap fungsi dari Kepolisian ini sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat, sehingga masyarakatpun enggan untuk melibatkan diri secara mental dan emosional dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan mereka. Dengan kata lain, warga masyarakat di Rw. 02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh

9 Kota Pekanbaru yang memiliki sikap negatif terhadap peran polisi tidak akan berpartisipasi dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan mereka. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lelangayaq (2013) bahwa semakin baik kesan yang diberikan oleh pengguna jalan terhadap polisi lalu lintas maka tingkat ketaatannya terhadap lalu lintas juga semakin tinggi sehingga tidak melakukan pelanggaran lalu lintas, dan sebaliknya. Penelitian lain juga dilakukan oleh Baharudin (2013) yang mengemukakan bahwa adanya hubungan antara sikap warga dalam keterlibatan menjaga ketertiban dan keamanan di Kel. Saigon, Kec. Pontianak Timur seperti penangkapan kasus kriminal atau tindakan tertangkap tangan oleh warga, atau minimal sebagai saksi atau pemberi informasi. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya memfokuskan konsep polisi berdasarkan jabatan atau satuan, melainkan keseluruhan peran polisi itu sendiri sebagai bagian dari polisi Republik Indonesia (Polri). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul :Sikap Warga Terhadap Peran Polisi Dan Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas (Studi Pada Warga Rw.02 /Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuuh Kota Pekanbaru) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dibuat suatu rumusan masalah. Diharapkan dari rumusan masalah tersebut penelitian ini mempunyai wadah kerangka penelitian yang jelas sehingga tidak melenceng dari tujuan awal. Adapun rumusan masalah yang ingin peneliti cari dalam penelitian ini adalah:

10 Apakah ada hubungan antara sikap warga terhadap peran polisi dan partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas (studi pada warga RW. 02/RT. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru)? C. Maksud dan Tujuan Penelitian Kepolisian sebagai penegak hukum harus memiliki citra diri tinggi yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara kredibilitas dan komitmen yang teguh di masyarakat. pelaksanaan peran kepolisian ini dalan menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat harus terlihat lebih konkrit lagi khususnya dalam pemeliharaan Kamtibmas agar terwujud sikap positif warga sehingga dapat menjadi landasan warga masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan tempat tinggal mereka khususnya. Sosok polisi ideal yang diidamkan oleh setiap pihak yang terkait adalah polisi yang memiliki penampilan sedemikian rupa sebagai sosok sumber motivasi masyarakat untuk berlaku tertib dan mematuhi hukum dan bersama-sama menciptakan rasa aman. Sehingga peneliti tertarik untuk membuktikan secara ilmiah mengenai Sikap Warga Terhadap Peran Polisi Dan Partisipasi Warga dalam Memelihara Kamtibmas. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pada ilmu psikologi sosial,

11 serta psikologi industri dan organisasi khususnya, yang berupa data empiris tentang hubungan sikap warga terhadap peran polisi dan partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan Rw.02 /Rt.03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru tersebut sekaligus diharapkan data ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi upaya-upaya studi lanjut dalam mengkaji permasalahan pada psikologi sosial, psikologi industri dan organisasi. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian mengenai sikap warga terhadap peran polisi dengan partisipasi warga dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan Rw. 02/ Rt. 03 Kelurahan Rintis Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi warga masyarakat setempat guna meningkatkan partisipasi terhadap peran polisi dalam memelihara Kamtibmas.