PEMETAAN SISTEM KONFIGURASI JARINGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI TANGGAP DARURAT BENCANA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR TETAP KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP SIAGA DARURAT BENCANA

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rencana. Operasi Darurat Bencana. Penyusunan. Pedoman.

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

EVALUASI PENANGANAN DARURAT BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Powered by TCPDF (

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSIRIAU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGANAN KEDARURATAN BENCANA AKIBAT LIMBAH B3. Oleh : Yus Rizal (BNPB)

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Logistik. Bantuan. Pedoman.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PEMETAAN SISTEM KONFIGURASI JARINGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI TANGGAP DARURAT BENCANA DI INDONESIA Rienna Oktarina 1, Wenny Gustamola 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama Jl. Cikutra 204 Bandung 40125 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Tehnologi Nasional Bandung Jl. PHH. Mustafa 23 Bandung 40124 E-mail: rienna.oktarina@widyatama.ac.id, gustamola@gmail.com ABSTRAKS Posisi Wilayah Indonesia berada diantara tiga lempeng tektonik dunia membuat wilayah Indonesia merupakan titik rawan bencana, karena sewaktu-waktu lempeng-lempeng ini dapat bergeser dan menimbulkan gempa bumi atau terjadi tumbukan antar lempeng tektonik yang dapat menghasilkan tsunami. Selain itu, wilayah Indonesia juga berada pada jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi di dunia berada di sepanjang jalur Cincin Api Pasifik. Untuk meminimalisasi korban serta kerusakan yang diakibatkan oleh bencana, maka perlu segera dilakukan penanggulangan terhadap Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana harus dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan dalam satu komando. Tanggap darurat bencana dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Kata Kunci:, Penanggulangan, Tanggap Darurat 1. PENDAHULUAN Posisi Wilayah Indonesia berada diantara tiga lempeng tektonik dunia yaitu, Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia merupakan titik rawan bencana, karena sewaktu-waktu lempeng-lempeng ini dapat bergeser dan menimbulkan gempa bumi atau terjadi tumbukan antar lempeng tektonik yang dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. Pasifik ini membentang sepanjang 40.000 km berbentuk seperti tapal kuda yang membentang dari pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi di dunia berada di sepanjang jalur Cincin Api Pasifik. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 130 gunung api. Sumber : www.bbmgwil2.bmg.go.id Gambar 1. Lempeng Dunia Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, wilayah Indonesia juga berada pada jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin Api Sumber : www.id.wikipedia.org Gambar 2. Ring of Fire Berdasarkan informasi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan bahwa terdapat 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan F-66

rawan gempa dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah dan DIY bagian Selatan, Jawa Timur bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan. Berdasarkan kondisi geografis yang telah disebutkan di atas, membuat indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana, baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun faktor manusia. itu sendiri, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mempunyai arti sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sedangkan Rawan mempunyai arti sebagai kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. 2. PENANGGULANGAN BENCANA Berdasarkan data kejadian dan dampak bencana yang mengacu pada data historis selama dua dekade terakhir, menunjukkan terdapat beberapa ancaman bencana yang dominan di Indonesia, yaitu gempa bumi, tsunami, tanah longsor/gerakan tanah, letusan gunung api, banjir dan kekeringan. Untuk meminimalisasi korban serta kerusakan yang diakibatkan oleh bencana, maka perlu segera dilakukan penanggulangan terhadap Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencana harus dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan dalam satu komando. Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusanpengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Pemerintah Indonesia sudah memiliki standar dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terdapat dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Nomor 10 Tahun 2008. Berdasarkan peraturan tersebut, untuk melaksanakan penanganan tanggap darurat bencana, maka pemerintah/pemerintah daerah yang diwakili oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan (BNPB)/Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) propinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dapat menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat Hal ini dimaksudkan sebagai upaya memudahkan akses untuk memerintahkan sektor dalam hal permintaan dan pengerahan sumberdaya manusia, peralatan, logistik, imigrasi, cukai dan karantina, perizinan, pengadaan barang/jasa, pengelolaan dan pertanggung jawaban atas uang dan atau barang serta penyelamatan. 2.1 Pembentukan Komando Tanggap Darurat Komando Tanggap Darurat adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat dan dibantu oleh Staf Komando dan Staf Umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan instansi/ lembaga/organisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya. Terbentuknya komando tanggap darurat bencana meliputi tahapan yang terdiri dari : a. Informasi Kejadian Awal Informasi awal kejadian bencana dapat diperoleh melalui berbagai sumber antara lain laporan masyarakat, media massa, instansi/lembaga terkait, internet dan informasi lain yang dapat dipercaya. Selanjutnya BNPB dan/atau BPBD dapat melakukan klarifikasi kepada instansi/lembaga/masyarakat di lokasi b. Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC) Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD menugaskan tim reaksi cepat (TRC) tanggap darurat bencana untuk melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat serta memberikan dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai instansi/lembaga terkait selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk : Kepala BPBD kabupaten/kota untuk mengusulkan kepada bupati/walikota dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota. Kepala BPBD propinsi untuk mengusulkan kepada gubernur dalam rangka menetapkan status/ tingkat bencana skala propinsi. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada presiden dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala nasional. c. Penetapan Status/Tingkat Berdasarkan semua informasi yang telah diterima dan dapat dipertanggungjawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga terkait, maka : Bupati/walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota. F-67

Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala propinsi. Presiden menetapkan status/tingkat bencana skala nasional. Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka Kepala BNPB/BPBD propinsi/bpbd kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana skala daerah/ nasional. d. Pembentukan Komando Tanggap Darurat Kepala BNPB/BPBD propinsi/bpbd kabupaten/ kota sesuai status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya : Mengeluarkan surat keputusan pembentukan komando tanggap darurat Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat. Meresmikan pembentukan komando tanggap darurat bencana Sumber : Peraturan Ka BNPB No. 10 Tahun 2008 Gambar 3. Komando Tanggap Darurat 2.2 Organisasi Komando Tanggap Darurat Organisasi Komando Tanggap Darurat merupakan organisasi satu komando, dengan mata rantai dan garis komando serta tanggung jawab yang jelas. Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional. Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh staf komando dan staf umum yang merupakan organisasi standar dan dapat diperluas berdasarkan kebutuhan. Bentuk standar struktur organisasi yang dapat diterapkan dalam komando tanggap darurat dapat dilihat pada Gambar 4. Fungsi Komando Tanggap Darurat adalah mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat kejadian Komando Tanggap Darurat memiliki tugas pokok untuk : a. Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat b. Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan. c. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif. d. Melaksanakan pengumpulan informasi sebagai dasar perencanaan Komando Tanggap Darurat tingkat kabupaten/kota/provinsi/ nasional. e. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya kepada media massa dan masyarakat luas. Komando Tanggap Darurat dipimpin oleh seorang personil dengan pangkat/jabatan senior peringkat pertama atau disebut Komandan Tanggap Darurat Komandan Tanggap Darurat bertanggung jawab langsung kepada Kepala BNPB/BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota, sesuai dengan tingkat dan kewenangannya. Komandan tanggap darurat bencana yang bertugas : a. Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) menjadi Pos Komando Tanggap Darurat BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB, sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan b. Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap) di lokasi bencana di bawah komando Pos Komando Tanggap Darurat BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB. c. Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan operasi tanggap darurat d. Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dan penyelamatan serta berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat F-68

Departemen/Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta instansi/lembaga lainnya sesuai tingkat kewenangannya. d. Instansi/lembaga terkait wajib segera mengirimkan serta memobilisasi sumberdaya manusia, logistik dan peralatan ke lokasi e. Penerimaan serta penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik di lokasi bencana sebagaimana dimaksud dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD/BNPB dan atau Departemen Keuangan. Sumber : Peraturan Ka BNPB No. 10 Tahun 2008 Gambar 4. Struktur Organisasi Tanggap Darurat 2.3 Sistem Komando Tanggap Darurat Sistem Komando Tanggap Darurat diselenggarakan dengan pola yang terdiri atas rencana operasi, permintaan, pengerahan/mobilisasi sumberdaya yang didukung dengan fasilitas komando yang diselenggarakan sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan Rencana Operasi Komando Tanggap Darurat berikut Rencana Tindakan Operasi penanganan tanggap darurat bencana, merupakan acuan bagi setiap unsur pelaksana dalam komando. Mekanisme permintaan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a. Komandan Tanggap Darurat tingkat kabupaten/kota, atau tingkat provinsi yang terkena bencana, mengajukan permintaan kebutuhan sumberdaya kepada Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun kepada Kepala BNPB, berdasarkan atas ketersediaan sumberdaya di lokasi dan tingkatan b. Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun Kepala BNPB, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana, meminta dukungan sumberdaya manusia, logistik dan peralatan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban, memenuhi kebutuhan dasar hidup dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak kepada pimpinan instansi/lembaga terkait sesuai tingkat kewenangannya. c. Instansi/lembaga terkait dimaksud adalah: Departemen/Dinas Sosial, BULOG/DOLOG, Departemen/Dinas Kesehatan, Departemen/Dinas Pekerjaan Umum, Departemen/Dinas Perhubungan, Basarnas/Basarda Kabupaten/ Kota, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Palang Merah Indonesia, Pengerahan/mobilisasi sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kepala BPBD yang terkena bencana mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik sesuai kebutuhan ke lokasi b. Apabila kebutuhan tersebut tidak tersedia/tidak memadai, maka pemerintah daerah yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada daerah lain yang terdekat. c. Apabila daerah yang dimintai bantuan tidak memiliki ketersediaan sumberdaya/tidak memadai, maka pemerintah daerah yang terkena bencana dapat meminta bantuan kepada pemerintah pusat. d. Biaya yang timbul akibat pengerahan bantuan ini ditanggung oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. e. Pelaksanaan pengerahan sumber daya dari asal sampai dengan lokasi bencana dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD yang terkena f. Apabila terdapat keterbatasan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik yang dikerahkan oleh Kepala BPBD, maka BNPB dapat membantu melalui pola pendampingan. g. Pola pendampingan oleh BNPB dapat berupa dukungan biaya pengepakan, biaya pengiriman, jasa tenaga pengangkutan dan dukungan peralatan tanggap darurat Untuk meningkatkan efektifitas dan mempercepat respons penanganan tanggap darurat bencana, Komando Tanggap Darurat perlu menyiapkan dan menghimpun dukungan operasi penanganan darurat bencana yang terdiri dari: a. Pos Komando, meliputi Posko Tanggap Darurat dan Poskolap. b. Personil Komando, adalah semua sumberdaya manusia yang bertugas dalam organisasi Komando Tanggap Darurat dengan kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk penugasan penanganan darurat c. Gudang, tempat penyimpanan logistik dan peralatan. F-69

d. Sarana dan prasarana transportasi, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun spesifik sesuai jenis e. Peralatan, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun fasilitas yang spesifik sesuai jenis f. Alat komunikasi dan peralatan komputer. g. Data serta informasi bencana dan dampak koordinasi dengan pihak lain, unit ini menjadi tidak efektif. Agar dapat diketahui perkembangan setiap kegiatan, maka setiap hari diadakan rapat evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan dan merencanakan kegiatan yang harus dilakukan pada hari berikutnya. Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana ini selanjutnya dilaporkan kepada Kepala BNPB/BPBD dan instansi/lembaga terkait. Evaluasi yang dilakukan setiap hari diharapkan mampu mengantisipasi setiap kemungkinankemungkinan yang terjadi pada hari-hari berikutnya. Kekurangan sumberdaya manusia, peralatan, ketersediaan logistik serta kebutuhan lainnya diharapkan dapat diatasi segera dengan adanya laporan dari hasil evaluasi harian. Laporan hasil evaluasi harian ini selanjutnya dapat menjadi bentuk pertanggungjawaban komando tanggap darurat bencana kepada Kepala BNPB/BPBD dan instansi/ lembaga terkait lainnya pada akhir pelaksanaan. 3. PENUTUP alam yang disebabkan karena posisi geografis sangat sulit dihindari. Jika terjadi bencana, hal paling utama yang dapat dilakukan adalah penanggulangan terhadap bencana untuk meminimalisasi jumlah korban serta kerugian lain yang akan ditimbulkan. Reaksi cepat sangat dibutuhkan dalam penanggulangan bencana, karena semakin lambat suatu bencana tertangani, maka kemungkinan korban dan kerugian yang ditimbulkan semakin besar. Sumber : Peraturan Ka BNPB No. 10 Tahun 2008 Gambar 5. Konfigurasi Jaring Komunikasi Keterangan : 2.4 Evaluasi Kegiatan Tanggap Darurat Keberhasilan tanggap darurat bencana ini merupakan tanggung jawab semua pihak yang terkait didalamnya. Unit pelaksana lapangan memegang peranan penting dalam keseluruhan tindakan yang dilakukan, tapi tanpa adanya Komunikasi menjadi hal yang penting dalam penanggulangan Informasi awal mengenai bencana yang terjadi menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak yang akan ditimbulkan. Informasi ini selanjutnya menjadi acuan BNPB/BPBD untuk membentuk komando tanggap darurat Selain itu, koordinasi setiap instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam tanggap darurat bencana sangat diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih bantuan yang diberikan. PUSTAKA Purwantoro, 2009, Jalur Cincin Api Pasifik, [online], (http://karangsambung.lipi.go.id/?p=651 diakses tanggal 14 April 2010), 2010, Pacific Ring of Fire, [online], (http://en.wikipedia.org/wiki/pacific_ring_of_fi re, diakses tanggal 14 April 2010), 2004, Indonesia Rawan, [online], (http://www.pdat.co.id/hg/political_pdat/2006/06 F-70

/19/pol,20060619-01,id.html, diakses tanggal 14 April 2010), 2006, Teori Seismologi, [online], (http://bbmgwil2.bmg.go.id/teoriseismohal3.php, diakses tanggal 14 April 2010 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat F-71