BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisi bayi (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO

Putri Kusumawati Priyono

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

PENGARUH PELATIHAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA TERHADAP KETRAMPILAN DALAM MENYUSUI

1

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

Sri Lestari Dwi Astuti, Asrining Surasmi Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. semua orang disegala usia adalah salah satu tujuan dari. Development Goals (SDGs). Tak luput dari sasaran SDGs angka kematian ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi pada bayi untuk

BAB I PENDAHULUAN. membiarkan kontak kulit dengan ibunya setidaknya selama satu jam. Mengingat

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENYUSUI IBU PRIMIPARA DI BPS ENDANG PURWANINGSIH BANTUL¹

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI TERHADAP KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

KELUARGA DENGAN SIKAP IBU DALAM MEMBERIKAN KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

Penggunaan Leaflet Dan Video Dalam Konseling Menyusui Hasil Konseling Menyusul Pada Ibu Primipara Studi Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNIK MENYUSUI PADA IBU DI PUSKESMAS PATTALLASSANG KA- BUPATEN TAKALAR

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

Pengetahuan Tentang Proses Menyusui Pada Ibu Nifas di RS Mardi Rahayu Kudus 20

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan perlu ditunjang. dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

PENGARUH HEALTH EDUCATION

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) akan dihasilkan oleh setiap ibu paska melahirkan. ASI tersebut digunakan sebagai nutrisi alami bagi bayinya. Bayi tumbuh dan berkembang secara optimal ketika ASI diberikan dengan baik dan benar selama enam bulan sebagai salah satu makanan tunggal untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi salah satunya bayi dapat tumbuh sehat, cerdas, emosional terjaga lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif serta perkembangan sosial yang lebih baik (Suradi, 2010). Hal tersebut sejajar dengan program pemerintah tentang pemberian ASI ekslusif 6 bulan, sementara tahun 1990, ASI ekslusif diberikan selama 4 bulan (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Namun, kebijaksanaan tidak dapat dilaksanakan dengan optimal karena beberapa ha salah satunya adalah gencarnya pemasaran susu formula untuk bayi 0-6 bulan dan banyaknya tenaga kesehatan di tingkat wilayah yang kurang peduli dalam pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya tenaga kesehatan yang masih mendorong ibu menyusui untuk memberikan susu formula pada bayi 0-6 bulan sehingga menjadi masalah dalam pencapain target ASI eksklusif (Dinas Kesehatan RI, 2016). 1

2 Presentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 55,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 52,3%, hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan presentase pemberian ASI ekslusif dikarenakan usaha yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan meliputi konseling, sosialisasi, serta pengawasan terhadap program pemberian ASI (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Peningkatan presentase menjadi acuan pemerintah dalam melaksanakan program pemberian ASI ekslusif 6 bulan. Namun kondisi tersebut belum terlaksana dengan baik pada daerah-daerah lain seperti di provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 mengalami penurunan cakupan pemberian ASI eksklusif, yang sebelumnya pada tahun 2014 sudah mencapai 60% menurun menjadi 56,1% (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Presentase pemberian ASI Kabupaten Sukoharjo tahun 2014 sebesar 54,7% dan mengalami kenaikan tahun 2015 menjadi 63,39%. Sedangkan presentase pemberian ASI terendah tahun 2015 di kabupaten Sukoharjo adalah kelurahan Baki sebesar 33,52% menurun dibandingkan tahun 2014 yaitu 38,9%. Peningkatan presentse dan penurunan tersebut belum diketahui secara pasti penyebabnya. Presentase ini belum memenuhi target pencapaian pemberian ASI eksklusif dalam pembangunan nasional dan strategi nasional sebesar 80% (Dinas Kesehatan Sukoharjo, 2016). Untuk mencapai program pemerintah dalam pemberian ASI Eksklusif diperlukan kerjasama yang baik antara pemangku kebijakan (pemerintah) dengan masyarakat khususnya ibu menyusui. Namun faktanya masih terdapat

3 kendala dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif diantaranya ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui yang akan berdampak pada pemberian ASI. Keadaan tersebut menyebabkan teknik menyusui tidak diaplikasikan dengan baik dan benar sehingga menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan menyusui (Gadhavi, 2013). Penelitian tentang efektivitas comprehensive breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian air susu ibu postpartum mengungkapkan bahwa minggu pertama postpartum merupakan fase kritis bagi ibu karena ibu merasa ASI yang dikeluarkan hanya sedikit, bersalah karena gagal menyusui, malu dan meragukan kemampuannya untuk menyusui bayi sehingga pada akhirnya ibu memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI (Mozinggo, 2000 dalam Nurbaeti, 2013). Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Baki dengan wawancara kepada tenaga kesehatan dan 6 ibu menyusui, hanya 2 orang yang mengetahui tentang teknik dan posisi menyusui yang benar dan sisa pasien yang lainnya tidak mengetahui teknik dan posisi menyusui yang benar, masalah akibat teknik dan posisi yang salah, berhenti menyusui karena putting lecet dan nyeri. Tenaga kesehatan mengatakan pemberian ASI rendah bisa disebabkan kurang tepat teknik menyusui sehingga muncul masalah yang menyebabkan ibu enggan menyusui. Pernah diberikan pendidikan kesehatan teknik menyusui tetapi media yang digunakan kurang kuat karena hanya menggunakan metode ceramah dan lembar balik. Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI. Bila teknik dilakukan dengan tidak benar dapat menyebabkan

4 puting menjadi lecet sehingga ibu merasakan perih dan enggan menyusui. Bahkan kondisi tersebut menjadikan bayi jarang menyusu yang akan berakibat kurang baik dalam pemenuhan nutrisi bayi. Sedangkan isapan bayi merupakan salah satu cara untuk merangsang produksi ASI pada ibunya. Pada faktanya sering kali ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan teknik menyusui yang baik dan benar (Roesli, 2005). Hal ini didukung dengan penelitian yang mengatakan untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI diperlukan pendidikan formal dan informal tentang ASI, teknik menyusui, serta dukungan (Avery, 2009 dalam Citrawati, 2015). Informasi tentang teknik menyusui yang baik dan benar harus diberikan pada masa kehamilan dan nifas, seperti beberapa hasil penelitian bahwa Breastfeding education efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap serta kepuasan dalam menyusui pada kehamilan dengan usia 20-36 minggu (Indriyani, 2013; Lin, 2008). Sedangkan waktu yang terbaik untuk memberikan pendidikan kesehatan teknik menyusui adalah trimester III, karena jika diberikan pada trimester I dan II akan membutuhkan jarak waktu 15-20 minggu sampai memasuki masa nifas, semakin lama informasi yang tersimpan maka akan semakin menghilang karena dimasuki oleh informasiinformasi baru (Sausa, 2011). Pemberian ASI dianjurkan sedini mungkin, misalnya tiga puluh menit setelah melahirkan (Astutik, 2014). Jika pendidikan kesehatan diberikan pada saat ibu memasuki masa nifas akan kurang efektif dilakukan, karena dua belas

5 jam setelah melahirkan ibu dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayi dan ibu sudah harus mengetahui teknik menyusui yang benar. Faktanya kecenderungan pada ibu primipara mempunyai pengetahuan rendah dikarenakan proses pengalaman baru dalam melahirkan seorang anak sehingga yang menjadikan stressor tersendiri bagi ibu dan pada akhirnya menyebabkan fase krisis. Untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan pada ibu primipara harus diperoleh melalui praktik langsung tentang bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar (WHO, 2002 dalam Sulistyowati, 2011). Hal tersebut dapat disampaikan melalui pendidikan kesehatan berupa pengajaran, pelatihan, konseling, konsultasi dan media (Yoesvita, 2008). Untuk menunjang proses tersebut diperlukan media pendukung salah satunya media audiovisual yang lebih menekankan pada hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman, tidak hanya berdasar katakata. Media ini menggabungkan dua indra sekaligus sehingga lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi kesehatan. Penayangan Video Compact Disk (VCD) mempengaruhi peningkatan kemampuan dalam menerima suatu materi karena indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah indra penglihatan yaitu kurang lebih 75% sampai 87% sedangkan untuk indra yang lain yaitu 13% sampai 25% (Maulana, 2009). Berdasarkan studi literatur dan studi pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan

6 tentang teknik menyusui terhadap pengetahuan ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Air susu ibu (ASI) digunakan sebagai nutrisi alami bagi bayinya (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi salah satunya bayi dapat tumbuh sehat, cerdas, emosional terjaga lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif serta perkembangan sosial yang lebih baik (Suradi, 2010). Peningkatan presentase menjadi acuan pemerintah dalam melaksanakan program pemberian ASI ekslusif 6 bulan. Namun kondisi tersebut belum terlaksana dengan baik pada daerah-daerah lain seperti di provinsi Jawa Tengah khususnya kabupaten Sukoharjo. Untuk mencapai program pemerintah diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat khususnya ibu menyusui. Namun faktanya masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif diantaranya ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui yang akan berdampak pada pemberian ASI yang menyebabkan teknik menyusui tidak diaplikasikan dengan baik dan benar sehingga menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan menyusui (Gadhavi, 2013). Penelitian tentang efektivitas comprehensive breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian air susu ibu postpartum mengungkapkan bahwa minggu pertama postpartum merupakan fase kritis bagi ibu karena ibu merasa ASI yang dikeluarkan hanya sedikit, bersalah karena gagal menyusui, malu dan meragukan kemampuannya

7 untuk menyusui bayi sehingga pada akhirnya ibu memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI (Mozinggo, 2000 dalam Nurbaeti, 2013). Informasi tentang teknik menyusui harus diberikan pada masa kehamilan dan nifas, seperti beberapa hasil penelitian bahwa Breastfeding education efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap serta kepuasan dalam menyusui pada kehamilan dengan usia 20-36 minggu (Indriyani, 2013; Lin, 2008). Sedangkan waktu yang terbaik untuk memberikan pendidikan kesehatan teknik menyusui adalah trimester III, karena jika diberikan pada trimester I dan II akan membutuhkan jarak waktu 15-20 minggu sampai memasuki masa nifas, semakin lama informasi yang tersimpan maka akan semakin menghilang karena dimasuki oleh informasi-informasi baru (Sausa, 2011). Faktanya kecenderungan pada ibu primipara mempunyai pengetahuan rendah dikarenakan proses pengalaman baru dalam melahirkan seorang anak sehingga yang menjadikan stressor tersendiri bagi ibu dan pada akhirnya menyebabkan fase krisis. Hal tersebut dapat disampaikan melalui pendidikan kesehatan berupa pengajaran, pelatihan, konseling, konsultasi dan media (Yoesvita, 2008). Studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara didapatkan hanya 2 ibu menyusui yang mengetahui tentang teknik dan posisi menyusui yang benar dan 4 yang lainnya tidak mengetahui teknik dan posisi menyusui yang benar, masalah akibat teknik dan posisi yang salah, berhenti menyusui karena putting lecet dan nyeri. Pernah diberikan pendidikan kesehatan teknik

8 menyusui tetapi media yang digunakan kurang kuat karena hanya menggunakan metode ceramah dan lembar balik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dikemukakan masalah sebagai berikut: apakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap pengetahuan pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Baki, Sukoharjo. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap pengetahuan pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Baki, Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang teknik menyusui sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Baki, Sukoharjo. b. Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang teknik menyusui sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Baki, Sukoharjo. c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap pengetahuan pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Baki, Sukoharjo

9 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Ibu Hamil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil tentang teknik menyusui sehingga dapat diaplikasikan pada masa menyusui. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan laporan ini sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat laporan penelitian ini. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek. 4. Bagi Puskesmas Baki Memberikan masukan dalam meningkatkan kesehatan ibu terutama dalam teknik menyusui untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI serta mendapatkan kualitas hidup yang baik. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis dari membaca hasil penelitian di perpustakaan, jurnal maupun internet, terdapat penelitian yang sejenis dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui terhadap

10 pengetahuan teknik menyusui pada ibu hamil trimester III. Keaslian penelitian ditampilkan pada Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Persamaan Perbedaan 1 Priyono, (2012), Perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan metode simulasi dengan metode simulasi dan poster tentang teknik menyusui terhadap pengetahuan dan Variabel bebas yaitu pengaruh pendidikan kesehatan perilaku ibu menyusui poster. 2 Kusnawanti, (2014), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Keterampilan Menyusui Pada Ibu Post Partum Ditinjau Dari Paritas 3 Mardiyana, (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik Menyusui terhadap Ketepatan Teknik Menyusui di desa Purworejo Kecamatan Pungging Mojokerto Variabel bebas yaitu pengaruh pendidikan kesehatan Metode penelitian pra experimental Rancangan penelitian One group Pratest and Posttest Design Variabel bebas yaitu pengaruh pendidikan kesehatan Metode penelitian True Eksperimental Design Sampel ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan. Teknik pengambilan Simple Random Sampling Kelompok perlakuan diberikan simulasi dan Metode penelitian quasy experimental dengan rancangan pre test and post test non-equivalent control group Sampel ibu menyusui Pengambilan sampel consecutive sampling Populasi ibu menyusui 0-90 hari. Berdasarkan dari penelitian pada Tabel 1.1, penelitian ini terdapat kebaruan dari penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan dalam judul ataupun variabel, yaitu dalam penelitian ini media yang digunakan adalah video dengan didampingi oleh leaflet. Pada penelitian sebelumnya media yang digunakan hanya menggunakan media poster.