Gambar 2.1 Kerusakan gedung sekolah (Hamdi dan Sudarmaji, 2014)

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1 Hubungan jenis kerusakan dengan nilai kerusakan (Dardiri, 2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan letusan gunung berapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan tanah longsor

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

Studi Literatur Rapid Visual Screening untuk Mengetahui Potensi Kerentanan Bangunan Terhadap Bahaya Gempa

ANALISA KERUSAKAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG A SMAN 10 PADANG AKIBAT GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS METODE PELAKSANAAN RETROFITTING PADA BANGUNAN SEDERHANA (STUDI KASUS : SD NEGERI 43 RAWANG TIMUR, PADANG) ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia berada pada zona tektonik sangat aktif karena tiga lempeng besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

Rapid Visual Screening untuk Mengetahui Potensi Kerentanan Bangunan Terhadap Bahaya Gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

(dilatasi), sehingga memiliki perbandingan panjang dan

PENILAIAN KONDISI BANGUNAN SEKOLAH PASCA GEMPA BUMI (STUDI KASUS PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT) Hamdi 1 ), Sudarmadji 2 )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

KOMPARASI PERATURAN INVESTIGASI KEBENCANAAN PADA BANGUNAN SEKOLAH DI DAERAH SESARAN SERAYU OPAK

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

EVALUASI KERENTANAN BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA BUMI DENGAN RAPID VISUAL SCREENING (RVS) BERDASARKAN FEMA 154

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI ( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SUKOHARJO

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENILAIAN KELAYAKAN FISIK BANGUNAN PASAR DI PASAR GIANYAR KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI NUMERIK MODEL RUMAH TAHAN GEMPA TANPA BETON BERTULANG

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR DAN ALTERNATIF PERBAIKAN SERTA PERKUATAN GEDUNG BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

Naskah Publikasi Karya Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data. Pengembangan Alternatif Lokasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN 5 ( LIMA ) LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTILITAS TINGKAT DUA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996).

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA NEGERI 1 GANTIWARNO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

PERILAKU STRUKTUR RANGKAA DINDING PENGISI DENGAN BUKAAN PADAA GEDUNG EMPAT LANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja.

BAB VII. Dari hasil eksperimen dan analisis yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH

Analisa Bangunan Tidak Simetris ANALISIS BANGUNAN TIDAK SIMETRIS DALAM MEMIKUL GAYA GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN SAP 2000.

LAPORAN CAPACITY BUILDING KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS SEKOLAH 7 11 SEPTEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB III METODOLOGI III-1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Keruntuhan Pada Sambunga Balok-Kolom (Sumber :

Transkripsi:

Parameter Nilai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hamdi dan Sudarmadji (2014) melakukan penelitian tentang penilaian kondisi bangunan sekolah pasca gempa bumi (Studi Kasus Padang Pariaman, Sumatera Barat). Kajian ini hanya akan membahas dampak gempa terhadap kerusakan bangunan sekolah, khususnya bangunan SMP yang tersebar di berbagai lokasi yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, provinsi Sumatera Barat. Fokus kajian lebih ditujukan pada penilaian kondisi bangunan yang dilakukan dengan survei langsung dan dianalisa pembobotan untuk menentukan tingkat kerusakannya rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan atau roboh. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil survei verifikasi kondisi kerusakan bangunan SMP di wilayah Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Hasil penilaian ini dapat dijadikan dasar penentuan besar-kecilnya biaya rehabilitasi yang dibutuhkan bagi setiap sekolah tersebut. Dari hasil analisis diperoleh bahwa dari 17 SMP yang disurvei, untuk ruang kelas 17,6% rusak ringan, 41,2% rusak sedang dan 41,2% rusak berat. Untuk bangunan perpustakaan, dari 17 sekolah yang disurvei, baru 12 sekolah yang memiliki ruang perpustakaan dengan kondisi 16,7% rusak ringan, 41,7% rusak sedang dan 41,6% rusak berat. Bangunan laboratorium sebanyak 13 SMP yang memiliki fasilitas laboratorium dengan kondisi 23% rusak ringan, 38,5% rusak sedang dan 38,5% rusak berat. Sedangkan untuk bangunan WC siswa sebanyak 18,75% rusak ringan, 18,75% rusak sedang dan selebihnya rusak berat atau roboh, berikut ini ditampilkan pada Gambar 2.1 di bawah ini. 62,5 41,1 41,2 41,7 41,6 38,5 38,5 17,6 16,7 23 18,75 18,75 Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Wc Gedung Rusak ringan Rusak sedang Rusak berat Gambar 2.1 Kerusakan gedung sekolah (Hamdi dan Sudarmaji, 2014) 8

9 Susilawati dan Khirunisa (2015) melakukan penelitian tentang kesiapan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sebagai Sekolah Siaga Bencana di Kecamatan Gondangrejo Karanganyar. Tujuan penelitian adalah untuk kesiapan sekolah siaga bencana yang berhubungan dengan sekolah di beberapa sekolah dasar Muhammadiyah Islam di Kabupaten Gondangrejo. Objek penelitian adalah 5 Muhammadiyah Islam SD dalam penyebaran Kabupaten Gondangrejo, Karanganyar. Pengumpulan data penelitian berupa data primer menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: sekolah dasar Muhammadiyah Islam yang terletak di Kecamatan Gondangrejo memperoleh nilai indeks kesiapan antara 0-32 dengan nilai indeks rata-rata 16 dan termasuk dalam katagoti "Tidak Siap", parameter keseluruhan termasuk dalam kategori "rendah"dengan nilai indeks antara 3-30 dengan nilai parameter tertinggi dalam kebijakan sekolah dan parameter terendah adalah rencana parameter tanggap darurat. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di Kecamatan Gondangrejo Karanganyar tidak waspada terhadap bencana. Putri (2015) juga meneliti tentang evaluasi program pengurangan resiko bencana di SDN Banyuanyar 3 Surakarta oleh Yayasan KAKAK pelaksanaan program pengurangan resiko bencana yang di lakukan oleh Yayasan KAKAK bagi siswa SDN Banyuanyar 3 Surakarta. Secara garis besar, jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi evaluasi model terbuka yang mencakup input, proses, output, outcome dan impact. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari pengurus Yayasan KAKAK dan siswa serta guru SDN Banyuanyar 3. Sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip, okumen, buku. Jenis sampel yang di gunakan yaitu purposive sampling, dimana sampel dalam penelitian ini adalah 14 informan, dimana 4 diantaranya adalah pengurus Yayasan KAKAK, serta 2 Guru yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah wali kelas IV dan kelas V SD karena yang mendapatkan pelatihan adalah siswa kelas IV dan kelas V, sedangkan 8 siswa yang di pilih sebagai informan adalah 4 siswa kelas IV dan 4 siswa kelas V berdasarkan tingkat kepandaian serta mereka yang pernah atau belum pernah

10 terkena banjir. data di analisis dengan analisis model interaktif yang menggunakan 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Triangulasi data diperlukan menjamin adanya validitas data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program sesuai dengan rencana yang telah di tentukan, meskipun demikian terdapat faktor penghambatnya di antaranya tempat dan fasilitas yang kurang memadai. Yayasan KAKAK melaksanakan program PRB bukan tanpa alasan, tetapi karena ada stimulus atau rangsangan berupa bencana alam yang sering terjadi belakangan ini, di mana Yayasan KAKAK berperan sebagai aktor yang ingin mencapai tujuan dengan menggunakan alat dan cara sesuai dengan teori aksiyang di kemukakan oleh Talcott Parsons. Hasil evaluasi diantaranya input, ditemukan adanya 40 siswa kelas IV dan 40 siswa kelas V penerima program, dana yang di alokasikan sebesar Rp 1.100.000,00 dan program selama 2 hari. Proses tampak dari persiapan hingga terlaksananya program PRB, output tampak pada terlaksananya program Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dan banyaknya siswa yang mengikuti program, outcome berupa bertambahnya pengetahuan siswa kelas IV dan V SDN Banyuanyar 3 Surakarta, serta banyaknya permintaan penerima program untuk kembali melakukan pelatihan di SD mereka, dan impact terlihat pada kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar. Pelaksanaan program PRB sebagai sistem sosial dapat berjalan dengan menerapkan keempat fungsi AGIL yaitu sebagai berikut: Adaptasi, trainer mampu menyesuaikan diri dengan penerima program atau siswa SDN Banyuanyar 3 Surakarta, Goal Attainment (Pencapaian Tujuan) target dan tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa menjadi tanggap bencana, Integrasi, yaitu Yayasan KAKAK harus mampu mengatur bagian-bagian di dalamnya, agar pelaksanaan program bisa berjalan dengan lancar, dimana Yayasan KAKAK mampu memelihara motivasi dan semangat individu-individu didalam sebuah komunitas agar program PRB bisa berkelanjutan, tidak hanya sebatas pemberian program namun diharapkan program ini dapat di pertahankan bahkan lebih dikembangkan. Nurjanah (2015) melakukan penelitian tentang Penggunaan Metode Pembelajaran Simulasi untuk Materi Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri 1 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu, untuk tingkat kesiapsiagaan

11 siswa sebelum digunakannya metode pembelajaran simulasi bencana gempa bumi mata pelajaran Geografi kelas X IIS di SMA N 1 Tawangsari, untuk tingkat kesiapsiagaan siswa sesudah digunakannya metode pembelajaran simulasi bencana gempa bumi mata pelajaran Geografi kelas X IIS di SMA N 1 Tawangsari. menggunakan metode penelitian kuantitatif deskripstif. di lakukan di SMA N 1 Tawangsari. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesiapsiagaan sebelum digunakannya metode pembelajaran simulasi bencana gempa bumi adalah 67,06%. Tingkat kesiapsiagaan sesudah digunakannya metode pembelajaran simulasi bencana gempa bumi adalah 83,43%. Bashori (2013) juga melakukan penelitian tentang Peran Guru Terhadap Kesiapsiagaan Sekolah dalam Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota Surakarta. bagaimana kemampuan guru dalam mengkaji potensi bencana dan kesiapan sekolah dalam menghadapi bencana. dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif dengan menggunakan guru yang mengajar di daerah rawan bencana sebagai populasi. Penggalian data dilakukan dengan observasi, kuesioner, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yang menggunakan metode Kolmogorov Smirnov untuk uji normalitas dan metode Levene Test untuk uji homogenitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum kemampuan guru dalam menghadapi bencana yang diukur melalui pengetahuan dan tindakan guru terhadap bencana sudah cukup baik hal ini ditunjukkan dengan ratarata nilai tentang pengetahuan dasar sebesar 7,5%, kemampuan mengkaji potensi bencana sebesar 7,2% dan sikap dalam menghadapi bencana sebesar 7,1, Kesiapsiagaan sekolah ditinjau dari indikator kebijakan, rencana kesiapsiagaan sekolah dan mobilitas sumberdaya maka didapatkan, Kebijakan sekolah tentang belum diterapkan secara utuh, rencana kesiapsiagaan yang disusun hanya sebatas pengalaman bencana masa lalu tanpa dilakukan identifikasi ulang kemungkinan bencana yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga penanggulangan bencana hanya bersifat reaksional dan spontanitas, Mobilitas sumberdaya yang telah dilakukan oleh sekolah baru berkaitan kerjasama

12 penanggulangan bencana dengan pihak luar sekolah sedangkan untuk mobilitas sumberdaya dalam internal sekolah masih belum terlaksanakan. Astuti (2015) juga melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Program Sekolah Siaga Bencana di SMA Negeri 1 Karanganom Klaten. bertujuan untuk: Mengetahui bagaimana potensi bencana di lingkungan SMA Negeri 1 Karanganom, dan Mengetahui bagaimana pelaksanaan program Sekolah Siaga Bencana (SSB) di SMA Negeri 1 Karanganom. merupakan penelitian deskriptif. Objek penelitan ini adalah seluruh komponen sekolah yang berkaitan dengan program Sekolah Siaga Bencana termasuk seluruh warga Populasi dalam penelitian ini adalah 754 warga Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling atau teknik pengambilan sampel secara sengaja dengan jumlah sampel yang diambil sebesar 12% dari populasi, yakni 90 warga Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan observasi yang dilengkapi dengan wawancara dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan deskriptif. Hasil penelitian bencana yang memiliki potensi paling tinggi adalah adalah gempa bumi. Setelah gempa bumi, bencana yang juga berpotensi terjadi adalah puting beliung. Rata-rata secara keseluruhan dalam Pelaksanaan Program Sekolah Siaga Bencana SMA Negeri 1 Karanganom adalah mencapai 79,8%, komponen yang paling banyak terpenuhi adalah pada komponen Mobilisasi Sumber Daya yakni mencapai 91,6%. Kurniawandy, dkk (2016) melakukan penelitian tentang Evaluasi Kerentanan Bangunan Gedung Terhadap Gempa Bumi dengan Rapid Visual Screening (RVS) Berdasarkan FEMA 154. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari kegiatan survei, seperti alur beban (load path), kerusakan beton atau baja tulangan, kerusakan pada dinding pasangan bata, kerusakan pada mortar, retakan pada dinding pengisi, retakan di kolom batas, sambungan antar dinding, transfer ke dinding geser dan kolom beton. Sedangkan data sekunder berupa gambar rencana dan data hasil pengujian tanah. Gambar rencana berisi informasi yang memuat ukuran dan dimensi struktur, seperti balok, kolom, pelat, tinggi gedung, tulangan, dan lainnya. Data tanah seperti sondir, NSPT digunakan untuk kondisi tanah apakah berpotensi terhadap keruntuhan struktur. Data yang berhasil didapat dari hasil survei sebanyak 20 (dua puluh) gedung yang

Parameter Nilai 13 berada di wilayah Pekanbaru. Gedung yang dipilih bervariasi baik dari segi jenis bangunan, tingkat bangunan, lokasi bangunan, dan sisi, berikut ini ditampilkan pada Gambar 2.2 di bawah ini. 6.4 4.8 2.1 2.2 2.8 3 2.4 3 3 3.6 2.1 3 3 3 2.8 3 3 3 2.4 0.7 Gedung Gambar 2.2 Scoring (nilai) tiap-tiap gedung (Kurniawandy dkk, 2016) Nuri dkk (2014) melakukan penelitian tentang studi literatur Rapid Visual Screening untuk potensi kerentanan bangunan terhadap bahaya gempa. Tugas akhir ini mengaplikasikan penggunaan RVS untuk memetakan kerentanan bangunan di Indonesia terhadap bahaya gempa berdasarkan FEMA 154. Pengaplikasian RVS tersebut dimaksudkan untuk melihat seberapa besar RVS pada FEMA 154 bisa diterapkan di Indonesia dengan studi kasus bangunan di ITS. Terdapat tahapan-tahapan untuk melaksanakan metode RVS ini, salah satunya adalah pelaksaan survei di lapangan. Dalam mengisi formulir saat survei di lapangan harus memverifikasi data yang ada dengan yang di lapangan serta mengisi kolom-kolom yang ada di formulir RVS. Terdapat 15 jenis struktural dasar yang diklasifikasikan oleh FEMA 154 pada formulir RVS. Dari hasil pengisian formlir RVS pada studi kasus (bangunan ITS), maka didapatkan bahwa skor akhir pada formulir ITS dan laporan perencaan gedungnya sesuai. Maka posedur RVS ini bisa digunakan untuk menilai kerentanan banguanan di Indonesia. Pada dasarnya skor akhir adalah perkiraan probabilitas bangunan akan runtuh jika terjadi gerakan tanah atau gempa. Basic Structural Hazard Score didefinisikan sebagai logaritma negatif (basis 10) dari probabilitas runtuhnya bangunan yang dapat dituliskan dengan BSH

14 = -log10 (ATC, 2002b). Sebagai contoh, skor akhir S=3 berarti ada kesempatan 1 dari 103, Atau 1 dari 1000 kemungkinan bangunan itu akan runtuh jika terjadi gerakan tanah tersebut. Sebuah skor akhir S= 2 berarti ada kesempatan 1 dari 102, Atau 1 dari 100, bahwa bangunan akan runtuh jika tanah tersebut terjadi gerakan. Penentuan aman atau tidaknya bangunan yang ditinjau bedasarkan skor akhir bangunan tersebut. Nominal angka skor yang membatasi menurut FEMA 154 adalah 2. Hal itu berdasarkan dari National Bureau of Standards (NBS, 1980). Fauzan (2012) melakukan penelitian tentang Analisis Metode Pelaksanaan Retrofitting pada Bangunan Sederhana (studi kasus : SD negeri 43 rawang timur, padang). Gempa bumi tidak dapat diprediksi namun usaha untuk meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan dapat dilakukan pada bangunan. Salah satunya dengan melakukan tindakan retrofit pada bangunan sederhana (non-engineered) yang mengalami kerusakan akibat bencana gempa. metoda pelaksanaan yang tepat dan efisien dalam melakukan perbaikan, restorasi, dan perkuatan bangunan sederhana. Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang baik dan praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia yang diakibatkan gempa bumi dapat dikurangi untuk masa yang akan datang. juga besarnya efisiensi dari segi biaya dan waktu dalam pekerjaan retrofit yang dilakukan pada bangunan. Bangunan SD Negeri 43 ini terdiri dari 2 lantai dengan jumlah kolom 39 buah berukuran 20x20 cm. Pada umumnya kerusakan kolom yang terjadi pada bangunan sekolah ini terjadi pada bagian atas dan bawah yaitu mulai dari kerusakan kecil seperti lepasnya plesteran pada kolom, hancurnya sebagian selimut beton hingga selimut beton yang rusak sampai terlihat tulangan yang ada pada kolom. Kolom juga mengalami retak pada bagian joint antara kolom dan balok. Kerusakan yang banyak terjadi pada balok gedung SD Negeri 43 ini adalah retak pada bagian sambungan antara kolom dan balok. Ini menunjukkan adanya sesuatu yang salah pada sambungan tulangan antara kolom dan balok tersebut sehingga terjadi pergeseran dan bangunan tidak bergetar sebagai suatu kesatuan yang utuh, padahal konsep bangunan aman gempa adalah setiap elemen struktur bekerja sebagai suatu kesatuan yang utuh dalam menahan beban. Pada balok melintang di bangunan gedung sekolah ini adanya perubahan dimensi. Dimensi balok yang berada di dalam

Parameter Nilai 15 kelas lebih besar dari balok yang di luar kelas. Pada bagian ini juga terlihat adanya tulangan penyaluran yang tidak sesuai. Pada bangunan SD Negeri 43 ini kerusakan pada dinding yang terlihat hanya berupa retak-retak kecil. Pada sebagian pertemuan sudut-sudut dinding dengan kolom juga terlihat adanya kerusakan pada dinding berupa retak serta lepasnya plesteran dari dinding. Pada bagian tengah dinding kebanyakan hanya berupa retak-retak halus saja. Dardiri (2012) melakukan penelitian tentang analisis pola, jenis, dan penyebab kerusakan bangunan gedung sekolah dasar. mengungkapkan pola, jenis, dan penyebab kerusakan bangunan. dilakukan terhadap 32 gedung SD di Kota Malang yang dipilih secara purposive. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan komponen bangunan mencakup kerusakan pelapis dinding (plesteran) (60,8%), lantai (60,20%), plafon hanger (37,5%), pintu/ jendela (25,00%), penutup plafond (21,88%), kap/atap (18,75%), pondasi (3,64%), kolom dan balok (2,20 %), seperti terlihat pada Gambar 2.3 di bawah ini. Penyebab kerusakan adalah faktor manusia dan faktor alam. Faktor manusia berupa kurangnya pemahaman dan pengetahuan tenaga kerja terhadap teknik pelaksanaan konstruksi dan kurangnya perhatian penggunan untuk melakukan perawatan, sedangkan faktor alam terutama akibat radiasi matahari dan tekanan hujan. 70 60 50 40 30 20 10 0 pelapis dinding (plesteran) lantai plafon hanger pintu/ jendela penutup plafond Jenis Kerusakan kap/atap pondasi kolom dan balok Gambar 2.3 Kerusakan komponen bangunan (Dardiri, 2012)

16 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian No. Tahun Jenis 1. Penilaian Kondisi 2014 Bangunan Lapangan Sekolah Pasca Gempa Bumi (Studi Kasus Padang Pariaman, Sumatera Barat) (Hamdi dan Sudarmadji, 2014) Substansi Terdahulu Sekarang Kajian ini hanya akan membahas dampak gempa terhadap kerusakan kesiapan sekolah bangunan sekolah, siaga bencana khususnya bangunan Sekolah Dasar SMP yang tersebar (SDN) di di berbagai lokasi Kecamatan yang ada di Piyungan Kabupaten Padang Kabupaten Pariaman, provinsi Bantul. Dan Sumatera Barat. Fokus kajian lebih ditujukan pada penilaian kondisi bangunan yang terhadap dilakukan dengan bangunan survey langsung dan dianalisa pembobotan untuk menentukan tingkat kerusakannya; rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan atau roboh. 2. Kesiapan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sebagai Sekolah 2015 Lapangan kesiapan sekolah siaga kesiapan sekolah siaga bencana Siaga Bencana di Sekolah Dasar

17 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian (lanjutan) No. Kecamatan Gondangrejo Karanganyar (Susilawati dan Khirunisa, 2015) 3. Evaluasi Program Pengurangan Risiko Bencana di SDN Banyuanyar 3 Surakarta oleh Yayasan Kakak. (Putri, 2015) Tahun Jenis 2015 lapangan Substansi Terdahulu Sekarang bencana yang (SDN) di berhubungan dengan Kecamatan sekolah dibeberapa Piyungan Sekolah Dasar Kabupaten Muhammadiyah Bantul. Dan Islam di Kabupaten Gondangrejo. Objek penelitian adalah 5 Muhammadiyah Islam SD dalam terhadap penyebaran bangunan Kabupaten Gondangrejo, Karanganyar. pelaksanaan kesiapan sekolah program siaga bencana pengurangan resiko Sekolah Dasar bencana yang di (SDN) di lakukan oleh Kecamatan Yayasan KAKAK Piyungan bagi siswa SDN Kabupaten Banyuanyar 3 Bantul. Dan Surakarta. terhadap

18 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian (lanjutan) No. Tahun Jenis Substansi Terdahulu Sekarang bangunan 4. Penggunaan 2015 dilakukan Metode lapangan di SMA Negeri 1 Pembelajaran Tawangsari. Jenis Simulasi untuk penelitian yang kesiapan sekolah Materi digunakan dalam siaga bencana Kesiapsiagaan penelitian ini adalah Sekolah Dasar Bencana Gempa penelitian (SDN) di Bumi Siswa eksperimen. Kecamatan Kelas X IIS di Piyungan SMA Negeri 1 menggunakan Kabupaten Bantul. Tawangsari penelitian eksperimen Dan Kabupaten dengan desain Sukoharjo Tahun pretest-postetst Ajaran control group design. 2015/2016.(Nurja Metode pengumpulan nah, 2015) data menggunakan terhadap bangunan dokumentasi, observasi dan tes 5. Peran Guru 2013 Terhadap lapangan Kesiapsiagaan Sekolah Dalam bagaimana kesiapan sekolah Menghadapi kemampuan guru siaga bencana Bencana Banjir dalam mengkaji Sekolah Dasar Di Kelurahan potensi bencana dan (SDN) di

19 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian (lanjutan) No. Sewu Kecamatan Tahun Jenis Substansi Terdahulu Sekarang kesiapan sekolah Kecamatan Jebres Kota dalam menghadapi Piyungan Surakarta. bencana. Kabupaten (Bashori, 2013) dilakukan dengan Bantul. Dan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif dengan menggunakan guru terhadap yang mengajar di bangunan daerah rawan bencana sebagai populasi. Penggalian data dilakukan dengan observasi, kuesioner dan wawancara. 6. Pelaksanaan 2015 penelitian Program Sekolah Lapangan deskriptif. Objek Siaga Bencana di penelitan ini adalah SMA Negeri 1 seluruh komponen kesiapan sekolah Karanganom sekolah yang siaga bencana Klaten (Astuti, berkaitan dengan Sekolah Dasar 2015) program Sekolah (SDN) di Siaga Bencana Kecamatan termasuk seluruh Piyungan warga sekolah Kabupaten Bantul. Dan

20 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian (lanjutan) No. Tahun Jenis 7. Evaluasi 2015 Kerentanan Lapangan Bangunan Gedung Terhadap Gempa Bumi dengan Rapid Visual Screening (RVS) Berdasarkan FEMA 154 (Kurniawandy dkk, 2016) Substansi Terdahulu Sekarang terhadap bangunan kerentanan kesiapan sekolah bangunan gedung siaga bencana terhadap gempa Sekolah Dasar bumi dengan Rapid (SDN) di Visual Screening Kecamatan (RVS) Berdasarkan Piyungan FEMA 154 Kabupaten Bantul. Dan terhadap bangunan 8. Studi Literatur 2014 Rapid Visual Lapangan Screening untuk Mengetahui kerentanan kesiapan sekolah Potensi bangunan gedung siaga bencana Kerentanan terhadap gempa Sekolah Dasar Bangunan bumi dengan Rapid (SDN) di Terhadap Bahaya Visual Screening Kecamatan

21 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian (lanjutan) No. Tahun Gempa (Nuri dkk, 2014) Jenis Substansi Terdahulu Sekarang (RVS) Berdasarkan Piyungan FEMA 154 Kabupaten Bantul. Dan terhadap bangunan 9. Metode 2012 Pelaksanaan Lapangan Retrofitting pada metoda Bangunan pelaksanaan yang kesiapan sekolah Sederhana (studi tepat dan efisien siaga bencana kasus : SD negeri dalam melakukan Sekolah Dasar 43 Rawang perbaikan, restorasi, (SDN) di Timur, Padang). dan perkuatan Kecamatan (Fauzan 2012) bangunan sederhana. Piungan Dengan Kabupaten menggunakan Bantul. Dan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang baik dan praktis maka kerugian harta benda terhadap dan jiwa menusia bangunan yang diakibatkan gempa bumi dapat dikurangi untuk

22 Tabel 2.1 Perbandingan penelitian (lanjutan) No. Tahun Jenis 10. Analisis Pola, 2012 Jenis, dan Lapangan Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar. (Dardiri, 2012) Substansi Terdahulu Sekarang masa yang akan datang. mengungkapkan pola, jenis, dan kesiapan sekolah penyebab kerusakan siaga bencana bangunan. Sekolah Dasar (SDN) di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Dan terhadap bangunan