BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ;

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut The Liong Gie dalam Sumaatmadja (1988:75), Metode yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata. Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang merupakan bagian integral dari pembangunan jangka panjang nasional (pasal 8 ayat (1) dan (2)). Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan tersebut diatur dalam peraturan pemerintah atau peraturan daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Pasal 8 UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan PP No 50 tahun 2011. perlu direncanakan agar dapat memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan kepariwisataan perlu direncanakan agar dapat memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan. Pembangunan kepariwisataan jelas merupakan bagian dari pembangunan nasional yang utuh, pembangunan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang tak terbatas kepada pembangunan fisik saja. Dalam perda No.1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa

2 Barat, tersurat bahwa pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata memegang peranan penting untuk pengembangan wilayah, melalui pengembangan kawasan andalan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, secara internal pengembangan pariwisata ini diharapkan turut menyumbang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan secara eksternal diharapkan mampu menjadi sektor utama yang memberikan pemerataan kesejahteraan pada wilayah sekitarnya. Dalam pengembangan suatu objek wisata harus memenuhi beberapa kriteria pengembangan pariwisata agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu 1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. 2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. 3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985). Dilihat dari sektor pariwisata, Kabupaten Bandung Barat memiliki keragaman objek wisata alam maupun binaan yang dapat membangkitkan perekonomian demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi objek wisata unggulan di Kabupaten Bandung Barat yaitu objek wisata alam Curug Malela yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Rongga, Desa Cicadas Kampung Manglid. Objek wisata alam Curug Malela ini merupakan objek wisata alam yang sangat potensial untuk dikembangkan karena masih banyak potensi lain didalamnya yang dapat mendukung perkembangan wisata alam Curug Malela dan dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara lebih banyak lagi.

3 Berdasarkan pengembangannya kondisi objek wisata curug malela belum memenuhi kriteria pengembangan pariwisata, yaitu (something to do) belum memenuhi fasilitas yang mendukung untuk kegiatan wisata sehingga wisatawan dapat merasakan perasaan senang. Dilihat dari kondisi eksisting objek wisata Curug Malela masih sangat minim fasilitas wisata yang ditawarkan seperti tidak adanya penginapan, restauran/rumah makan, sarana kesehatan, sarana keamanan, masih minimnya toilet/tempat bilas, mushola. Sedangkan jika dilihat dari kriteria (something to buy) objek wisata Curug Malela tidak terdapat fasilitas perbelanjaan toko-toko penjualan cinderamata khas/icon daerah tersebut. Berdasarkan kriteria pengembangan pariwisata, Curug Malela masih belum memenuhi kriteria tersebut dikarenakan pemerintah Kabupaten Bandung Barat belum maksimal dalam mengembangkan objek wisata tersebut, padahal objek wisata Curug Malela termasuk dalam program peningkatan kapasitas perencanaan dan pengelolaan pengembangan pariwisata Jawa Barat dalam rangka diversifikasi produk serta pemberdayaan masyarakat dan usaha pariwisata yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, maka dipilih objek wisata Curug Malela sebagai wisata alam Curug di Kabupaten Bandung Barat. 1.2 Rumusan Permasalahan Selain memiliki daya tarik wisata yang menarik adapun beberapa permasalahan yang terdapat di objek wisata Curug Malela dilihat dari 2 (dua) komponen yaitu, sediaan pariwisata (supply) terdiri dari, belum memiliki aksesibilitas yang memadai, minimnya daya tarik atraksi wisata dan belum memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan wisata tersebut Objek wisata Curug Malela merupakan salah satu objek wisata yang belum ada pengembangan khusus oleh pemerintah setempat maupun swasta, sehingga masih banyak permasalahan yang dapat menghambat perkembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela, beberapa permasalahan yang ada di objek wisata Curug Malela yaitu : 1. Belum optimalnya pengembangan objek daya tarik wisata Curug Malela diantaranya yaitu :

4 Daya tarik wisata hanya keindahan alam Curug Malela, tidak ada komponen lainnya yang dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi seperti, pertunjukan wisata, monumen/tugu, seni karya, adat istiadat, desa tradisonal, agrowisata dll. Aksesibilitas yang masih sulit dijangkau oleh wisatawan, dikarenakan jalan menuju objek wisata Curug Malela masih relatif berbahaya karena masih berbatu dan tanah sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Sarana yang masih minim seperti belum adanya sarana kesehatan, keamanan, peribadatan. Tidak adanya prasarana yang memadai seperti toilet yang kurang bersih, belum memadainya prasarana telekomunikasi, listrik, air bersih dan persampahan. Akomodasi yang belum memadai yaitu tidak adanya lokasi perbelanjaan/toko souvenir untuk wisatawan, tidak adanya penginapan dan masih minim rumah makan/restauran Kelembagaan yang belum optimal karena belum adanya penanganan khusus antara pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan pihak swasta/investor 2. Belum dikembangkannya kegiatan wisata yang mendukung kondisi lingkungan seperti wisata outbond, berkemah, agrowisata. Dari beberapa permasalahan tersebut maka timbul pertanyaan yaitu : Potensi dan kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan objek wisata Curug Malela? 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah ditemukan sebelumnya maka tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui potensi dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela.

5 1.3.2 Sasaran 1. Identifikasi komponen komponen objek daya tarik wisata yang mempengaruhi objek wisata Cuurg Malela yaitu : Daya tarik Aksesibilitas Sarana dan prasaranaa Akomodasi Kelembagaan 2. Identifikasi kegiatan wisata yang berpotensi dikembangkan di objek wisata Curug Malela 3. Identifikasi Potensi dan masalah pengembangan objek wisata Curug Malela 4. Arahan pengembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup mengenai penelitian Identifikasi Potensi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Curug Malela di Desa Cicadas Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu lingkup wilayah dan lingkup substansi. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut : 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu terletak di Desa Cicadas Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat di bagian selatan dan berada di dataran tinggi dikelilingi perbukitan dan pegunungan yang memilliki ketinggian 800-1500mdpl diatas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 2.070,55 ha. Adapun Batas administrasi Desa Cicadas adalah : Utara : Desa Bojongsalam Selatan : Desa Sindang Jaya Kecamatan Gunung Halu Timur : Desa Cibedug Barat : Desa Margaluyu Kabupaten Cianjur

Gambar 1.1 Peta Administrasi 6

7 1.4.2 Ruang Lingkup Substansi Ruang lingkup substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini mengacu kepada RTRW Kabupaten Bandung Barat dan Draft RIPPDA Kabupaten Bandung Barat sebagai data awal yang dapat mendukung pada penelitian identifikasi pengembangan potensi wisata objek dan daya tarik wisata curug malela. Adapun yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu Kebijakan yang diterapkan mengenai pengembangan sektor pariwisata Kondisi umum kawasan objek wisata Curug Malela meliputi kondisi fisik dan lingkungan, sosial kependudukan dan ekonomi Mengeidentifikasi komponen-komponen pariwisata yaitu o Daya tarik wisata o Aksesibiltas o Sarana dan prasarana o Akomodasi o dan kelembagaan Menidentifikasi kegiatan wisata lainnya yang dapat dikembangkandi dalam objek wisata Curug Malela Identifikasi Potensi dan masalah pengembangan objek wisata Curug Malela Arahan pengembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela 1.5 Metodologi Penelitian Metode penelitian dibagi kedalam tiga pembahasan, yaitu pendekatan studi, pengumpulan data baik melalui survey data primer dan data sekunder, dan metode analisis 1.5.1 Pendekatan Studi Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu

8 mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Metode Kulitatif digunakan karena beberapa faktor yaitu sebagai berikut : 1. Masalah penelitian belum jelas, peneliti langsung masuk ke objek penelitian dan dapat melakukan eksplorasi secara mendalam 2. Memahami interaksi sosial. Karena interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial; 3. Mengembangkan teori. Pengembangan teori yang dimaksud dibangun berdasarkan situasi, kondisi dan teori yang diperoleh di lapangan; 4. Memastikan kebenaran data. Karena data sulit dipastikan kebenarannya jika belum menemukan tujuan yang dimaksud. 5. Meneliti perkembangan objek penelitian Dalam metode kualitaif belum terdapat format baku tahapan-tahapan atau sistematika yang dpat dijadikan patokan dalam penelitian. Ini dikarenakan penelitian kualitaif terkait dengan salah-satu karakteristik dari penelitian kualitas itu sendiri, yaitu fleksibel. Sehingga dengan ke-fleksibelan-nya jalan penelitian berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi, meskipun demikian para ahli sependapat bahwa setidaknya terdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian, yaitu tergambar sebagai berikut: 1. Mengangkat permasalahan. Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah bersifat unik, khas, memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan sangat bersifat invidual (karena beberapa penelitian kualitaif yang dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi). 2. Memunculkan pertanyaan penelitian.

9 Pertanyaan merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif. Adalah sebagai spirit yang fungsinya sama penting seperti hipotesis dalam penelitian kuantitaif. 3. Mengumpulkan data yang relevan. Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan kata, kalimat, pernyataan, atau uraian yang mendalam. 4. Melakukan analisis data Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan diperoleh. 5. Menjawab pertayaan penelitian Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian kualitaif. Dalam menjawab pertanyaan, peneliti dapat mengunakan gaya menulis yan lebih bebas, seperti narasi atau storytelling. Sehingga dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat lebih menarik untuk dibaca. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu : deskriptif analitik Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi, analisis, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, bukan dalam bentuk angka-angka. Peneliti melakukan analisis data dengan memperbanyak informasi, mencari hubungannya, membandingkan, dan menemukan hasil atas dasar data sebenarnya (bukan dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan yang berkenaan dengan situasi yang diteliti dan disajikan dalam bentuk uraian narasi. Pemaparan data tersebut umumnya adalah menjawab dari pertanyaan dalam rumusan masalah yang ditetapkan. Penggunaan teknik deskritif Secara singkat dapat diketahui terdapat beberapa langkah-langkah dalam teknik penelitian deskriptif, yakni : 1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif 2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas;

10 3) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian 4) Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan 5) Menentukan kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian 6) Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk menentukan populasi, sampel, teknik sampling, instrument pengumpulan data, dan menganalisis data 7) Mengumpulkan mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistik yang relevan; dan 8) Membuat laporan penelitian 1.5.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ini dilakukan melalui survey yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu : a. Pengumpulan Data Primer (Survey Lapangan) Data yang diperoleh dari survey lapangan yaitu langsung mengamati objek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun bentuk survey primer yaitu: 1. Observasi lapangan Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari lapangan atau obyek kajian dan didokumetasikan dalam bentuk foto, tracking marking sarana dan prasarana menggunakan GPS. 2. Teknik Pengambilan Sampel Identifikasi persepsi masyarakat sebagai wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Curug Malela dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada masyarakat, dalam hal ini orang yang berkunjung ke Curug Malela. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode acak (Simple Random Sampling) dimana setiap responden didalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun, 1989 155). Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan secara acak (simple random sampling) karena jumlah pengunjung yang tidak menentu setiap harinya, karena keterbatasan alat ukur maka digunakan teknik

11 pengambilan sampel secara acak dengan beberapa kriteria dan dianggap sudah mewakili jawaban pengunjung lainnya.. Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan rumus Slovin yaitu : n = N/N(d) 2 + 1 n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 85% atau sig. = 0,15. Berdasarkan rumus diatas dapat diketahui banyaknya jumlah pengunjung yang akan dijadikan sampel pada studi ini, hal ini dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut : N=15.457 d = 10% = 0,15 n = N N(d) 2 +1 n = 15.457 15.457(0,15) 2 +1 n = 15.457 348,79 n = 44,60 = 45 responden N = Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Curug Malela Tahun 2014 (sumber : data potensi Desa Cicadas tahun 2014) Adapun pertanyaan pertanyaan quisioner mengenai identifikasi potensi pengembangan objek wisata Curug Malela untuk mendukung data yang akan diolah yaitu : 1) Informasi objek wisata Curug Malela 2) Pendapat tentang objek dan daya tarik wisata Curug Malela 3) Tujuan pengunjung

12 4) Hambatan menuju objek wisata Curug Malela 5) Potensi kegiatan wisata yang cocok untuk dikembangkan 6) Ketersediaan sarana dan prasarana 7) Kemudahan untuk menjangkau objek wisata Curug Malela 8) Kepuasan wisatawan 3. Wawancara Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan responden yang dianggap dapat mewakili kelompoknya yaitu : Pemerintah Kabupaten Bandung barat o BAPPEDA Kabupaten Bandung Barat o Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat o Kecamatan Rongga (Camat atau sekretari camat) o Kantor Desa Cicada (kepala desa atau sekretaris desa atau bidang humas) Dalam teknik wawancara akan menggunakan cara : Adapun pertanyaan-pertanyaan wawancara yang akan diajukan yaitu : 1. Jumlah penduduk Desa Cicadas 2. Potensi dan kendala kawasan wisata Curug Malela 3. Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bandung Barat 4. Upaya yang dilakukan pejabat setempat dan penduduk/masyarakat 5. Promosi yang sudah dilakukan oleh pemerintah 6. Ketersediaan sarana dan prasarana 7. Tingkat perekonomian masyarakat 8. Pengelolaan objek wisata Curug Malela 9. Potensi kegiatan wisata lainnya 10. Manfaat adanya objek wisata Curug Malela oleh masyarakat 11. Harapan masyarakat dan pengunjung terhadap Curug Malela 12. Keterlibatan masyarakat b. Pengumpulan Data Sekunder (Survey Instansional)

13 Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait yaitu BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Bandung Barat o RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bandung Barat tahun terbaru o RPJMD Kabupaten Bandung Barat o Peta Kabupaten Bandung Barat DISBUDPAR (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) Kabupaten Bandung Barat o RIPPDA Kabupaten Bandung Barat o Peta Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat o Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka o Kecamatan Rongga dalam angka Kantor Kecamatan Rongga o Data potensi Kecamatan Rongga o Kecamatan dalam angka o Peta Kecamatan Rongga Kantor Desa Cicadas o Potensi desa o Peta Desa Cicadas Data sekunder ini berfungsi untuk mendukung tahap analisis yang sesuai dengan arah studi 1.5.3 Metode Analisis Analisis potensi wisata dengan menganalisis potensi wisata berdasarkan kebijakan pemerintah daerah, kondisi fisik dan lokasi, pengunjung, objek wisata sekitar, dan analisa pariwisata utama. Analisis Program Pengembangan Fisik Kawasan Wisata yaitu dengan menganalisis program pengembangan Kawasan wisata dari aspek regional dan aspek tapak

14 Analisis Stakeholders yaitu menganalisis pihak- pihak yang terkait dalam rencana pengembangan kawasan wisata Curug Malela untuk membentuk suatu pola kemitraan yang berfungsi untuk perencanaan maupun kelangsungan kawasan wisata. Analisis komponen-pomponen pariwisata yang memperngaruhi dan berpotensi untuk dikembangkan yaitu : o Analisis daya tarik wisata Berdasarkan analisis secara survey lapangan dan persepsi dari para pengunjung mengenai daya tarik lainnya yang dapat dikembangkan o Analisis potensi wisata berdasarkan aksesibilitas Berdasarkan aksesibilitas dilakukan secara survey lapangan dan persepsi wisatawan dan pihak-pihak terkait yaitu, BAPPEDA, DISBUDPAR, Kantor Kecamatan Rongga, Kantor Desa Cicadas o Analisis Potensi Wisata Berdasarkan Kondisi Fisik Berdasarkan kondisi fisik di objek wisata Curug Malela terdapat beberapa potensi yang mendukung objek wisata Curug Malela untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata, beberapa kondisi fisik di objek wisata Curug Malela yaitu : Ketersediaan dan kelengkapan Sarana dan Prasarana di objek wisata Curug Malela yang dapat mendukung kegiatan wisata. Kondisi Lingkungan yang berpotensi untuk dikembangkan daya tarik lainnya o Analisis Akomodasi Berdasarkan hasil survey lapangan dengan teknik tracking marking dengan menggunakan GPS fasilitas yang sudah ada o Analisis Potensi Wisata Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Daerah Berdasarkan kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat terdapat beberapa kebijakan yang mendukung pengembangan kawasan Curug Malela menjadi kawasan wisata, yaitu RTRW Kabupaten Bandung Barat dan RIPPDA Kabupaten Bandung Barat, dengan menidenttifikasi potensi-potensi yang ada di objek wisata Curug Malela dan dibandingkan dengan kondisi eksisting.

15 Analisis Potensi dan Kendala Pengembangan Wisata Berdasarkan survey lapangan dan evaluasi dari kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat berupa RTRW dan RIPPDA Kabupaten Bandung Barat Analisis Potensi dan masalah Berdasarkan kondisi eksisting dengan survey langsung ke lapangan dan berdasarkan kebijakan yang berlaku Analisis arahan pengembangan Berdasarkan temuan-temuan masalah yang ada di lapangan dan kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan membandingkan dengan kondisi eksisting 1.6 Kerangka Pemikiran Dalam melakukan studi dari permasalahan yang telah dirumuskan perlu dilengkapi dengan kerangka pemikiran karena hal ini dapat disajikan sebagai satu pedoman atau tolak ukur dari langkah-langkah penelitian yang akan dilaksakan. Mengenai konsepsi kerangka pemikiran dari penelitian yang akan disusun dalam bentuk bagan keragka pemikiran dapat dilihat lebih jelasnya pada Gambar 1.3

16 Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Latar Belakang Kawasan wisata Curug Malela memiliki potensi daya tarik wisata yang tinggi tetapi tetapi belum memenuhi kriteria pengembangan pariwisata, dan terdapat komponen-komponen pariwisata yang belum berkembang seperti, daya tarik wisata, aksesibiltas, sarana dan prasarana, akomodasi, dan kelembagaan Dalam peraturan kebijakan pemerintah Kabupaten Bandung Barat bahwa Curug Malela menjadi objek wisata pengembangan prioritas yang utama tetapi hingga saat ini belum terealisasi secara optimal Rumusan Permasalahan 1. Komponen komponen wisata di Curug Malela yang belum berkembang dan memadai seluruhnya seperti daya tarik, aksesibiltas, sarana dan prasarna, akomodasi dan kelembagaan 2. Terdapat potensi kegiatan wisata yang belum berkembang di dialam objek wisata Curug Malela Tujuan dan Sasaran Tujuan Mengidentifikasi dan mengetahui potensi dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela. Sasaran 1. Identifikasi komponen komponen objek daya tarik wisata yang mempengaruhi objek wisata Cuurg Malela 2. Identifikasi kegiatan wisata yang berpotensi dikembangkan di objek wisata Curug Malela 3. Identifikasi Potensi dan masalah pengembangan objek wisata Curug Malela 4. Arahan pengembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela Tinjauan Kebijakan Pariwisata Kabupaten Bandung Barat : UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan PP No. 50 Tahun 2011 tentang kepariwisataan RTRW Kabupaten Bandung Barat Draft RIPPDA Kabupaten Bandung Barat tahun 2012 INPUT Karakteristik Objek Daya Tarik Wisata Curug Malela Identifikasi Komponen Pariwisata Daya Tarik Wisata Aksesibiltas Sarana dan Prasarana Akomodasi Kelembagaan Analisis metode kualitatif dengan menggunakan teknik deskriptif PROSES Identifikasi potensi dan masalah dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata Curug Malela Arahan Pengembangan objek wisata Curug Malela Kesimpulan dan Rekomendasi OUTPUT

17 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir yang akan dilakukan secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang Tugas Akhir, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan materi, serta sistematika penulisan dalam penulisan Tugas Akhir yang akan dilakukan. BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini berisikan mengenai kajian teori yang berkaitan dengan Penyusunan Tugas Akhir dengan Strategi Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Curug Malela di Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat BAB III KEBIJAKAN PARIWISATA DAN GAMBARAN UMUM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA CURUG MALELA KABUPATEN BANDUNG BARAT Bab ini menjelaskan tentang kebijakan yang ada dalam RTRW dan Draft RIPPDA Kabupaten Bandung Barat serta Gambaran Umum berdasarkan Komoponen-komponen wisata Curug Malela. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi pengembangan objek wisata Curug Malela dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan metode deskriptif BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menjelaskan kesimpulan yang merupakan hasil dari analisis, dan rekomendasi sebagai tanggapan terhadap hasil studi, kelemahan studi dan saran studi lanjutan