Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan. Setyowati

dokumen-dokumen yang mirip
ISU KESEHATAN REPRODUKSI

MATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Konsep Kesehatan Reproduksi. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

Konsep & Ruang Lingkup KESEHATAN REPRODUKSI

Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Kesehatan Reproduksi Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi. Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi melipui :

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN PEREMPUAN SEBAGAI BAGIAN DARI PELAYANAN KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

: 1. Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. 2. Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. Pengembang Desain Instruksional : Dr. Ir. Nurmala Pangaribuan, M.S.

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi kesehatan reproduksi yang dianut saat ini merupakan gambaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

Praktek Profesional Bidan. Kebidanan Sebagai Profesi :

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

FERRY EFENDI MAKHFUDLI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh para pelayanan yang sensitif terhadap kebutuhan remaja. Seringnya pelayanan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

Sgmendung2gmail.com

Peran, Fungsi, Tugas perawat dalam Pengembangan Sistem Pelayanan Kesehatan. Rahmad Gurusinga

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

bio.unsoed.ac.id dinilai masih rendah. Hasil penelitian Pakasi dan Kartikawati (2013)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

HAK KESEHATAN REPRODUKSI, DEFINISI, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBATNYA

ANALISA SITUASI & PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN PASIEN DAN KELUARGA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP Mata Kuliah. Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, bidan. berwenang memberikan asuhan kebidanan. Asuhan Kebidanan adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Transkripsi:

Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan Setyowati

Perempuan sebagai anggota keluarga dalam menerima pelayanan kesehatan karena dia harus berperan dalam keluarga Anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Perempuan perlu mendapat perhatian dan pelayanan kesehatan khusus dalam mempertahankan kesehatan reproduksinya Perawat adalah ujung tombak suatu profesi kesehatan Mempertinggi derajat kesehatan masyarakat

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Shg pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit saja melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000)

Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Perempuan (WHO, 2009) Perempuan menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya Kesehatan perempuan secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. Kesehatan perempuan sering dilupakan dan hanya sebagai objek dengan mengatas namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk. Masalah kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi agenda Internasional Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan dan sumber daya yang tersedia. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan perempuan secara umum maupun bagi perempuan hamil.

Program kerja WHO terkait masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, A. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak perempuan (seperti mutilasi,genital, deskriminasi nilai anak, dsb); kebiasaan2 yang meningkatkan kerentanan kesehatan anak perempuan 1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa memberikan informed consent. 2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan mengarah pada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan perempuan

Masalah kesehatan reproduksi remaja bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual tindakan seksual yang tidak aman

Masalah kesehatan reproduksi perempuan dewasa Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-kb, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak aman; Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir rendah; Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual

Masalah kesehatan reproduksi perempuan lansia Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ reproduksi; Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan lainnya.

Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas A. Masalah reproduksi: Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan, masalah gizi dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan.

Intervensi pemerintah terhadap masalah reproduksi Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi Perubahan lingkungan terhadap kesehatan reproduksi

B. Masalah gender dan seksualitas 1. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan seksualitas; 2. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian; 3. Seksualitas dikalangan remaja; 4. Status dan peran perempuan; 5. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

C. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan 1. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban; 2. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan; 3. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur; 4. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

D. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual 1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea; 2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan herpes; 5. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial); 6. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. 3. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency Syndrome); 4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;

E. Masalah pelacuran 1. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran 2. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnya 3. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya

F. Masalah terkait teknologi 1. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung); 2. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening); 3. Pelapisan genetik (genetic screening); 4. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan; 5. Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

Hak-hak reproduksi kesehatan reproduksi dan seksual (ICPD 1994, FWCW 1995 ) a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut; b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.

Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual 1. Hak untuk hidup 8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak 9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan 2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan 3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi 4. Hak privasi 7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan sebuah keluarga 6. Hak atas informasi dan edukasi 5. Hak kebebasan berpikir 10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan 11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik 12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil) Faktor budaya dan lingkungan (praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga perempuan Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual

Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi Meningkatkan kesadaran kemandiriaan perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya.

Tujuan Khusus 1. Meningkatnya kemandirian perempuan dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya 4. Dukungan yang menunjang perempuan untuk menbuat keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal. 2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial perempuan dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan 3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya;

Strategi Yan kes pro komprehensif sepanjang daur kehidupan perempuan Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak (pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus dan pelayanan postnatal atau masa nifas) Komponen Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja Komponen Usia Lanjut. Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi (menopouse/adropause)

Hasil akhir yang diharapkan a. Informasi secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi, masalah kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat, perawatan, tindakan intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan tepat sangat diperlukan. b. Paket pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang menjawab kebutuhan perempuan maupun pria. c. Kontrasepsi (termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif d. Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman e. Pencegahan dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tidak aman. f. Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS). g. Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang, dan perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.

Laporan akhir tentang kesehatan reproduksi perempuan (WHO,2009) Masih terdapat ketidaksamaan gender secara luas dalam pelayanan kesehatan Permulaan masalah kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja perempuan dan semakin berat dan kritis pada masa dewasa perempuan Kematian perempuan yang sangat besar penyebab utamanya adakah masalah reproduksi misalnya: kematian ibu selama kehamilan, persalinan dan pasca bersalin, masalah HIV dan lain2. Masih banyaknya masalah penyakit kronis, kecelakaan dan gangguan mental pada perempuan Masalah social dan system kesehatan masih gagal dalam memberikan pelayanan kepada perempuan.

Peran dan tanggung jawab Perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional

Perawat professional (Potter and Perry, 1998) Care Giver memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks Client Advocate (Pembela Klien). membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien Conselor membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik

Perawat professional Educator : Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku Menunjukkan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem

Peran perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi (CHS,1989) Pemberi asuhan keperawatan: memperhatikan keadaan kebutuhan dasar pelayanan kesehatan reproduksi besar dan berat krn sebagian besar perawat perempuan, Lebih memahami ttp stress krn refleksi dirinya Edukator: meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan Kolaborator: mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya Advokat klien: membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan keputusan, melindungi hak-hak pasien Pembaharu dan peneliti: mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan Konsultan: tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan

Kesimpulan Perempuan memerlukan pelayanan yang khusus dalam kesehatan reproduksinya karena kondisi fisik, psikologis dan social budaya yang mempengaruhinya Peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta menurunkan angka kematian dan kesakitan dan dibutuhkan pelayanan kesehatan reproduksi pada perempuan yang lebih baik Perawat sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan yang berada disamping klien selama 24 jam yang mengetahui kebutuhan kliennya diharapkan dapat menerapkan perannya secara profesional

Peningkatan kesehatan perempuan adalah peningkatan dunia.