I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

I. PENDAHULUAN. pelatihan dalam usaha mendewasakan manusia. Terjadi perkembangan pada proses

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan menjadi semakin ketat, dan ini harus diimbangi

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap

I. PENDAHULUAN. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai

I. PENDAHULUAN. Kimia didefinisikan sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang

I. PENDAHULUAN. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. Banyak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu ilmu dalam rumpun IPA (sains) yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang sangat penting dan tidak

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai

I. PENDAHULUAN. penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia, memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang

PENGEMBANGAN BUKU AJAR BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. model dalam pembelajaran pun dikembangkan agar dapat lebih menarik minat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in. International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hlm E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2010),

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

PENGEMBANGAN MODUL KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

I. PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PADA PENENTUAN NILAI KALORI MAKANAN

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat bagi peserta didik. Oleh karena itu, semua pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dapat menggunakan media pembelajaran yang mengacu pada standar proses. Pembelajaran yang mengacu pada standar proses dan berpusat pada potensi serta kepentingan peserta didik salah satunya adalah pembelajaran IPA. Salah satu cabang ilmu sains adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus

2 memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap (BSNP, 2006). Pada pembelajaran pokok larutan penyangga yang bersifat abstrak masih banyak mengalami kesulitan, sehingga penyampaian materi yang kurang tepat oleh guru dan sumber belajar dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Konsep yang abstrak ini seharusnya disampaikan dengan pendekatan yang dapat menghubungkan hal yang abstrak dengan hal yang konkret sehingga konsep abstrak menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan konsep abstrak adalah representasi kimia. Johnstone (Chittleborough, 2004) membagi kimia menjadi tiga level representasi, yaitu : (1) level makroskopis: adalah fenomena riil dan dapat diamati; (2) level submikroskopis: didasarkan pada pengamatan riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan penggunaan representasi dari model teori, dan; (3) level simbolis: dapat berupa rumus kimia, persamaan reaksi, stoikiometri dan perhitungan matematik. Penggunaan ketiga representasi kimia ini sangat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang sebagian besar bersifat abstrak. Di dalam proses pembelajaran, terdapat unsur yang penting yaitu media pembelajaran. Menurut Hamalik dalam (Arsyad : 2008) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan membangkitkan motivasi serta rangsangan kegiatan belajar, selain itu

3 juga dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep. Salah satu media yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Jika pada pembelajaran pokok bahasan larutan penyangga digunakan LKS yang berbasis representasi kimia, maka pada pembelajaran tersebut dapat memudahkan siswa dan guru. Siswa akan lebih paham karena mendapat gambaran dari pokok bahasan larutan penyangga yang bersifat abstrak. Guru dapat lebih mudah dalam mengarahkan siswa untuk menemukan konsep-konsep pada pokok bahasan larutan penyangga ini. Dengan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep mengenai larutan penyangga dengan menggunakan LKS dapat membuat siswa lebih aktif di dalam pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan hasil studi observasi yang dilakukan di lima SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Kotabumi menunjukkan bahwa guru yang menggunakan LKS kimia dalam pembelajaran pada materi larutan penyangga sebesar (50%). LKS yang digunakan oleh guru tidak didesain sendiri dan hanya berorientasi pada produk (pengetahuan) saja. Hal ini terbukti dengan pertanyaan yang ada pada LKS terkesan untuk memindahkan jawaban atau sebagai alat siswa untuk berlatih soalsoal dan bukan untuk membangun konsep. Praktikum yang dirancang dalam LKS masih terdapat yang kurang sesuai dengan konteks materi serta dibuat untuk membuktikan konsep. Dilihat dari segi bahasa dan kemenarikannya, didapatkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka merasa kesulitan untuk memahami bahasa yang digunakan dalam LKS serta LKS yang mereka gunakan kurang menarik. Hal ini pun diakui oleh sebagian besar guru. Mereka menyatakan bahwa LKS yang di-

4 gunakan masih terlalu sederhana. Hal ini terbukti pada LKS yang digunakan belum terdapat gambar-gambar (khususnya gambar submikroskopis) dan belum menggunakan perpaduan warna yang dapat menarik minat siswa. Berdasarkan hasil wawancara pula, didapatkan pula fakta bahwa sebagian besar guru belum menggunakan LKS dalam pembelajaran kimia dan juga belum mengetahui tentang pembelajaran berbasis representasi kimia. Hasil studi lapangan juga diperkuat dengan hasil penelitian Ben-Zvi, Eylon, & Silberstein, 1986 dalam (Wu, 2000) menyatakan siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi kimia pada level representasi simbolik dan representasi mikroskopis sebab representasi ini bersifat kasat mata dan abstrak sedangkan pemahaman siswa sangat bergantung pada informasi sensorik mereka. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Saputra (2013) yang menyatakan bahwa guru membelajarkan materi dengan menggunakan LKS pelajaran kimia yang beredar dipasaran. LKS yang telah beredar dan digunakan oleh guru maupun siswa belum ditampilkan melalui representasi kimia. Fakta menunjukan bahwa mutu pendidikan nasional masih sangat rendah, khususnya literasi sains siswa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan beberapa datadata serta fakta-fakta yang ada. Studi PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2009 untuk prestasi literasi pada sains, Indonesia berada pada urutan ke-66 dari 74 negara, berada dibawah Malaysia dan Thailand (OECD, 2010). Menurut hasil penelitian The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS), Indonesia berada pada urutan ke-35 dari 48 negara pada bidang sains (Gonzales, 2009). Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pen-

5 didikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Untuk menunjang proses pembelajaran yang melibatkan ketiga level representasi kimia sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi maka dibutuhkan suatu LKS di mana materi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan standar isi dan disajikan melalui ketiga level representasi sehingga lebih mudah dipahami baik oleh guru maupun siswa. Terkait dengan hal itu, maka dilakukanlah penelitian dengan judul: Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Representasi Kimia pada materi Larutan Penyangga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dkembangkan? 2. Bagaimana respon Guru terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dkembangkan? 3. Bagaimana respon siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga yang dkembangkan? 4. Apa sajakah kendala-kendala yang ditemui ketika mengembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga? 5. Apa sajakah faktor pendukung yang ditemui ketika mengembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga?

6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Mengembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. 2. Mendeskripsikan karakteristik LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. 3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. 4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. 5. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui ketika menggembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. 6. Mengetahui faktor pendukung yang ditemui ketika menggembangkan LKS berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga. D. Manfaat Penelitian Dari pengembangan LKS berbasis representasi kimia yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi 1. Guru Menambah media pembelajaran baru, yang diharapkan dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi lebih efektif dan konstruktif. 2. Siswa Penggunaan LKS berbasis representasi kimia dalam pembelajaran diharapkan mampu mempermudah dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang bersifat

7 abstrak. LKS berbasis representasi kimia diharapkan dapat menambah minat belajar siswa. 3. Sekolah Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran kimia pada pembelajaran kimia di sekolah. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Pengembangan LKS yang akan dilakukan merupakan upaya menyusun LKS yang berbasis representasi kimia pada materi larutan penyangga dan mengevaluasi LKS hasil pengembangan. 2. Lembar kerja siswa berbasis representasi kimia merupakan media pembelajaran berlandaskan tugas yang disusun untuk merepresentasikan pokok bahasan larutan penyangga. 3. Representasi adalah suatu cara untuk mengekspresikan objek, kejadian, fenomena atau konsep-konsep abstrak, representasi tersebut terdiri dari tiga level, yakni representasi makroskopis, representasi submikroskopis dan representasi simbolik. 4. Representasi makroskopis penelitian ini berupa tampilan hasil pengamatan pada percobaan materi larutan penyangga. 5. Representasi submikroskopis pada penelitian ini berupa disosiasi molekulmolekul pada materi larutan penyangga. 6. Representasi simbolis pada penelitian ini berupa simbol-simbol, persamaan reaksi, dan rumus kimia pada materi larutan penyangga.