BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Sejarah awal kota Muara Enim di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan kondisi geografisnya yang terletak di daerah tepian pertemuan sungai Enim dengan sungai yang lebih besar, yaitu Sungai Lematang. Kehidupan manusia yang tidak pernah jauh dari sumber air, apakah dalam bentuk sungai, telaga, mata air, danau ataupun laut, merupakan bukti bahwa di sekitar sumber air akan ada suatu masyarakat atau peradaban. Banyak tempat tersebut yang terletak di tepi sungai atau dibelah oleh aliran sungai kemudian berkembang menjadi kota. Di negara-negara berkembang, lingkungan hidup seringkali belum menjadi perhatian utama dalam pembangunan, terutama di daerah-daerah di Indonesia. Sekalipun konsep-konsep dan berbagai metode telah diketahui atau dimiliki, implementasi di lapangan banyak yang tersendat oleh berbagai kepentingan atau kekurangpedulian berbagai pihak maupun pendanaan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Begitu pula aturan dan sanksi bagi pelaku-pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan, baik dari kalangan industri maupun masyarakat, belum diikat oleh peraturan pemerintah yang jelas dan tegas, terutama di daerah-daerah. I.1.1 Menurunnya kualitas lingkungan hidup di wilayah aliran Sungai Enim Sungai Enim yang mengalir dari hulu hingga ke muaranya di sungai Lematang, dahulu terdapat banyak kehidupan di dalamnya, baik dari jenis ikan, udang, tumbuhan air, bahkan buaya sungai. Menurut beberapa sumber dari masyarakat, semenjak tambang batubara kembali aktif 1
berproduksi pada awal tahun 80-an dan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara pada pertengahan tahun 90-an, tingkat kualitas air, keragaman hayati dan kehidupan di dalamnya mulai dari lokasi sekitar penambangan hingga muara sungai Enim perlahan mengalami banyak penurunan. Sangat sukar di masa sekarang menemukan udang sungai di sungai sekitar kota Muara Enim. Sebagaimana diketahui, udang sungai termasuk satwa yang cukup sensisitif terhadap perubahan keasaman air tempatnya hidup. Pembuangan limbah oleh industri PLTU dan pertambangan batu bara yang pernah diteliti oleh Bapedalda Muara Enim memang masih pada ambang toleransi yang diperbolehkan oleh aturan lingkungan hidup, tetapi pihak pimpinan Pemerintah Kabupaten masih belum memperhatikan dengan serius perkembangan-perkembangan aktifitas tersebut ke depan dikarenakan oleh satu dan lain hal. Sedangkan air sungai Enim sampai saat ini masih digunakan masyarakat untuk bahan baku air minum (oleh PDAM maupun masyarakat langsung), masak, mandi, cuci, kakus dan juga rekreasi. Memang, sejauh ini belum ada keluhan fisik dari pemakai air sungai Enim, walaupun secara kasat mata air sungai Enim terlihat tidak lagi sejernih sebelum tahun 80 an. Bahkan di segmen hilir kota Tanjung Enim, air sungai Enim terlihat berwarna kehijauan dan sudah tidak lagi dipergunakan masyarakat untuk kebutuhannya sehari-hari kecuali untuk membuang sampah. Masyarakat kota Muara Enim pada umumnya masih punya rasa memiliki yang cukup baik terhadap Sungai Enim, walaupun peluang turut mencemari sungai tetap ada dan tingkat kepeduliannya masih biasa saja, kalau tidak dapat dikatakan kurang. Hubungan kedekatan kehidupan masyarakat dengan sungai Enim tentu harus tetap ditingkatkan di masa depan, karena kalau tidak, keadaan sungai Enim akan sama atau lebih parah dari keadaan sungai di kota-kota yang telah lebih dulu kurang mendapat perhatian dan perlakuan yang kurang tepat dari berbagai pihak yang seharusnya bertanggungjawab langsung terhadap kualitas lingkungan dan sungai. 2
I.2 PERMASALAHAN Alam tempat manusia tinggal dan hidup tidak mungkin dapat didiami apabila kondisinya rusak dan tidak lagi dapat menunjang aktifitas hidup manusia. Infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia akan sangat besar biayanya apabila lingkungan alam yang hendak didiami adalah tidak layak untuk dihuni. Menjaga lingkungan hidup yang ada agar tetap lestari tetaplah lebih murah dibandingkan harus memperbaiki yang telah rusak ataupun mengubah yang tidak layak huni agar menjadi layak. Dari berbagai upaya pengendalian dan perhatian mengenai masalah lingkungan hidup, di wilayah aliran Sungai Enim belum pernah ada upaya untuk mengetahui seberapa besar kemampuan daya dukung lingkungan terhadap berbagai aktifitas yang berdampak pada lingkungan hidup. Signifikansi pemahaman mengenai keadaan daya dukung lingkungan hidup karena menyangkut keberlangsungan ketersediaan sumber daya alam di masa depan. I.3 PERTANYAAN PENELITIAN Masih rendahnya tingkat perhatian dan kepedulian terhadap lingkungan hidup di Indonesia yang terjadi di berbagai daerah sepertinya belum menjadi kekhawatiran yang besar bagi berbagai pihak selama manusia masih bisa hidup di suatu tempat tertentu. Apa yang akan terjadi di masa depan terhadap lingkungan ditentukan oleh tindakan yang dilakukan saat ini. Pertambahan populasi dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya yang tidak sedikit, memerlukan input dari alam melalui produktifitas sumber dayanya. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari berbagai aktifitas tersebut diterima kembali oleh alam dan akan menurunkan kualitas lingkungan hidup. Melalui penelitian ini penulis berupaya menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut; - Bagaimana keadaan daya dukung lingkungan hidup di wilayah aliran Sungai Enim saat ini; 3
Apa saja yang harus dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan tersebut? I.4 TUJUAN PENELITIAN Pemahaman terhadap daya dukung lingkungan dibutuhkan untuk kendali terhadap dampak yang merugikan lingkungan, terutama dalam rentang waktu yang lama. Pengendalian lingkungan hidup yang lebih baik agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan melalui perencanaan pembangunan dan kawasan yang menempatkan alam sebagai elemen penting pemberi kehidupan dan kelangsungan hidup. Rekomendasi bagi Pemerintah untuk memiliki rencana dan komitmen yang kuat dan lebih baik bagi kelestarian lingkungan di masa mendatang. Memberi inspirasi bagi perubahan sikap dan perilaku semua pihak terhadap lingkungan hidup tempat tinggalnya dan kesadaran bahwa semua bagian dari alam ini bukanlah warisan nenek-moyang, tetapi titipan anakcucu yang akan datang kemudian. Agar masyarakat lebih peduli akan kelestarian lingkungan hidupnya, terutama pada tindakan pencegahan pencemaran dan peningkatan kualitas lingkungan di wilayah aliran sungai Enim. Sebagai bagian dari usaha mengembalikan posisi lingkungan hidup pemberi kehidupan, ke derajatnya yang tinggi bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi hingga akhir masanya nanti. Hasilnya nanti diharapkan menjadi masukan bagi berbagai pihak akan kepedulian kualitas lingkungan hidup yang harus terus ditingkatkan dan dijaga. Menunjukkan kembali arti pentingnya fungsi sebuah sumber kehidupan. I.5 METODOLOGI PENELITIAN a. Pencarian data dan fakta Survey awal dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan untuk melihat permasalahan yang ada. Dengan melihat potensi sumber daya alam yang melimpah di daerah penelitian, pencemaran dan penurunan 4
kualitas lingkungan yang terjadi, menjadi pemikiran penulis mengenai kemungkinan apakah yang terjadi di masa mendatang apabila hal tersebut terus berlanjut. Mampukah lingkungan hidup menampung segala beban aktifitas populasi tersebut? Menjadi upaya lebih lanjut untuk mencari data dan fakta mengenai produksi sumber daya alam dan konsumsi populasi. Data yang didapat akan dianalisis untuk mengetahui keadaan daya dukung lingkungan di wilayah aliran Sungai Enim. b. Analisis Untuk melihat kemampuan daya dukung lingkungan, analisis dilakukan dengan menggunakan metode Ecological Footprint yang menghasilkan perhitungan kebutuhan konsumsi populasi dan kemampuan lingkungan hidup yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan melalui produktifitasnya. Hasil ini akan diperbandingkan untuk melihat sejauh mana selisih daya dukung lingkungan dengan konsumsi populasi di daerah penelitian. Metode Ecological Footprint dipilih karena dapat mengarahkan informasi kepada sustainability dengan sedikit sekali pembahasan perekonomian (dalam hal ini pertumbuhan ekonomi) dan lebih kepada aspek pembangunan (development), terutama mengarah untuk pembangunan sosial. c. Validitas Dalam pelaksanaan wawancara, penulis menggunakan sarana perekam suara dan alat pencatat tertulis dan berusaha mendapatkan narasumber yang memenuhi kualifikasi untuk perolehan data yang valid. Pelaksaanaan survey digunakan alat-alat perekam gambar diam maupun bergerak. Pengambilan data rekaman hanya dari dokumen-dokumen yang telah disahkan oleh yang berwenang dan bertanggung jawab atas keabsahan dokumen-dokumen tersebut. 5
Gambar I.1 Langkah-langkah Penelitian I.6 STRUKTUR THESIS Bab I Pendahuluan Berisi latar belakang penelitian, permasalahan yang ingin diteliti, pertanyaan dan tujuan penelitian Bab II Kajian Pustaka Pemahaman mengenai Ecological Footprint, sustainability, yang digunakan sebagai acuan analisis. Bab III Metodologi Penelitian Berupa langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian Bab IV Daerah Penelitian Berupa gambaran umum wilayah penelitian, rincian potensi dan permasalahan yang ada. 6
Bab V Analisis dan Pembahasan Menganalisis dan membahas potensi, permasalahan yang ada dengan metode yang sudah dipahami sebelumnya. Bab VI Kesimpulan Berupa hasil analisis dan sintesis penelitian 7