BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

Bayu Prakoso F

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana cara individu

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

Jounal Bimbingan Konseling, Volume 1 Nomer , pp Januari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kehamilan merupakan masa yang sangat istimewa dalam kehidupan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

TINGKATKAN PERCAYA DIRI

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dukungan komunikasi. Komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan kurang percaya diri banyak terjadi pada remaja. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENGENTASKAN KECEMASAN SISWA MENGHADAPI UJIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam pendidikan kegiatan belajarmerupakan kegiatan yang paling pokok disekolah, ini

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

EKO SAPUTRO F

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MERENCANAKAN TARGET. A. Topik : Merencanakan target ke depan. C. Jenis Layanan : Layanan Informasi

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Integritas adalah salah satu kunci kesuksesan hidup siswa. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan Berbicara Saat Persentasi. kecemasan berbicara seperti, demam panggung (stage fright), kecemasan berbicara

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB III Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu karya ilmiah yaitu skripsi (Hidayat, 2008).

Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK

PENGARUH RATIONAL-EMOTIVE BEHAVIORAL THERAPY TERHADAP PENINGKATAN STRATEGI COPING MENGATASI KECEMASAN MENGHADAPI PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik Relaksasi Pada Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Pelaksanaan Intervensi Konseling (Data Pelaksanaan Penelitian)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Terdapat kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi individu dalam berhubungan dengan individu lain, Salah satunya adalah adanya kecemasan sosial. Menurut Hudaniah (2006:24), kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran individu lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan/kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Salah satu bentuk interaksi sosial yang biasanya berusaha dihindari oleh individu adalah yang sering mendatangkan stress seperti berbicara di depan umum. Kecemasan saat berbicara didepan umum adalah keberadaan orang lain, yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan dalam pikiran. Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah sebuah keadaan yang wajar saja terjadi, bahkan dikatakan sebagai bagian dari pengalaman berbicara di depan publik, namun ketika kecemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa Anda barulah hal ini menjadi suatu masalah. Karena ketika performa Anda terganggu hal tersebut menunjukkan ketidakmampuan diri dalam menghadapi situasi.

2 Berbicara di depan umum dapat menimbulkan kecemasan karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia memiliki kecenderungan terjadinya kecemasan. Kecemasan biasanya direfleksikan lewat kata-kata berupa keluhan dan menunjukkan sikap pesimis. Menurut Sigmund Freud dalam Urban (2007:82), apa yang sedang terjadi di dalam diri memiliki sebuah cara untuk tergelincir keluar secara verbal. Kata-kata ini terkadang tidak disadari akan memberi dampak negatif pada individu. Menurut Urban (2007:56), gambaran yang dihadirkan kata-kata itu ke dalam kepala manusia akan memiliki efek yang kuat terhadap cara berpikir dan berbicara. Kata-kata negatif tersebut akan menjadikan individu semakin tidak percaya diri dan secara tidak langsung membuat individu tidak berhasil melalui kegiatan tersebut. Ketakutan dan rasa pesimis akan mendominasi pikiran individu karena kekhawatiran akan penilaian individu lain. Menurut Osborne (2004:127) perasaan cemas ini muncul karena takut secara fisik terhadap pendengar, yaitu takut ditertawakan orang, takut bahwa dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang akan dikemukakan mungkin tidak pantas untuk dikemukakan, dan rasa takut bahwa mungkin dirinya akan membosankan. Penelitian Zimbardo pada Universitas Stanford di California, AS (Rakhmat, 2006:98) menyatakan kecemasan membuat individu merasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap dirinya tidak menarik dan menganggap dirinya tidak menyenangkan untuk orang lain. Individu yang cenderung mengalami kecemasan ditandai dengan ketegangan otot dan adanya tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi. Kemudian, individu tersebut akan

3 menolak untuk bersosialisasi dengan orang lain, keadaan individu akan membaik ketika ketegangannya berkurang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Rahayu, dkk (2003:38) pada mahasiswa Akta IV UIN Malang menghasilkan dari 45,56% mahasiswa mempunyai kecemasan tinggi, 5,27% mahasiswa mempunyai kecemasan sedang, dan 20,23% mahasiswa mempunyai kecemasan rendah dalam hal berbicara di depan umum. Berdasarkan hasil penelitian Suwandi (2004:45) di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, 32,8% mahasiswa mengalami kecemasan sedang, 48,3% mahasiswa mengalami kecemasan tinggi dan 12,1% mahasiswa mengalami kecemasan sangat tinggi dalam situasi berbicara di depan umum. Individu yang pemalu dan cemas secara sosial cenderung untuk menarik diri dan tidak efektif dalam interaksi sosial, ini dimungkinkan karena individu tersebut mempersepsi akan adanya reaksi negatif. Kecemasan merupakan suatu kekurangan dalam hubungan sosial, karena individu yang gugup (nervous) dan terhambat mungkin menjadi kurang efektif secara sosial, misalnya ketika individu mengalami nervous, individu tersebut mungkin menunjukkan indikasi-indikasi seperti gemetar, gelisah, menghindari orang lain, tidak lancar berbicara dan kesulitan konsentrasi (Dayakisi & Hudaniah, 2003:92). Kecemasan yang terjadi pada diri individu akan membuat individu tersebut merasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap dirinya tidak menarik dan menganggap dirinya tidak menyenangkan untuk orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang cenderung mengalami kecemasan ditandai dengan ketegangan otot dan adanya tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi. Kemudian, individu tersebut akan menolak untuk bersosialisasi dengan orang lain, keadaan individu akan membaik ketika ketegangannya berkurang (Teichman, 1974:23).

4 Kecemasan berbicara di depan publik tergolong pada kriteria fobia sosial maupun gangguan kecemasan sosial. Kondisi tersebut ditandai dengan ketakutan dalam menunjukkan performansi maupun situasi interaksionalnya dengan orang lain. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap kualitas kehidupan individu, mempengaruhi fungsi sosial dan relasi dengan komunitasnya. Jika dilihat dari kenyataannya, perasaan cemas atau grogi saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini. Gejala kecemasan saat berbicara di depan publik dapat dirasakan secara fisiologis dan juga psikologis, untuk fisiologis dapat berupa keluarnya keringat pada tubuh dan juga telapak tangan, kemudian detak jantung yang semakin cepat, ketegangan otot, serta gemetarnya tubuh terutama pada kaki, dan suara yang bergetar. Sedangkan untuk keadaan psikologis sendiri di dalam pikiran muncul ketakutan yang irasional, tidak mampu untuk berkonsentrasi dan rasa tidak tenang. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri 1 Siantar Narumonda pada tanggal 02 Maret 2016, terdapat siswa yang mengalami kecemasan berbicara. Baik faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara ini disebabkan faktor dari dalam diri maupun faktor dari luar diri siswa. Termasuk yang penulis peroleh berdasarkan hasil sharing pendapat dengan guru Bimbingan Konseling. Terdapat siswa yang mengalami masalah kecemasan berbicara seperti gugup saat ingin tampil di depan kelas atau di podium, tidak berani mengungkapkan pendapatnya saat di kelas maupun di luar kelas, gelisah saat tampil, sering lupa

5 tentang bahan presentasi yang sudah dihapal di rumah dan tidak mau berkomunikasi atau berbicara dengan teman-temannya. Hasil observasi peneliti pada siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda ditemukan siswa yang mengalami dirumuskan sebagai berikut : kecemasan tinggi sebanyak 15 orang, kecemasan sedang sebanyak 9 orang dan kecemasan rendah sebanyak 6 orang. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti berinteraksi dengan siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda di dalam kelas. Pendapat ini juga di dukung oleh guru bidang study yang mengajar di kelas yang mengatakn hal demikian. Berdasarkan paparan di atas dan fakta yang telah penulis observasi, maka penulis terdorong meneliti dan memecahkan masalah kecemasan berbicara siswa melalui Konseling Kelompok menggunakan Pendekatan Rasional Emotif Behavior Therapy. Konseling Kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Pendekatan Rational Emotiv Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Menurut Corey (2009:276) Rational Emotive Behavior Therapy memandang manusia pada dasarnya adalah memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Rational Emotive Behavior Therapy memandang manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Menurut Ellis (2002:9) ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu dalam Rational Emotive Behavior Therapy, yaitu Antecedent event atau Adversities (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Yang manakerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC yang akan

6 digunakan dalam menyelesaikan masalah kecemasan berbicara siswa melalui pendekatan Rational Emotive Behavio Therapy. Selanjutnya penulis merumuskan penelitian dalam judul Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Adanya siswa yang mengalami kecemasan berbicara di dalam kelas 2) Adanya faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara siswa 3) Adanya hal yang mejadi penyebab siswa mengalami kecemasan berbicara 4) Kurang aktifnya siswa dalam berbicara di dalam kelas 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah yang diteliti. Penelitian ini dibatasi masalahnya mengenai pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda tahun ajaran 2016/2017.

7 1.4 Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan peneliti kemukakan adalah Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017?. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa SMA Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2016/2017. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, antara lain sebagai berikut. 1.6.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy terhadap kecemasan berbicara siswa.

8 1.6.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah : 1) Bagi Sekolah, dapat menjadi bahan evaluasi sekaligus memperkaya pengetahuan sekolah akan layanan Bimbingan Konseling dalam hal ini adalah layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy. 2) Bagi Guru BK, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy 2017 untuk lebih bisa mengurangi masalah kecemasan berbicara siswa sehingga mengkikis kecemasan berbicara siswa sehingga dapat meningkatkan cara berbicara siswa. 3) Bagi Siswa, dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan rational emotif behavior therapy. Siswa dapat mengetahui penyebab, ciri-ciri dan faktor dari kecemasan berbicara sehingga dapat meningkatkan cara berbicara mereka. 4) Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang kecemasan berbicara siswa.