BAB I PENDAHULUAN. Putra, 2012), hlm Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008

:a'. Islami (GERBANGSALAM) sangat mendorong. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak didik untuk menjadikan putra-putrinya sebagai manusia yang

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kuantitas lembaga. sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. hlm Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka. Cipta, 2009), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia hidup di dunia pada dasarnya untuk beribadah kepada Allah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. adalah : Kuttab/maktab, aljami, majelis ilmu atau majelis adab, dan. mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Tafsirnya (Edisi Disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Jil. V, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BUPATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 05 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. agama yang rahmatan lil alamin. Konsekuensinya adalah agama Islam harus

BAB I PENDAHULUAN. ( Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 6. Islami, (Jogjakarta: Darul Hikmah, 2009), hlm. 83

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Nur Melawati,* Abas Asyafah, Toto Suryana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang Press, 1990), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYYAH AWALIYYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan Hadis dan merancang segenap kegiatan pendidikannya. 2. madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. S. Djuarsa Sendjaya, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Hlm

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran wajib di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam merupakan suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik. 1 Pendidikan Islam ini sudah dapat kita temukan mulai dari masa Rasulullah Muhammad atau pada masa awal perkembangan Islam, kendatipun pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung pada saat itu dapat dikatakan bersifat informal yang berkaitan dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah, penyebaran dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibadah oleh Rasulullah Muhammad kepada para sahabat. Pada tahap ini pelaksanaan pendidikan Islam tersebut dilaksanakan di rumah dan di masjid. 2 Kemudian pada perkembangan selanjutnya, pendidikan Islam tidak hanya diajarkan di rumah atau di masjid namun sudah di ajarkan di sekolah-sekolah sebagai lembaga-lembaga formal baik diberbagai jenjang dan jenis pendidikan. Di Indonesia, Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi suatu disiplin ilmu yang menurut Pusat Kurikulum Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) memunyai tujuan untuk 1 Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 2. 2 Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 47. 1

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT. serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3 Dalam praktiknya, untuk melihat keberhasilan tercapainya tujuan dari sebuah ilmu dapat dilihat dari pemahaman peserta didik mengenai materi melalui prestasi belajar. Prestasi belajar yang tertuang berupa nila-nilai (angka) dalam dunia pendidikan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan dan penguasaan materi peserta didik, dengan prestasi belajar PAI yang baik diharapkan peserta didik dapat memiliki landasan yang kuat untuk bersikap di kehidupan sehari-hari baik terhadap Allah, manusia maupun lingkungan. Akan tetapi, alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum seperti sekolah dasar (S.D.), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) dirasakan kurang oleh sebagian masyarakat yang mengharapkan anaknya dapat menguasai ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama secara seimbang. Menurut ketetapan 3 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 7. 2

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) alokasi waktu mata pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran sedangkan dalam Kurikulum 2013 adalah 3 jam pelajaran dalam satu minggu dengan durasi satu jam pelajaran untuk tingkat SMP adalah 40 menit. Karena minimnya waktu pelajaran PAI dan luasnya materi Agama Islam, peserta didik seharusnya tidak hanya puas dengan ilmu yang didapatkan dari sekolah formal. Untuk memaksimalkan pengetahuan agama yang dimiliki dan meningkatkan prestasi dalam bidang agama Islam peserta didik dianjurkan menambah usaha dengan mengikuti lembaga keagamaan tambahan. Firman Allah dalam al-qur an surat ke 13 Ar-Ra d ayat 11 yang berbunyi: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan 3

sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (al-qur an Surat ke-13 Ar-Ra d ayat 11). 4 Dalam tafsir al-lubāb ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT. tidak mengubah keadaan suatu kaum dari positif ke negatif atau sebaliknya sampai mereka mengubah terlebih dahulu apa yang ada pada diri mereka, baik perubahan nilai yang dianutnya, pengetahuan, tekad, dan langkahnya. 5 Karenanya, peserta didik yang enggan belajar dan mengikuti lembaga belajar tambahan maka pengetahuan yang didapat hanya sekadar yang ditrimanya, berbeda dengan peserta didik yang giat belajar dan mengikuti lembaga belajar seperti di madrasah diniyah. Madrasah diniyah pada masa sekarang ditawarkan kepada generasi muda muslim sebagai komplementer terhadap pendidikan umum yang ditempuh baik tingkat S.D., SMP maupun SMA. 6 Adapun keberadaan madrasah di Indonesia masih tergolong baru yakni ketika Syekh Zaenuddin Labai (1890-1924) mendirikan madrasah di Padang Panjang tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1916. 7 Madrasah yang didirikan pertama kali adalah madrasah diniyah yang merupakan kelanjutan dari pengajaran di surau yang 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 370. 63-64. 5 M. Quraish Shihab, Al-Lubāb, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 6 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 319. 7 Karel A. Steenbrink, Pesantern, Madrasah, Sekolah, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1994), hlm. 44. 4

dilakukan di waktu sore hari sebagai sumber mendapatkan ilmu agama di samping ilmu umum yang didapatkan di sekolah umum di pagi hari. Pada awalnya madrasah diniyah berfungsi memberi pemahaman dasar keislaman kepada masyarakat muslim, namun setelah sekolah-sekolah umum berdiri dan banyak diminati masyarakat maka fungsi madrasah diniyah ini bergeser menjadi penyeimbang dan pelengkap terhadap sekolah-sekolah umum. 8 Kedudukan madrasah diniyah yang menjadi pelengkap sudah barang tentu harus memberikan kontribusi terhadap pengetahuan peserta didik dalam mata pelajaran PAI di sekolah umum yang tertuang dalam prestasi belajar peserta didik. Dengan kata lain peserta didik yang menempuh pendidikan di madrasah diniyah seharusnya memiliki prestasi belajar yang bagus dalam mata pelajaran PAI. Akan tetapi, peneliti menemukan kenyataan bahwa terdapat santri (peserta didik) di madrasah diniyah al-mu thi Desa Sumberejo Pamotan tepatnya kelas empat yang tidak dapat membaca atau terbata-bata dalam membaca al-qur an, sedangkan membaca al-qur an merupakan landasan utama dari pengajaran agama Islam yang didapatkan dari lembaga pendidikan keagamaan seperti madrasah diniyah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. 8 Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 107. 5

Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri individu. Faktor internal yang muncul menurut peneliti adalah pertama, adanya keterpaksaan untuk belajar di madrasah diniyah, keterpaksaan ini bersumber dari permintaan kedua orang tua yang mewajibkan putra atau putrinya untuk masuk ke lembaga madrasah diniyah. Kedua, kemampuan santri (peserta didik) itu sendiri, dimana masing-masing individu memiliki perbedaan dalam pemahaman materi ada yang lambat dan ada yang cepat. Ketiga adalah minat, minat peserta didik yang minim akan mempengaruhi proses belajar yang berimbas pada prestasi belajar peserta didik. Faktor ekstenal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat memengaruhi hasil belajar, yakni diantaranya adalah keluarga, masyarakat dan sekolah. Keluarga yang mengalami masalah baik dalam keadaan ekonomi, perhatian, keharmonisan akan berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik. Sekolah dan lingkungan merupakan faktor yang menentukan hasil belajar, semakin tinggi kemampuan belajar peserta didik dan kualitas pengajaran di sekolah, maka tinggi pula hasil belajar peserta didik. 9 Bertolak dari hal tersebut, menurut salah satu guru PAI yang ada di SMP N 1 Pamotan menyatakan bahwa peserta didik yang melengkapi diri dengan madrasah diniyah tergolong lebih unggul dalam hal keagamaan dibanding peserta didik yang tidak 9 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamesia Group, 2013), hlm. 12-13. 6

ulya. 11 Dari penjabaran permasalahan tersebut, peneliti ingin bersekolah di madrasah diniyah. Dari jumlah keseluruhan peserta didik di SMP N 1 Pamotan berdasarkan data yang didapat lebih lebih dari 53% merupakan santri di madrasah diniyah yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Pamotan. 10 Menurut sekretaris FKDT (Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah) Kecamatan Pamotan, bahwa madrasah diniyah di wilayah Pamotan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Keberadaan madrasah diniyah terus berkembang di masing-masing desa baik pada tingkatan ula (awaliyah), wusṭo dan mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan madrasah diniyah sehingga berniat mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Proses Pendidikan Madrasah Diniyah terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 1 Pamotan Rembang. 10 Berdasarkan hasil pra riset pada tanggal 25 Februari 2016, dengan mewawancarai salah satu guru PAI di SMP N 1 Pamotan yakni Bapak Muhammad Anshori, S. Hi, dan data siswa yang bersekolah di madrasah diniyah didapat dari arsip guru BK. 11 Hasil wawancara dengan sekretaris FKDT (Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah) Kecamatan Pamotan yakni Bapak Saikhu pada tanggal 14 Maret 2016. 7

B. Rumusan Masalah Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas guna pembahasan tidak melebar dan dapat tepat sasaran dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses pendidikan madrasah diniyah yang ada di daerah Pamotan khususnya yang didapat peserta didik SMP N 1 Pamotan Rembang? 2. Bagaimanakah prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik SMP N 1 Pamotan Rembang? 3. Adakah pengaruh proses pendidikan madrasah diniyah yang didapat peserta didik terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 1 Pamotan Rembang? C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui proses pendidikan madrasah diniyah yang ada di daerah Pamotan khususnya yang didapat peserta didik di SMP N 1 Pamotan Rembang. b. Untuk mengetahui prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik SMP N 1 Pamotan Rembang. c. Untuk mengetahui pengaruh proses pendidikan madrasah diniyah yang didapat peserta didik terhadap prestasi belajar 8

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 1 Pamotan Rembang. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan pihak-pihak yang berkaitan, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap para pembaca guna mengetahui adanya pengaruh proses pendidikan madrasah diniyah yang didapat peserta didik terhadap prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak diantaranya: 1) Bagi Dinas Pendidikan Sebagai sumbangan ilmiah dalam rangka pengembangan pendidikan. 2) Bagi Kementrian Agama Sebagai dorongan untuk terus memperbaiki lembaga pendidikan yang ada didalam naungannya sehingga dapat memaksimalkan peran dari lembaga tersebut. 3) Bagi peserta didik Sebagai motivasi untuk tentang perlunya mengikuti lembaga pendidikan lainya guna menambah ilmu 9

pengetahuan yang lebih mendalam di samping mengikuti sekolah formal. 4) Bagi orang tua Sebagai informasi agar lebih mendukung dan mendorong anaknya untuk lebih giat dan rajin lagi mengikuti pembelajaran khususnya di lembaga-lembaga pendukung dari pendidikan formal untuk memaksimalkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anaknya 5) Bagi peneliti Bagi peneliti secara pribadi dapat bermanfaat sebagai tambahan wawasan dan pengalaman keilmuan. Dan untuk peneliti lain dapat dijadikan sebagai informasi dan pijakan untuk penelitian selanjutnya. 10