BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Wilayah Desa Tanjung Setia merupakan bagian wilayah Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB III METODE PENELITIAN. dilaksanakan secara alami, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. diresmikan pada tanggal 29 Juni tahun 2005, sebelumnya Kelurahan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

PEMBERDAYAAN PETANI RUMPUT LAUT DI PANTAI PANDAWA DESA KUTUH KECAMATAN KUTA SELATAN BADUNG BALI

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

P R O F I L DESA DANUREJO

PENGELOLAAN PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA KULINER BERBASIS MASYARAKAT DI DESA KEDONGANAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Denpasar,28 Juli Gusti Made Sugiwinata

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

DISTRIBUSI SIFAT FISIK DAN KIMIA AIR LAUT DILIHAT DARI TINGKAT PENCEMARAN DI PANTAI DESA KEDONGANAN, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

BAB I PENDAHULUAN. makanan (foodborne illnesses) pada orang yang mengonsumsinya. Lebih dari 250

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Direktorat Pembukaan Tanah (DPT) Jawatan Transmigrasi pada tahun Setelah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IMPLEMENTASI KONSEP PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Sibangkaja merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Waikabubak, dengan wilayah administrasinya yang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Wilayah, Visi dan Misi Kabupaten Magetan, serta Deskripsi Penduduk.

BAB II DESKRIPSI KECAMATAN RANTAU SELATAN. Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya adalah 64,32 km 2 dengan

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. Pantai Kedonganan berbatasan dengan Pantai Kelan di sebelah utara, berbatasan dengan pantai Jimbaran di sebelah selatan, dan berbatasan dengan Jalan Pantai Kedonganan di sebelah timur, dan di sebelah barat berbatasan dengan laut. Pantai ini cukup landai, memiliki hamparan pasir berwarna putih bersih dan ombak yang tenang, dengan garis pantai sepanjang 1020 meter. Secara administratif, Pantai Kedonganan merupakan wilayah dinas Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Kelurahan Kedonganan didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 643 Tahun 1997 (Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013). Kelurahan Kedonganan mencakup wilayah seluas 1 Km2, dimana wilayahnya berbatasan dengan Kelurahan Tuban di sebelah utara, Kelurahan Jimbaran di sebelah selatan, Samudera Indonesia di sebelah barat dan Selat Badung di sebelah timur (www.lpdkedonganan.com). Kelurahan Kedonganan memiliki karakteristik wilayah pesisir, dengan jenis tanah pasiran. Suhu udara berkisar antara 23,5 º 25º C, dengan curah hujan 1700 mm per tahun (Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013). 44

45 Kelurahan Kedonganan berjarak 5 km dari Kuta, 26 km dari Mangupura (ibukota Kabupaten Badung), dan 20 km dari Denpasar (ibukota provinsi Bali). Lokasi Kelurahan Kedonganan dapat dicapai dengan mudah mengingat ketersediaan infrastruktur jalan yang memadai. Selain dengan kendaraan pribadi, Kelurahan Kedonganan juga dapat dicapai dengan sarana transportasi umum (Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013). 4.2 Aspek Demografis Jumlah penduduk Kelurahan Kedonganan sebanyak 5781 jiwa (1257 KK) terdiri atas 3110 orang laki-laki dan 2761 orang perempuan, dengan kepadatan penduduk 2952 per km². Sebagian besar penduduk Kelurahan Kedonganan merupakan suku Bali dan beragama Hindu. Tabel 4.1 menunjukkan jumlah penduduk Kelurahan Kedonganan berdasarkan agama yang dipeluk. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Kedonganan Berdasarkan Agama Agama Laki-laki Perempuan Islam 279 221 Kristen 23 17 Katholik 21 19 Hindu 2767 2402 Budha 20 12 Aliran Kepercayaan lainnya - - Jumlah 3110 2671 Sumber : Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013 Sebagian besar penduduk Kelurahan Kedonganan telah mengenyam pendidikan SD/sederajat. Jumlah penduduk yang telah mengenyam pendidikan

46 sarjana cukup banyak. Sebanyak 214 orang mengenyam pendidikan S.1 dan 6 orang mengenyam pendidikan S.2. Tingkat pendidikan warga Kelurahan Kedonganan seperti terlihat pada Tabel 4.2. berikut: Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Warga Kelurahan Kedonganan Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Tamat SD / sederajat 1625 1633 Tamat SMP/sederajat 150 148 Tamat SMA/sederajat 606 442 Tamat D-1/sederajat 9 5 Tamat D-2/sederajat 4 - Tamat D-3/sederajat 10 6 Tamat S-1/sederajat 134 80 Tamat S-2/sederajat 6 - Tamat S-3/sederajat - - Jumlah 2554 2314 Sumber : Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013, data diolah. Jumlah angkatan kerja (masyarakat berusia 18-56 tahun yang bekerja) sebanyak 3741 orang, dimana mayoritas penduduk Kedonganan bermata pencaharian sebagai pengusaha kecil dan menengah (1085 orang). Mata pencaharian lain adalah karyawan swasta (951 orang), nelayan (218 orang), pedagang (108 orang), dan 88 orang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (Profil Kelurahan Kedonganan Tahun 2013). 4.3 Aspek Pemerintahan Kelurahan Kedonganan dipimpin oleh Bapak Lurah Nyoman Sudarta, SE., yang telah menjabat sebagai lurah semenjak tanggal 3 Januari 2012. Lurah

47 Kedonganan memimpin 6 unit kerja dan 13 orang aparat pemerintahan kelurahan. Kelurahan Kedonganan meliputi 6 lingkungan, yaitu Lingkungan Kubu Alit, Ketapang, Anyar Gede, Pasek, Kerthayasa dan Pengenderan. Masing-masing Lingkungan tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Lingkungan (Kaling). Sebagai mitra kerja dalam mengembangkan pembangunan dan untuk mengakomodir aspirasi masyarakat, Kelurahan Kedonganan memiliki sebuah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang sekarang dipimpin oleh Bapak I Ketut Suwirga. Selain LPM, Kelurahan Kedonganan juga memiliki Lembaga Desa Adat, yaitu Desa Adat Kedonganan yang memiliki kewenangan dalam mengatur, mengayomi dan melindungi warganya khususnya untuk hal-hal yang terkait dengan adat dan keagamaan. Desa Adat Kedonganan dipimpin oleh seorang Jro Bendesa Adat yaitu Bapak Jro Bendesa I Ketut Puja, S.Ag. Desa Adat Kedonganan terdiri atas 6 banjar, yaitu Banjar Ketapang, Banjar Anyar Gede, Banjar Pasek, Banjar Kerthayasa, Banjar Pengenderan dan Banjar Kubu Alit. Banjar-banjar tersebut dipimpin oleh seorang Kelian Banjar. Berdasarkan penelusuran sejarah, Desa Adat Kedonganan diyakini sebagai desa kuno yang telah ada pada tahun 1324 masehi, pada masa pemerintahan Dalem Bedahulu. Pada waktu itu, nama desanya adalah Desa Kedongayan. Dari kata Kedongayan ini akhirnya lambat laun berubah menjadi Kedonganan. (www.lpdkedonganan.com). Warga Desa Adat Kedonganan terdiri atas 1257 KK dengan jumlah total warga sebanyak 5639 jiwa. Seluruh warga Desa Adat Kedonganan tersebar di 6

48 banjar yang ada, dengan sebaran seperti yang terlihat dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.3. Jumlah dan Sebaran Warga Desa Adat Kedonganan Tahun 2014 Nomor Nama Banjar Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Penduduk 1 Kubu Alit 147 687 2 Ketapang 258 1113 3 Anyar Gede 184 845 4 Kerthayasa 156 648 5 Pasek 257 1016 6 Pengenderan 255 1310 Jumlah 1257 5639 Sumber : Profil Desa Adat Kedonganan Tahun 2014 Seluruh KK yang tersebar di 6 banjar Desa Adat Kedonganan adalah pemilik dari 24 café yang beroperasi di Pantai Kedonganan. Di setiap banjar, seluruh KK akan membagi diri menjadi 4 kelompok pemilik café, sehingga secara keseluruhan di Desa Adat Kedonganan terdapat 24 kelompok pemilik café. Setiap kelompok pemilik café berhak untuk mengelola sebuah café dan memperoleh manfaat dari kepemilikannya tersebut. 4.4 Kepariwisataan di Pantai Kedonganan Sebelum berkembangnya kepariwisataan, Pantai Kedonganan merupakan pantai nelayan yang kesehariannya lekat dengan kehidupan dan aktifitas nelayan. Hal tersebut disampaikan oleh mantan Jero Bendesa Kedonganan periode 2003-

49 2008, Bapak Ketut Mudra, yang menyatakan bahwa sebelum berkembangnya kepariwisataan, 95% penduduk Kedonganan berprofesi sebagai nelayan. Berdasarkan keterangan Ketua Badan Pengelola Kawasan Pariwisata Pesisir Kedonganan, Bapak I Wayan Mertha, SE., M.Si, perkembangan kepariwisataan di Pantai Kedonganan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan kepariwisataan di daerah Pantai Jimbaran. Beroperasinya Hotel Four Seasons Jimbaran Bali pada tahun 1993 membuka peluang bagi masyarakat Jimbaran untuk ikut merasakan dampak positif pariwisata. Melihat banyaknya wisatawan yang datang ke Pantai Jimbaran, beberapa penduduk Jimbaran mulai mendirikan warung-warung ikan bakar bagi tamu Hotel Four Season yang ingin menikmati makanan tradisional khas nelayan sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Warung-warung tersebut ramai didatangi tamu, sehingga akhirnya ada 9 buah warung ikan bakar yang beroperasi di Pantai Jimbaran. Kesuksesan warung-warung ikan bakar di Jimbaran menurut Bapak I Wayan Mertha mendorong 5 orang warga Kedonganan untuk ikut mendirikan warung ikan bakar pada sekitar tahun 1995. Warung-warung makan tersebut akhirnya berkembang menjadi café seperti sekarang, dimana keberadaannya mengakibatkan Pantai Kedonganan dan Jimbaran dikenal sebagai lokasi untuk aktivitas wisata kuliner. Pada awalnya, hanya ada 5 café, namun kesuksesan 5 café tersebut mendorong semakin banyak warga Kedonganan yang ikut mendirikan café dan meninggalkan profesi nelayan yang sebelumnya mereka jalani.

50 Selain faktor ekonomi (keuntungan), ada beberapa faktor lain yang mendorong berdirinya café di sepanjang Pantai Kedonganan. Faktor-faktor tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak I Wayan Mertha di antaranya adalah tidak terserapnya produksi ikan kelompok-kelompok nelayan Kedonganan yang berlimpah pada waktu itu, pemindahan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ke Jembrana, yang mengakibatkan nelayan Kedonganan harus mengalokasikan biaya dan waktu yang lebih untuk membawa hasil tangkapan ke Jembrana dan adanya keluhan dari otoritas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai terhadap pencemaran bau di sekitar perairan Pantai Kedonganan dan Kelan oleh limbah ikan yang dibuang oleh nelayan Kedonganan di tengah laut. Fakor-faktor tersebut mengakibatkan nelayan Kedonganan menganggap bahwa profesi nelayan tidak lagi menjanjikan sehingga mereka mulai beralih profesi. Salah satu peluang yang terlihat menjanjikan waktu itu adalah beralih profesi menjadi pengusaha café. Menurut Bapak I Made Sukra, salah seorang pemilik café pada awal perkembangan kepariwisataan di Kedonganan, pendirian café di Pantai Kedonganan pada waku itu tanpa koordinasi. Warga yang ingin mendirikan café akan datang ke pantai untuk kemudian mengkapling area pantai seluas yang diinginkan dan dibutuhkan. Pernyataan ini diperkuat oleh Bapak I Ketut Mudra yang menyatakan bahwa pada akhirnya, ketika lahan Pantai Kedonganan sudah mulai terbatas, warga yang ingin mendirikan café tetap memaksakan untuk mendirikan café di area yang sempit, mengakibatkan garis Pantai Kedonganan yang sepanjang 1020 meter didominasi oleh bangunan cafe. Hal tersebut terjadi karena pembangunan café waktu itu tanpa perencanaan yang baik sehingga

51 lingkungan Pantai Kedonganan menjadi tidak rapi, seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kondisi awal perkembangan café di Pantai Kedonganan Pada tahun 2006, di sepanjang Pantai Kedongaan telah berdiri sebanyak 67 café. Jumlah tersebut mengakibatkan over supply yang berujung pada perang harga. Kondisi tersebut diperburuk oleh samanya produk yang dijual oleh café di Pantai Kedonganan maupun Pantai Jimbaran yang lokasinya berdekatan, yaitu berupa makanan hasil olahan ikan laut (sea food). Kesamaan produk yang dijual serta banyaknya jumlah café mengakibatkan tingkat persaingan menjadi sangat ketat. Kondisi tersebut mengakibatkan hanya café dengan modal kuat yang dapat bertahan. Pemilik café yang tidak didukung modal yang cukup mulai mengalihkan kepemilikan usahanya kepada pihak lain (pemodal) yang kebanyakan adalah

52 orang luar Kedonganan. Para pemilik café baru ini membawa sistem kerja baru dan tenaga kerja dari daerah lain. Menurut Bapak I Wayan Mertha, hal ini mulai terjadi pada tahun 2001 hingga tahun 2006, sehingga akhirnya masyarakat Kedonganan hanya menjadi penonton dari perkembangan kepariwisataan di daerahnya. Mereka tidak lagi mendapat manfaat ekonomi dari keberadaan café seperti yang seharusnya mereka dapatkan. Banyaknya jumlah café yang ada menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak negatif tersebut berupa pencemaran sampah dan pencemaran bau yang bersumber dari limbah café yang dibuang langsung ke pasir pantai ataupun ke laut, akibat tidak adanya sistem pengolahan limbah. Hal tersebut mengakibatkan pantai menjadi terlihat kumuh dan tidak rapi seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kondisi Pantai Kedonganan yang terlihat kumuh

53 Selain itu, pantai yang didominasi oleh bangunan café mengakibatkan pelaksanaan kegiatan keagamaan seperti misalnya upacara melasti dan nganyut menjadi terganggu. Iring-iringan prosesi melasti yang membawa pratima yang disakralkan oleh warga harus menyusup di antara bangunan café untuk masuk ke Pantai Kedonganan. Dampak lain yaitu kurang nyamannya pelaksanaan upacara keagamaan di Pantai Kedonganan karena upacara harus dilakukan di hadapan wisatawan yang sedang makan dan minum dengan menggunakan busana pantai (bikini). Selain itu ada rasa malu dikalangan warga Kedonganan untuk mandi ataupun berenang di Pantai Kedonganan karena merasa menjadi tontonan para wisatawan yang sedang makan di café yang ada. Melihat kondisi Pantai Kedonganan yang mengkhawatirkan, serta adanya aspirasi warga Kedonganan untuk bisa menikmati hasil dari potensi yang dimilikinya dan bukan hanya sebagai penonton, memunculkan keinginan warga untuk menata kembali kondisi Pantai Kedonganan. Aspirasi tersebut kemudian disampaikan kepada pemimpin adat Desa Adat Kedonganan yaitu Jro Bendesa Bapak I Ketut Mudra. Menanggapi aspirasi tersebut, Jro Bendesa Bapak I Ketut Mudra selanjutnya berkoordinasi dengan Lurah Kedonganan, Bapak Drs. I Wayan Sandi, dan Ketua LPM Bapak I Wayan Mertha. Koordinasi itu bertujuaan untuk menyiapkan tim yang akan membuat perencanaan dan melakukan penataan serta pengelolaan kepariwisataan termasuk café yang berdiri di Pantai Kedonganan. Rencana penataan tersebut selanjutnya disosialisaikan kembali ke 6 banjar di Desa Adat Kedonganan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh warga

54 Desa Adat Kedonganan. Sosialisasi tersebut juga bertujuan untuk memperoleh dukungan dan persetujuan warga. Setelah rencana penataan didukung dan disetujui oleh seluruh warga, proses penataan dilaksanakan dengan konsep pariwisata berbasis masyarakat.