BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tempat dan keadaan dari para masing-masing orang itu. Pandangan para penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB II LANDASAN TEORI. landasan teori yang digunakan akan dijelaskan di bawah ini.

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

ABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

vii DAFTAR WAWANCARA

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB III TINJAUAN TEORITIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

Aspek Hukum Hubungan Profesional Tenaga Kesehatan -Pasien. Drg. Suryono, SH, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Pada saat ini kegiatan pelayanan kesehatan tidak. terlepas dari aspek hukum yang melindungi pasien dari

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

Informed Consent INFORMED CONSENT

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat.

BAB V PEMBAHASAN Kelengkapan Pengisian Persetujuan Tindakan Kedokteran di rumah Sakit Bedah Asri tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dokumen tempat mencatat segala transaksi pelayanan medis yang diberikan oleh

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Dimana sarana kesehatan pemerintah maupun swasta semakin

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan 26 Puskesmas rawat jalan dan tiga Puskesmas

KARAKTERISTIK INFORMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi mewujudkan hidup yang sehat. Pasal 47 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Jasa pelayanan kesehatan menyandang misi fungsi sosial, yang mana misi fungsi sosial ini tetap harus diutamakan, mengingat pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan rasa kemanusiaan yang secara jelas dijamin oleh Undang-Undang, karena itu setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dan memadai. Dokter dianggap sebagai pribadi yang akan dapat menolong karena kemampuannya secara ilmiah, sehingga peranan dokter dalam melakukan tindakan medis dianggap mempunyai kedudukan dan peranan yang lebih tinggi daripada pasien. Hubungan kedua belah pihak tersebut dimulai pada saat pertama kali pasien datang ke kamar praktik dokter dengan membawa keluhan sakit pada dirinya. Setelah mendengar keluhan sakit dari pasien maka timbul inisiatif dokter untuk melakukan tindakan tertentu yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien (Rusli, dkk., 2006)

Dokter bertanggung jawab secara profesional di bidang medis, berupa pemberian bantuan atau pertolongan. Sementara pasien bertanggung jawab atas kebenaran informasi yang ia berikan kepada dokter. Dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, pasien hanya mengikuti kata dokter sehingga pasien berada pada posisi yang lemah. Sehingga hubungan dokter dengan pasien tidaklah seimbang, karena semua perkataan dan perintah dokter akan diikuti oleh pasien sedangkan hak pasien kadang terabaikan (Soerjono, 1999). Tindakan dokter secara umum menyangkut kewajiban untuk mencapai tujuan tertentu yang didasarkan pada standar profesi medis (inspanings verbintennis). Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesional dan menghormati hak pasien. Kewajiban dokter untuk memberikan informed consent kepada pasien sebenarnya tidak terlepas dari kewajiban dokter untuk memperoleh atau mendapatkan informasi yang benar dari pasien (Soerjono, 1999). Kalangan penyandang profesi medik/kesehatan melakukan tindakan/ perbuatan terhadap pasien berupa upaya yang belum tentu keberhasilannya, karena transaksi terapeutik hakikatnya merupakan transaksi antara dokter dengan pasien, untuk mencari terapi yang paling tepat oleh dokter dalam upaya menyembuhkan penyakit pasien. Pasien juga tidak pernah mempunyai pikiran bahwa apa pun tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh dokter dan/atau tenaga kesehatan lainnya itu

sudah didasarkan pada persetujuan pasien, yang dalam kepustakaan disebut sebagai informed consent atau persetujuan tindakan medik (Koeswadji, 2002). Hubungan dokter dengan pasien ditinjau dari sudut hukum merupakan suatu perjanjian yang obyeknya berupa pelayanan medis atau upaya penyembuhan, yang dikenal dengan perjanjian terapeutik. Sehingga setiap pasien mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya atau tubuhnya, tetapi juga ia terlebih dahulu berhak mengetahui hak-hak mengenai penyakitnya dan tindakan-tindakan atau terapi apa yang dilakukan dokter serta segala risiko yang mungkin timbul kemudian. Atas kesepakan bersama dalam suatu perjanjian yang mendasarkan atas suatu persetujuan untuk melakukan hal-hal tertentu akan berakibat munculnya hak dan kewajiban (Koeswadji, 2002). Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ternyata bahwa masalah penyampaian informasi oleh dokter kepada pasien memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan juga pelaksanaan pengobatan, terutama dampak pada pasien, karena dalam pemberian pemenuhan informasi pada penerima jasa pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien adalah pemberitahuan akan penemuan hasil diagnosa dokter setelah selesai pemeriksaan dan juga membutuhkan kebenaran informasi yang didasarkan atas kejujuran dan ketulusan dokter untuk menolong pasien (Komalawati, 1999). Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, maka seorang dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi

spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien (Permenkes No. 512 /Menkes/Per/X/2005). Oleh karena itu setiap dokter wajib menyelenggarakan kendali mutu, dimana dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan audit medis. Pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis yang dilaksanakan oleh profesi medis. Hal tersebut dilakukan karena penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit sering dikeluhkan oleh masyarakat yang merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang mereka terima, baik dari dokter maupun rumah sakit (Resnani, 2002). Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 52, memuat hak-hak pasien yang berupa: 1) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, yang mencangkup diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan; 2) meminta pendapat dokter; 3) mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; 4) menolak tindakan medis; dan 5) mendapat isi rekam medik. Hasil penelitian Sinulingga (2004), menyimpulkan bahwa pasien mengharapkan: petugas penerima pasien yang ramah, terampil dan memberikan informasi yang jelas, proses pelayanan berjalan cepat. Sedangkan pelayanan oleh dokter diharapkan: waktu

tunggu tidak terlalu lama, perhatian, berpengalaman, tanggap, mau mendengarkan keluhan dan dapat memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien, dimana semua itu merupakan bagian dari hak-hak pasien yang harus dipenuhi. Tidak terpenuhinya hak-hak pasien atas pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator tidak tercapainya kepuasan pasien atas pelayanan yang sudah diterimanya tersebut (Tengker, 1995). Hasil dari penelitian Moenir dan Sanusi (2002), diperoleh bahwa sekitar 33,58% kepuasan pasien dipengaruhi oleh persepsi atas mutu pelayanan. Hasil penelitian Resnani (2002) juga menunjukkan adanya pengaruh positif komunikasi dokter terhadap kepuasan pasien rawat jalan sebesar 68,2%. Kondisi pelayanan kesehatan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi saat ini belum memenuhi harapan masyarakat. Hal ini ditandai dengan Bed Occupancy Rate (BOR) pada tahun 2010 sebesar 60%. Berdasarkan survei awal di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing penulis menemukan bahwa masih banyak pasien dan keluarga tidak puas atas pelayanan dokter di rumah sakit. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara dengan 20 orang pasien rawat inap pada bulan Juli 2011, didapati: 1) sebesar 55% pasien mengatakan belum mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis; 2) sebesar 17% pasien meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; 3) sebesar 7% pasien menolak tindakan medis; dan 4) 76% pasien mendapatkan isi rekam medis. Selain itu, dari 100 berkas rekam medis ditemukan uraian sebagai berikut : 1) sebesar 8% terpenuhi mengenai kelengkapan

resume pasien pulang dari unit rawat inap; 2) sebesar 12% terpenuhi diagnosa akhir ketika pasien boleh keluar/pulang atau meninggal; 3) penandatanganan informed consent oleh dokter dan pasien di setiap kasus tindakan medis invasive maupun non invasive; 4) sebesar 25% terpenuhi diagnosa awal ketika pasien masuk; dan 5) sebesar 40% berkas rekam medis tidak diisi secara lengkap setiap hari oleh dokter. Belum terpenuhinya hak-hak pasien dari pihak rumah sakit dapat terjadi karena beberapa alasan, salah satunya adalah motivasi tenaga medis terutama dokter. Ishak dan Hendri (2003), menyatakan bahwa sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorong. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Pernyataan tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan McClelland yang dikutip Hasibuan (2005), bahwa keberhasilan karyawan disebabkan karena mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Menurut Herzburg dalam Masithoh (1998) mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik), yang meliputi: 1) prestasi yang diraih; 2) pengakuan orang lain; 3) tanggung jawab; 4) peluang untuk maju; 5) kepuasan kerja itu sendiri; dan 6) kemungkinan pengembangan karir. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai

manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan, yang meliputi: 1) kompensasi; 2) keamanan dan keselaman kerja; 3) kondisi kerja; 4) status, 5) prosedur perusahaan; dan 6) mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal diantara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan. Berdasarkan hasil survei dan fenomena tersebut di atas, maka penting dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi terhadap tindakan dokter dalam melaksanakan Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 tahun 2004 tentang pemenuhan hak-hak pasien di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. 1.2 Permasalahan Dari uraian pada latar belakang di atas yang menjadi permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengaruh motivasi terhadap tindakan dokter dalam melaksanakan Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 tahun 2004 tentang hak-hak pasien di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap tindakan dokter dalam melaksanakan Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 tahun 2004 tentang hak-hak pasien di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.

1.4 Hipotesis Motivasi berpengaruh terhadap tindakan dokter dalam melaksanakan Undang- Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 tahun 2004 tentang hak-hak pasien di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pihak Pimpinan RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan untuk mengembangkan kualitas pelayanan terkait Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 20 Tahun 2004 tentang hak-hak pasien. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Untuk menambah informasi dan masukan bagi pembelajaran tentang pengaruh motivasi terhadap tindakan dokter melaksanakan Undang-Undang Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004 tentang hak-hak pasien, terutama bidang Administrasi Rumah Sakit.