BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

L A M P I R A N. : dr. Boynardo Simamora Tempat / Tgl Lahir : Medan, 7 Februari 1982 : Kristen Protestan : Jl Teh 2 No 28 P.

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura sama dengan mikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOMPARASI PEMBERIAN HEXADOL DAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL HYGIENE TERHADAP PENCEGAHAN VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) Hadi Kusuma Atmaja

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ORAL HYGIENE ANTARA POVIDONE IODINE

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

Keywords: Chlorhexidine 0,2%, povidone iodine 1%, number of oropharyngeal bacteria, oral hygiene, mechanical ventilator.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

Ventilator Associated Pneumonia

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada penderita dengan ventilator

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

PENGARUH PEMBERIAN DEKONTAMINASI ORAL POVIDONE IODINE 1% TERHADAP CLINICAL PULMONARY INFECTION SCORE PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR MEKANIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

KORELASI ANTARA JUMLAH BAKTERI TRAKEA DAN USIA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parencym paru, distal dari bronkiolus terminalis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

HUBUNGAN USIA PENDERITA VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA DENGAN LAMA RAWAT INAP DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Berdasarkan data World Health

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2012 Desember

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. spinalis dan cairan serebrospinalis (LCS). Cairan ini mempunyai total volume

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

HUBUNGAN USIA PENDERITA VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA DENGAN LAMA RAWAT INAP DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KEJADIAN VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017

ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB 4 METODE PENELITIAN

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POLA KLINIS PNEUMONIA KOMUNITAS DEWASA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3

BAB I PENDAHULUAN. ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik (Sundana,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

PENGARUH PEMBERIAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL HYGIENE TERHADAP JUMLAH BAKTERI OROFARING PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Dasar Determinasi Pasien TB

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Transkripsi:

BAB 6 PEMBAHASAN VAP (ventilatory acquired pneumonia) adalah infeksi nosokomial pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48 jam. 4,8,11 Insiden VAP bervariasi antara 9 27% dan angka kematiannya bisa melebihi 50%. Di Indonesia belum ada data nasional tentang kasus VAP, termasuk di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, tempat penelitian ini dilaksanakan. 4-6 Etiologi VAP yang paling sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacteriacea. 7,8 Faktor-faktor risiko terjadinya VAP yang telah dibuktikan lewat berbagai penelitian adalah usia, jenis kelamin, trauma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan lama pemakaian ventilator. 9,10 American College of Chest Physicians mendefinisikan VAP sebagai suatu keadaan dimana terdapat gambaran infiltrat baru dan menetap pada foto torak disertai salah satu tanda yaitu, hasil biakan darah atau pleura sama dengan mikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi trakea, kavitasi pada foto torak, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu demam, leukositosis dan sekret purulen. 11 Untuk memudahkan diagnosis VAP diciptakanlah CPIS (Clinical Pulmonary Infection Score), yang menggunakan variabel suhu tubuh, leukosit, sekret trakea, fraksi oksigenasi, foto torak dan pemeriksaan mikrobiologi. Skor VAP. 28 CPIS sendiri berdasarkan komponennya dapat CPIS modifikasi yang tidak 49

disertai pemeriksaan kultur. 12 CPIS modifikasi amat sangat menguntungkan untuk negara-negara berkembang yang belum memiliki sistem pelayanan kesehatan yang sepenuhnya terjamin oleh asuransi. Tidak adanya pemeriksaan kultur pada negara-negara tersebut tentunya akan mengurangi biaya kesehatan, dan pada akhirnya menguntungkan pasien. Namun, sayangnya belum banyak pihak yang meneliti mengenai CPIS modifikasi. Penelitian ini menggunakan CPIS modifikasi sebagai parameter untuk membandingkan antara antiseptik chlorhexidine 0,2% dan povidone iodine 1%. Penelitian Tantipong H et al, Houston S et al, dan Genuit T et al telah membuktikan bahwa chlorhexidine 0,2% merupakan antiseptik yang mampu mengurangi insiden VAP secara signifikan. 18,19,21 Chlorhexidine juga telah terbukti memiliki lebih sedikit efek samping dibandingkan povidone iodine, antiseptik yang lebih dahulu dikenal dan digunakan pada pasien dengan ventilator mekanik. 14 Hasil analisis uji komparatif Mann-Whitney antara kelompok I dan II menunjukkan perbedaan bermakna baik pada skor CPIS sebelum maupun setelah perlakuan. Namun, hasil ini tidak dapat dijadikan landasan untuk menyatakan bahwa chlorhexidine 0,2% lebih efektif dibandingkan povidone iodine 1%. Karena skor CPIS antara kelompok I dan II telah berbeda secara signifikan sebelum perlakuan, maka wajar saja jika dijumpai perbedaan yang juga signifikan setelah perlakuan. Untuk itu, dilakukan uji komparatif terhadap selisih skor CPIS sebelum dan sesudah perlakuan antar kedua kelompok perlakuan. Dari hasil uji ini 50

didapatkan nilai p 0,051. Nilai p ini walau tidak signifikan secara statistik, namun berada sangat dekat dengan nilai cut off signifikansi dalam studi ini, yaitu 0,05. Hasil yang terlalu dekat dengan cut off signifikansi tersebut membutuhkan konfirmasi dengan uji lain. Maka dari itu, selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon untuk menganalisis skor CPIS antara kedua kelompok secara terpisah. Hasil uji ini menunjukkan bahwa skor CPIS sebelum dan sesudah perlakuan berbeda bermakna pada kelompok I (p=0,000), namun tidak pada kelompok II (p=0,227). Hasil ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa chlorhexidine 0,2% lebih efektif dibandingkan povidone Iodine 1% dalam menurunkan kejadian VAP, walau hasil uji komparatif selisih skor CPIS sebelum dan setelah perlakuan antara kedua kelompok hanya menghasilkan nilai p borderline 0,051. Lebih efektifnya chlorhexidine 0,2% ditunjang kuat oleh cara kerja antiseptik ini yang tidak hanya membunuh bakteri dalam rongga mulut, namun juga mencegah terbentuknya biofilm. Biofilm adalah titik awal terbentuknya plak dan tempat berkumpulnya bakteri. 43-45 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasilhasil penelitian sebelumnya oleh Tantipong H et al, Houston S et al, dan Genuit T et al 18,19,21 yang mengatakan bahwa chlorhexidine 0,2% merupakan antiseptik yang efektif untuk menurunkan insiden VAP, walau penelitian ini menggunakan CPIS modifikasi sedangkan 3 penelitian sebelumnya yang disebutkan di atas menggunakan CPIS klasik. CPIS, seperti yang disampaikan Pugin et al dalam publikasinya di tahun 1991 merupakan skor terpadu yang memuat variabel klinis, laboratorik, dan radiologis. 23 Pemeriksaan mikrobiologis, walau merupakan gold standar untuk menegakkan suatu VAP, dalam skor CPIS kedudukannya hanyalah 51

satu dari beberapa variabel lain yang memuat unsur diagnosis VAP. Hal inilah yang kemungkinan besar memungkinkan dilakukannya eliminasi variabel pemeriksaan kultur. Dengan kata lain, hasil ini juga turut meningkatkan kemungkinan CPIS modifikasi suatu hari dapat menggantikan CPIS klasik, sehingga dapat menguntungkan pasien-pasien yang perawatan kesehatannya tidak dijamin oleh asuransi. Selain CPIS, pada penelitian ini dihitung pula Skor GC Plaque pada kelompok I yang mendapat chlorhexidine 0,2%. Skor GC Plaque hanya dihitung pada kelompok yang menerima chlorhexidine 0,2%, karena berpegang pada penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan CPIS klasik, yang menyatakan bahwa chlorhexidine lebih unggul dibandingkan povidone iodine. Selain itu, penggunaan chlorhexidine telah dianjurkan secara internasional untuk menggantikan povidone iodine secara internasional. 49 Hasil analisis Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor GC Plaque sebelum dan sesudah pemberian chlorhexidine 0,2%. Nilai skor GC Plaque yang lebih tinggi pasca pemakaian chlorhexidine 0,2% menunjukkan bahwa chlorhexidine 0,2% meningkatkan ph intraoral secara signifikan. Analisis korelasi dengan menggunakan uji Spearman antara skor CPIS dan GC Plaque menunjukkan hasil korelasi yang negatif. Negativitas korelasi tersebut dipertahankan secara konsisten baik saat sebelum maupun sesudah pemberian chlorhexidine 0,2%. Hal ini berarti ada hubungan yang berlawanan antara CPIS dan GC Plaque pada pasien ICU dengan ventilator mekanik yang menerima chlorhexidine 0,2%. Pada pasien-pasien tersebut, terjadi kenaikan skor GC Plaque 52

secara signifikan dari 6,00 (5,60 7,00) menjadi 7,00 (6,80 7,20); sedangkan skor CPIS-nya mengalami penurunan signifikan dari 1,50 (0,00 4,00) menjadi 0,50 (0,00 4,00). Meningkatnya skor GC Plaque bagi para praktisi kedokteran gigi merupakan salah satu indikator meningkatnya higiene intra oral. Namun korelasi ini tidak signifikan, dengan nilai p sebelum dan setelah perlakuan masing-masing 0,122 dan 0,274. Kenaikan skor GC Plaque dan penurunan skor CPIS dalam studi ini pasca pemberian chlorhexidine 0,2% merupakan hal yang positif dan diharapkan oleh para klinisi di departemen perawatan intensif (ICU), namun walau keduanya terjadi secara bersamaan pada pasien ICU dengan ventilator mekanik, bukanlah merupakan kejadian yang saling berkaitan atau saling mempengaruhi satu sama lain. Penelitian ini mengangkat penggunaan CPIS modifikasi yang masih jarang diteliti, padahal jika terbukti CPIS modifikasi sama efektifnya dengan CPIS klasik maka hal ini akan mempermudah penerapan CPIS pada pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang yang belum memiliki sistem asuransi sosial yang mapan. Selain itu, penelitian ini turut pula menyoroti skor GC Plaque yang belum pernah diteliti korelasinya dengan skor CPIS. Namun, penelitian ini juga memiliki sejumlah kekurangan, diantaranya adalah tidak setaranya riwayat trauma pada kedua kelompok perlakuan. Trauma merupakan variabel yang menyebabkan seseorang lebih rawan mendapatkan VAP pada perawatan dengan menggunakan ventilator mekanik. Pada penelitian ini tidak diketahui seberapa besar pengaruh perbedaan ini terhadap signifikansi hasil analisis. Selain itu, pada penelitian ini hanya didapatkan 4 pasien dengan skor CPIS di atas 6. Hal ini berarti hanya ada 4 53

pasien yang secara signifikan berkemungkinan besar menderita VAP. Empat pasien ini seluruhnya berada kelompok II yang menerima perlakuan povidone iodine 1%. Walau studi ini dengan jelas menyoroti perubahan skor CPIS, sehingga apakah jumlah skor sebelum perlakuan melebihi 6 atau tidak bukan merupakan sebuah permasalahan, namun tentunya akan lebih baik jika memiliki pasien dengan skor CPIS melebihi 6 dalam jumlah banyak dan seimbang antara kedua kelompok. Jika hal tersebut dapat terlaksana, maka dapat diketahui apakah chlorhexidine 0,2% tetap efektif dalam menurunkan insiden VAP pada pasien dengan skor CPIS yang signifikan. 54