BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dikenal sebagai makhluk yang tidak pernah puas. Berbagai. sampingan kini menjadi kebutuhan utama yang dicari.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB III IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. A. Analisa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

KEBIJAKAN PEMKAB BANTUL DALAM MENANGANI MENJAMURNYA TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI J A W A T E N G A H N O M O R ^'^ T A H U N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 8

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 SERI E.102 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

WALIKOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. untuk membeli kebutuhan sehari-hari maupun untuk berwisata. Di Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERPASARAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN AYU LESTARI PROGRAM ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Peraturan...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BREBES dan BUPATI BREBES

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN

TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi dalam rangka mendukung proses perubahan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri. (Irawan, 1992: 5).

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan. pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta selain dikenal dengan keindahan kota wisatanya juga tidak dapat dipisahkan dengan sebutannya sebagai kota pelajar. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan sekolah tinggi lainya yang berada di Yogyakarta. Banyaknya perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta menarik setiap anak-anak muda yang ada di berbagai daerah di Indonesia untuk menempuh pendidikan di Yogyakarta. Besar jumlah berdasarkan data Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2015 yang diperoleh peneliti dari salah satu halaman Kedaulatan Rakyat Jogja (krjogja.com) tercatat jumlah mahasiswa di DIY sebanyak 300.000 orang yang terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3, Diploma-4, Strata-1, Strata-2, Strata-3, Non-Formal, Informal, Lainnya, Spesialis-1, Spesialis-2, dan Profesi 1. Besarnya jumlah mahasiswa yang ada di Yogyakarta, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat terhadap masyarakat Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin menjamurnya pendirian usaha-usaha modern baik di wilayah kota maupun di sekitaran wilayah kampus. 1 Potensi Ekonomi Mahasiswa di DIY Rp 7,2 T http://krjogja.com/web/news/read/13490/potensi_ekonomi_mahasiswa_di_diy_rp_7_2_t, diakses pada tanggal 7 April 2017 pukul 18:45 WIB. 1

Toko modern menjadi salah satu alternatif yang banyak digunakan mahasiswa untuk membeli kebutuhan sehari-hari, dengan itu pendirian toko modern memberikan omset yang cukup besar bagi pemiliknya, berdasarkan data biaya belanja setiap mahasiswa sebesar Rp2.000.000 setiap orang perbulannya, maka totalnya mencapai Rp600 miliar per bulan, atau Rp7,2 triliun per tahun. Dengan omset yang cukup besar pada saat ini banyak bermunculan toko modern yang ada diwilayah kota Yogyakarta khususnya Indomaret. 2 Banyaknya pendirian toko modern saat ini juga berdampak terhadap penjualan di pasar tradisional. Hal itu dipengaruhi karena banyaknya pendirian toko modern yang menyalahi aturan mengenai ketentuan Perda perizinan pembangunan toko modern. Dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Pemda), Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk DPRD Kabupaten/Kota dan disahkan Bupati/Walikota yang mengatur kepentingan masyarakat atau tatanan pemerintahan yang menjadi fungsi pemerintahan Kabupaten/Kota di bidang otonomi dan tugas pembatuan. 3 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menjadi dasar pengaturan, pengawasan, dan penertiban bagi permasalahan pendirian toko modern di Kabupaten Sleman. 2 Potensi Ekonomi Mahasiswa di DIY Rp 7,2 T http://krjogja.com/web/news/read/13490/potensi_ekonomi_mahasiswa_di_diy_rp_7_2_t, diakses pada tanggal 7 April 2017 pukul 18:45 WIB. 3 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Yogyakarta:Fakultas Hukum UII Press, 2003, hlm 224-225 2

Definisi toko modern dijelaskan pada pasal 1 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pengertian Toko modern menurut ketentuan pasal 1 ayat (9) menyebutkan Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket,supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Selanjutnya pada pasal 1 ayat (14) Izin Usaha Toko Modern yang selanjutnya disingkat IUTM, adalah izin untuk melaksanakan usaha pengelolaan toko modern. 4 Pemberian izin pada dasarnya adalah salah satu langkah untuk pembukaan suatu pelaksanaan hukum bagi warga masyarakat agar dapat melaksanakan kegunaan adanya suatu hukum dan disamping itu secara langsung juga turut ambil bagian dalam pelaksanaannya. Izin dibutuhkan untuk melegalkan suatu kegiatan usaha yang dilakukan sesuai dengan Perundang- Undangan yang berlaku. Dalam arti luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang. 5 Mengenai landasan dasar pemberin izin usaha yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 pasal 11 sebagai berikut : (1) Dasar pemberian IUTM bagi supermarket, department store, hypermarket, dan perkulakan adalah: 4 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 5 Ari Subagja, Pelaksanaan Izin Usaha Pemondokan Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 di Kabupaten Sleman, Skripsi, Yogyakarta:Fakultas Hukum UII, 2014 3

a. Aspek lokasi usaha: 1. rencana tata ruang; 2. status jalan; dan 3. jarak dengan pasar tradisional, b. Aspek hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan keberadaan pasar tradisional dan UMKM, c. Aspek kemitraan dengan UMKM, d. Aspek penggunaan tenaga kerja lokal. (2) Aspek pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hierarki dalam pemberian izin. Keberadaan toko modern yang berada di Kabupaten Sleman memang berdampak positif terhadap konsumen karena memberikan kemudahan untuk mendapatkan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi hal tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu mematikan para pedagang di pasar tradisional. Di Kabupaten Sleman sendiri banyak terdapat toko-toko modern khususnya Indomaret yang keberadaannya menyalahi peraturan. Seperti dijelaskan dalam Perda Nomor 18 Tahun 2012 pasal 16 aspek jarak toko modern paling dekat 1000m (seribu meter) dari pasar tradisional. 6 Namun kenyataannya terdapat beberapa kasus yang terjadi terkait pendirian toko modern Indomaret yang menyalahi peraturan terkait jarak yang seharusnya. Dalam hal ini peneliti mendapatkan berbagai kasus yang terjadi terkait pendirian toko modern yang terdapat diberbagai Kecamatan di Kabupaten 6 Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 pasal 16 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 4

Sleman seperti Kecamatan Gamping, Kecamatan Depok, Kecamatan Mlati. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari halaman Harian Jogja.com pada tahun 2016 Pemkab Sleman telah menutup 7 toko modern yang menyalahi aturan terkait pendirianya karena tidak mengantongi izin dan jarak minimal dengan pasar tradisional tidak lebih dari radius satu kilometer 7 Penutupan terhadap toko modern yang dilakukan oleh Pemkab Sleman memang dinilai sudah cukup bagus dalam upaya penegakan peraturan mengenai pendirian toko modern. Namun dalam hal ini Pemkab Sleman sendiri masih mengalami beberapa kendala dalam penegakan hukum terhadap perizinan pendirian toko modern. Hal tersebut dilihat dari kasus pelanggaran oleh toko modern yang dicatat pada tahun 2016 mencapai 89 unit, namun yang baru bisa ditangani dalam penegakan hukumnya baru mencapai 7 unit. Oleh karena itu masih banyak kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan terkait pendirian toko modern yang masih mengambang status hukumnya. 8 Banyaknya pelanggaran yang terjadi mengenai pendirian toko modern memang menjadi masalah yang belum terselesaikan dengan baik oleh Pemkab Sleman. Hal tersebut dikarenkan tingkat kesadaran yang masih rendah mengenai perizinan pendirian toko modern. Selain itu presepsi masyarakat akan rumitnya birokrasi untuk mengurus perizinan usaha toko modern juga merupakan salah satu alasan masyarakat tidak mengurusi izin usahanya. Tidak 7 Sumadiyino, Tujuh Toko Modern di Sleman Ditutup, http://www.harianjogja.com/baca/2016/10/20/penegakan-perda-tujuh-toko-modern-di-slemanditutup-761990, diakses pada tanggal 6 April 2017, pukul 19:00 WIB 8 Abdul Hamied Razak,Penertiban Lanjutan Toko Modern Masih Mengambang, http://www.harianjogja.com/baca/2016/05/24/perizinan-sleman-penertiban-toko-modern-lanjutanmasih-mengambang-722391, diakses pada tanggal 6 April 2017, pukul 19:30 WIB 5

hanya itu saja, alasan tidak ingin mengeluarkan biaya untuk perizinan pun juga menjadi alasan mereka demi mendapatkan keuntungan usaha dan keuntungan pribadi masing-masing. Dari alasan-alasan tersebut lah para pengelola toko modern mengurusi izin usaha dan bisa disebut toko modern ilegal. Selain itu, dalam menggagas keberlanjutan dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa acuan penelitian terdahulu, yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam mengembangkan penelitian yang akan peneliti lakukan dan melihat pebedaan temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian-peneitian sebelumnya. Karena sejauh dalam pengamatan peneliti, belum ada penellitian yang sama yang secara khusus mengenai fenomena kasus pelanggaran Toko Modern. Penelitian terdahulu yang pertama menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu bersumber dari skripsi yang ditulis oleh Annisa Muthoharoh, dengan judul Implementasi Peraturan Bupati Sleman Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Penataan Lokasi Toko Modern dan Pusat Perbelanjaan Perspektif Sosiologi Hukum Islam, Fakultas syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsi ini menjelaskan baagaimana keadaan Sleman dengan penataan toko modern dan pusat perbelanjaan kemudian di korelasikan degan teori-teori sosiologi hukum Islam, tinjauan sosiologi hukum Islam terhadap ketidak efektifan implementasi dari Peraturan Bupati yang menggeser eksistensi dari pedagang kecil. Skripsi tersebut menjelaskan bagaimana peran Islam dalam mengkritisi fenomena yang terjadi di daerah Sleman. 6

Penelitian terdahulu kedua yang menjadi acuan dalam peneilitian ini yaitu bersumber dari skripsi yang ditulis oleh Nahdliyul Izza, yang berjudul Pengaruh Pasar Modern terhadap Pedagang Pasar Tradisional (Studi Pengaruh Ambarukmo Plaza Terhadap Perekonomian Pedagang Pasar Desa Caturtunggal Nologaten Depok Sleman Yogyakarta). Skripsi ini fokus kajiannya adalah pengaruh Ambarukmo Plaza terhadap perekonomian Pedagang pasar tradisional desa Caturtunggal dan kecenderungan masyarakat memilih pasar modern. Hasil penelitianya adalah jika terdapat pasar besar (modal besar, maka akan mematikan pasar kecil sehingga mengakibatkan para pedagang kehilangan pendapatannya). Penelitian terdahulu ketiga yang menjadi acuan penelitian ini yaitu bersumber dari skripsi yang ditulis oleh Nurul Khasanah, yang berjudul Aspek Hukum Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman ( Studi Toko Modern Jejaring Alfamart dan Indomaret). Dalam penelitian tersebut kajiannya lebih kepada faktor mengenai menjamurnya pendirian toko modern yang ada di Kabupaten Sleman, serta lebih berfokus kepada pendirian toko modern yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No 18 tahun 2012 mengenai Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus mengenai penegakan hukum terhadap pelanggaran kasus pendirian toko modern khususnya Indomaret di Kabupaten Sleman. 7

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul PENEGAKAN HUKUM PERIZINAN TERHADAP PELANGGARAN KASUS PENDIRIAN TOKO MODERN INDOMARET DI KABUPATEN SLEMAN. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana upaya Pemerintah dalam menangani pelanggaran pendirian toko modern di Kabupaten Sleman dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern? 2. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya Pemerintah Kabupaten Sleman dalam menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menghambat dalam menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman. 8

D. Manfaat Penelitian Berdasarkan maksud, tujuan, dan alasan yang sudah dikemukakan diatas oleh penulis, maka hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang Administrasi Negara. Dalam hal ini untuk mengetahui upaya dan kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam menegakkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman Hasil penelitian ini dapat membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam memberikan informasi mengenai upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan kendala yang dihadapi dalam menegakkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman. Sehingga masyarakat khususnya para pendiri toko modern mengetahui apa yang sudah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam menegakkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang 9

Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Colombo Kabupaten Sleman. b. Bagi Pendiri Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada para pendiri mengenai aturan-aturan yuridis dalam Peraturan Daerah yang mengatur tentang izin usaha pusat perbelanjaan dan toko modern. Sehingga diharapkan mereka melakukan prosedur yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. c. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan di masyarakat serta menambah wacana dan pengetahuan penulis mengenai berbagai permasalahan dalam Hukum Administrasi yang ada. 10