BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 43 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber-sumber pendapatan Daerah, yang pemungutan, pengadministrasian dan pemanfaatan serta penghapusan piutangnya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak dan Retribusi Daerah perlu mengantur teknis penghapusan Piutang Pajak dan Retribusi Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota Cilegon tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828); 3. Undang
- 2-4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614); 11. Peraturan
- 3-11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 12. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2002 Nomor 122); 13. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 4); 14. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 7); 15. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 16 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2009 Nomor 16); 16. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2010 Nomor 3); 17. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pajak Air Tanah (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2010 Nomor 4); 18. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 1); 19. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 6); 20. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 11); 21. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi Rumah Potong Hewan (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 12); 22. Peraturan
- 4-22. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Pajak Penerangan Jalan (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 13); 23. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 14); 24. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 15); 25. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Bidang Perparkiran (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 1); 26. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 2); 27. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 3); 28. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 6); 29. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Retribusi Pelayanan Pasar (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 7); 30. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 8 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (lembaran daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 8); 31. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pajak Parkir (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 11); 32. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Trayek (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2012 Nomor 12); 33. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 2 Tahun 2013 tentang Retribusi Izin Gangguan (lembaran daerah Kota Cilegon Tahun 2013 Nomor 2); 34. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pajak Hiburan (lembaran daerah Kota Cilegon Tahun 2013 Nomor 3); 35. Peraturan
- 5-35. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (lembaran daerah Kota Cilegon Tahun 2013 Nomor 4); 36. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2013 tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan (lembaran daerah Kota Cilegon Tahun 2013 Nomor 5); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Cilegon. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Dinas/Instansi di lingkungan Pemerintah Kota Cilegon yang mengelola pajak daerah dan/atau retribusi daerah. 5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 6. Pajak
- 6-6. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan, kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. 7. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 8. Penghapusan piutang pajak dan piutang Retribusi Daerah secara bersyarat adalah penghapusan piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah tanpa menghapuskan hak tagih daerah. 9. Penghapusan piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah secara mutlak adalah penghapusan piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah dengan menghapuskan hak tagih daerah terhadap wajib pajak atau wajib Retribusi Daerah. 10. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 11. Wajib Retribusi Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 12. Pajak yang terutang adalah Pajak Daerah yang harus dibayar oleh wajib Pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah. 13. Retribusi yang terutang adalah Retribusi Daerah yang harus dibayar oleh wajib retribusi pada suatu saat dalam masa retribusi dalam tahun retribusi atau dalam bagian tahun retribusi menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah. 14. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak yang terutang kepada Wajib Pajak. 15. Surat
- 7-15. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang. 16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disebut SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. 17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disebut SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. 18. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 19. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau Surat Tagihan Pajak Daerah. 20. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. 21. Putusan Banding adalah putusan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh wajib pajak. 22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 23. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. BAB
- 8 - BAB II PIUTANG PAJAK DAERAH YANG DAPAT DIHAPUSKAN Pasal 2 (1) Piutang Pajak Daerah yang dapat dihapuskan adalah Piutang Pajak yang tercantum dalam : a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. STPD; e. SPPT; f. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah Pajak Daerah yang harus dibayar bertambah; dan/atau g. Dokumen lainnya yang dipersamakan. (2) Piutang Pajak Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena : a. Wajib Pajak Daerah meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; b. Wajib Pajak Daerah tidak dapat ditemukan lagi atau hilang; c. Hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak daerah tidak ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; e. Hak daerah untuk melakukan penagihan pajak daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan peraturan perundang-undangan; dan/atau f. Sebab lain sesuai hasil penelitian. (3) Piutang Pajak Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk wajib Pajak badan adalah piutang pajak daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena : a. Wajib Pajak Daerah bubar, likuidasi atau dinyatakan pailit oleh instansi berwenang dan/atau tidak dapat ditemukan. b. Hak
- 9 - b. Hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak daerah tidak ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; d. Hak daerah untuk melakukan penagihan pajak daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan peraturan perundang-undangan; dan/atau e. sebab lain sesuai hasil penelitian. BAB III PIUTANG RETRIBUSI DAERAH YANG DAPAT DIHAPUSKAN Pasal 3 (1) Piutang Retribusi Daerah yang dapat dihapuskan adalah Piutang Retribusi yang tercantum dalam : a. SKRD; b. STRD; c. Dokumen lainnya yang dipersamakan. (2) Piutang Retribusi Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Retribusi orang pribadi adalah piutang retribusi daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena : a. Wajib Retribusi Daerah meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta; b. Wajib Retribusi Daerah tidak mempunyai harta kekayaan lagi dan atau dinyatakan pailit oleh instansi yang berwenang; c. Hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; d. Wajib Retribusi Daerah tidak dapat ditemukan lagi atau hilang; d. Dokumen sebagai dasar penagihan Retribusi Daerah tidak ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; e. Hak
- 10 - e. Hak daerah untuk melakukan penagihan retribusi daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan peraturan perundang-undangan; dan/atau f. Sebab lain sesuai hasil penelitian. (3) Piutang Retribusi Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Retribusi badan adalah piutang retribusi daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena : a. Wajib Retribusi Daerah bubar, likuidasi atau dinyatakan pailit oleh instansi berwenang dan/atau tidak dapat ditemukan; b. Hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; d. Dokumen sebagai dasar penagihan retribusi daerah tidak ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; e. Hak daerah untuk melakukan penagihan retribusi daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan peraturan perundang-undangan; dan/atau f. Sebab lain sesuai hasil penelitian. BAB IV TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Pasal 4 (1) Untuk memastikan keadaan wajib pajak daerah dan/atau retribusi daerah atau piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang hasilnya dibuat uraian penelitian. (2) Uraian
- 11 - (2) Uraian penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan keadaan wajib pajak daerah dan/atau retribusi daerah dan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapus. Pasal 5 Piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 hanya dapat diusulkan untuk dihapus setelah adanya uraian penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 6 (1) Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah berdasarkan uraian penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan daftar usulan penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang telah diteliti kepada Walikota. (3) Berdasarkan usulan penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Walikota menerbitkan Keputusan Walikota mengenai penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah. (4) Berdasarkan Keputusan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Dinas melakukan : a. Penetapan mengenai rincian atas besarnya penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah; dan b. Hapus tagih dan hapus buku atas piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku. (5) Penjelasan dan bagan alur Tata cara penghapusan piutang Piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. (6) Bentuk
- 12 - (6) Bentuk Surat Keputusan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. BAB V KEWENANGAN Pasal 7 Kewenangan penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah dilaksanakan oleh: a. Kepala Dinas untuk nilai piutang hingga Rp.5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah); b. Walikota untuk nilai piutang di atas Rp.5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah) hingga Rp.5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah); dan c. Walikota dengan persetujuan DPRD untuk nilai piutang di atas Rp.5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah). BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 (1) Pada saat Peraturan Walikota ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan pajak daerah dan/atau retribusi daerah masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Walikota ini. (2) Pada saat Peraturan Walikota ini berlaku, maka Piutang Pajak Daerah dan/atau Retribusi Daerah yang telah kedaluwarsa atau tidak mungkin ditagih lagi dapat dihapuskan berdasarkan ketentuan Peraturan Walikota ini. BAB
- 13 - BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kota Cilegon. Ditetapkan di Cilegon pada tanggal 24 Desember 2013 WALIKOTA CILEGON, ttd Tb. IMAN ARIYADI Diundangkan di Cilegon pada tanggal 24 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA CILEGON, ttd ABDUL HAKIM LUBIS BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN 2013 NOMOR 43