ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

D3 Kebidanan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN IX DESA BANDAR SETIA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0 6 BULAN

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA DI KECAMATAN NGAWI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

: INDAH NURHAYATI J

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0 6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

ABSTRAK. Diah Arumsari Sanrisa Putri, Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., Sp.A., IBCLC Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M.

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI 0-6 BULAN DI DESA GIRIPURWO, WONOGIRI

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN CARA MEREBUS AIR MINUM DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG ABSTRACT

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP ASI PADA BAYI KURANG DARI ENAM BULAN DI PKM CIRACAS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

ANDRIANA, SST SYAFNIAR

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 Fatimah Sari 1, Tri Budi Rahayu 2 1,2 STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, Sleman, D.I.Yogyakarta fatimahsari.gunabangsa@gmail.com ABSTRACT Background : Babies who consume Complementary feeding (MP-ASI) before the age of 6 months, are more prone of diarrhea, constipation, cough, runny nose, and heat than infants who are solely breastfed exclusively and get MP-ASI in a timely manner. When infant formula given to the baby instead of breast milk, side effects often affect with the baby's health. Method: This research is using analytical survey method, using the approach of crosssectional survey, to explore how health phenomenon that happens, then analyzing the dynamics of the correlation between risk factors and factor in the effects of time together. The population in this study were infants aged 0-6 months in Puskesmas Tegalrejo Magelang. Proportional sampling method with random sampling and the number of samples in this study were 79 respondents. Results : There is a relationship between infant formula feeding with the incidence of diarrhea in infants 0-6 months infant formula given in the Work Area Health Center Tegalrejo Magelang regency with p value 0.000. Conclusion : There is a relationship between formula feeding with diarrhea in infants 0-6 months in the given formula. In other words, formula feeding in infants 0-6 months increase the risk of diarrhea in babies. Keywords : Feeding infant formula, Diarrhea 97

INTISARI Latar Belakang : Bayi yang mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sebelum berusia 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan MP-ASI dengan tepat waktu. Susu formula yang yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, sering memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis survei analitik, dengan menggunakan pendekatan survei cross-sectional, untuk menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek dalam waktu bersama-sama. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 0 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Magelang. Metode pengambilan sampel dengan proportional random sampling dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 79 responden. Hasil Penelitian : Ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan p value 0,000. Kesimpulan : Ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula. Dengan kata lain, pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan meningkatkan resiko terjadinya diare pada bayi tersebut. Keywords : Pemberian susu formula, Kejadian diare. PENDAHULUAN Selama 18 tahun terakhir Angka Kematian Bayi telah turun sebesar 44%, dari 57 kematian per 1.000 kelahiran hidup di periode 1990-1994 menjadi ke 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup di periode 2008-2012. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 AKB di pedesaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan AKB di perkotaan. Angka Kematian Bayi di perkotaan sebesar 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan sebesar 40 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup 1. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pernapasan. Angka kematian diare di Indonesia masih sekitar 7,4%, sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu sebesar 45%. Insiden penyakit diare berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, 60-70% di antaranya adalah anak-anak usia dibawah 5 tahun 2. Pada Tahun 2008 dilaporkan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau CFR sebesar 2,48% 3. Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia pada Tahun 2009, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap hari. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi 4. Berdasarkan data Dinkes Jateng (2012) cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 sebesar 42,66%, lebih rendah disbanding Tahun 2011 (57,9%) 5. Pada Kasus Diare bukan diare yang menyebabkan kematian tetapi karena keluarnya cairan yang tidak diimbangi dengan pemasukan sehingga menyebabkan kematian 6. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Tahun 2008, menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sebelum berusia 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya 98

mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan MP-ASI dengan tepat waktu 7. Salah satu penyebab diare pada bayi menurut Bararah (2009) adalah karena bayi mengkonsumsi susu formula atau karena terlalu banyak makanan makanan tertentu 8. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus 11. Penggunaan susu formula bayi yang tidak benar atau tidak tepat dapat menimbulkan bahaya kesehatan,terutama diare. Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian kurang memperhatikan segi antiseptik 9. Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, sering memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi. Susu formula secara genetik berasal dari binatang, protein binatang yang masuk ke dalam tubuh manusia menyebabkan alergi terutama pada dinding usus halus dan sebagian besar bayi yang sistem imunitasnya masih tyergolong rendah, masih sulit untuk menerima protein hewani yang terkandung di dalam susu formula 10. Pemberian susu formula yang tidak higienis dan MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan beberapa akibat 7. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/ kota tahun 2012 seluruh provinsi jateng, menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 25,6%, menurun dibandingkan Tahun 2011 (45,18%) 5. Pencapaian ASI Eksklusif di Kabupaten Magelang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami penurunan, karena pada Tahun 2010 pencapaian ASI eksklusif sebesar 15,2%, kemudian menurun pada Tahun 2011 yaitu sebesar 13,20% dan pada akhir Tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif hanya sebesar 11,7% dan jika dilihat dari data tersebut, maka pencapaian ASI eksklusif sangat rendah dan angka pemberian MP-ASI dini sangat tinggi. Salah satu dampak pemberian MP-ASI dini adalah terjadi diare. Hal ini dapat dilihat pada jumlah kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di kabupaten Magelang pada Tahun 2012 sebanyak 2076 kejadian 5. Jumlah bayi usia 0-6 bulan pada Bulan Januari Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo sebanyak 479 bayi. Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak 136 bayi, berarti 343 bayi mendapat susu formula dengan ASI atau tanpa ASI. Angka kejadian diare pada bayi di Puskesmas Tegalrejo sampai Agustus Tahun 2013 sebanyak 39 bayi. Data dari KIA di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo pada Bulan Januari-Agustus Tahun 2013 didapati bayi yang berumur 0-6 bulan sebanyak 375 yang mengkonsumsi susu formula berjumlah 138 (36,8%) bayi dari 375 bayi bulan Juni - Agustus Tahun 2013. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan desain survei cross-sectional, untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek yang dikumpulkan dalam waktu bersama-sama. Populasi penelitian ini adalah: bayi usia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Magelang berdasarkan data PWS KIA Puskesmas Tegalrejo sejumlah 387 responden. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin dan didapatkan hasil 79 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random 99

HASIL sampling, dengan cara membuat daftar nomor responden sebanyak 387 kemudian dilakukan pengambilan data dengan sistem lotere sampai mendapatkan 79 sampel pada masingmasing wilayah desa di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Magelang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perhitungan secara statistik dengan program komputerisasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memperhatikan etika dalam penelitian karena merupakan masalah yang sangat penting mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia yang mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian, sebelum meminta persetujuan dari responden, peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan. Adapun bentuk etika penelitian yang penting dilakukan adalah : 1. Informed Concent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. 2. Anonimity (tanpa nama), dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Berdasarkan data yang diperoleh, didapat gambaran pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Magelang di mana dari 79 responden, sebagian besar diberikan susu formula yaitu sebanyak 58 responden (73,4%), sedangkan 21 responden (28,6%) tidak diberi susu formula (tabel 1). Dan didapatkan pula gambaran kejadian diare pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Magelang (tabel 2). Berdasarkan data-data tersebut maka didapat gambaran hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Tegalrejo (tabel 3). Hasil hitung antara hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan menggunakan uji Chi Square Test didapatkan x 2 hitung sebesar 30,506 maka 30,506 > 3,841 (x 2 tabel) dan p value 0,000, sehingga ada hubungan antara pemberian susu formula dengan Tabel 1. Distribusi frekuensi pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Magelang No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Diberikan susu formula 58 73,4 2 Tidak diberikan susu formula 21 28,6 Jumlah 79 100 Tabel 2. Distribusi frekuensi kejadian diare pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Magelang No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Terjadi diare 49 62 2 Tidak terjadi diare 30 38 Jumlah 79 100 100

Tabel 3. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang diberi susu formula di wilayah kerja Magelang Kejadian diare pada bayi 0-6 bulan Pemberian susu formula Terjadi Tidak Terjadi F % F % Jumlah Diberikan susu formula 47 95,9 11 58 58 Tidak diberikan susu formula 2 4,1 19 21 21 Jumlah 49 100 30 100 79 kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Magelang. PEMBAHASAN Berdasarkan tabulasi data pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan diperoleh gambaran bahwa dari 79 responden, sebagian besar diberikan susu formula yaitu sebanyak 58 responden (73,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bayi umur 0-6 bulan telah mendapatkan susu formula yang Ratarata telah mendapatkan susu formula pada usia 2 bulan. Susu formula adalah produk susu bubuk yang diformulasikan khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi pada satu tahun pertamanya. Susu formula diberikan kepada bayi yang lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah (< 2000 gram) dan lahir dari ibu yang positif mengidap penyakit human imunodeviciency virus (HIV) atau secara medis ASI nya tidak dapat dikonsumsi 3. Tingginya pemberian susu formula pada bayi disebabkan karena pemahaman ibu tentang susu formula kandungannya sama seperti ASI eksklusif, lebih mudah dan cepat sehingga apabila ASI ibu tidak keluar atau ASI keluar sedikit susu formula dapat mengantikan fungsi ASI. Begitu pula dengan ibu yang bekerja, susu formula merupakan pilihan yang mereka anggap paling baik untuk menggantikan fungsi ASI 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami diare sebanyak 49 responden (62%). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya 13. Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja. Diare merupakan pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer serta adanya peningkatan frekuwensi Buang Air Besar (BAB) yang berlebih dari biasanya. Hasil tabulasi silang hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula didapatkan gambaran dari 58 responden yang diberikan susu formula, 47 responden (95,9%) mengalami diare, dan dari 21 responden yang tidak diberikan susu formula, 19 responden (63,3%) tidak mengalami diare, sedangkan hasil hitung antara hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Magelang dengan menggunakan uji Chi Square Test didapatkan x 2 hitung sebesar 30,506 maka 30,506 > 3,841 (x 2 tabel) dan p value 0,000, sehingga ada hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula di wilayah kerja Magelang. Air susu ibu (ASI) sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya. ASI mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi 14. Manfaat ASI pada kelainan gastrointestinal terutama disebabkan 101

adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus (intestian cell growth promoting factor), faktor-faktor perlindungan berupa zat-zat imunologi atau anti infeksi sehingga vili dinding usus cepat mengalami penyembuhan (setelah rusak karena diare), diare cepat berhenti akibatnya pertumbuhan dan perkembangan anak kembali normal seperti semula 14. Pemberian susu formula harus dilakukan dengan tepat. Masalah kesehatan dapat timbul apabila orang tua tidak membaca petunjuk yang tertulis pada kemasan. Bila susu diberikan dalam keadan encer, maka bayi akan mengalami kekurangan gizi, namun apabila penambahan air lebih sedikit daripada petunjuk yang tertera dalam label, maka konsistensi susu formula yang diberikan akan lebih kental dari yang seharusnya. Hal ini akan menyebabkan obesitas, diare maupun dehidrasi pada bayi. Susu formula yang terlalu kental bersifat hipertonik dan ketika masuk ke dalam saluran pencernaan, maka akan mengikat cairan tubuh dari ekstra seluler menuju intra luminer di usus. Keadaan ini menyebabkan volume cairan dalam usus meningkat dan akibatnya terjadi diare 15. Terjadinya diare pada bayi yang diberi susu formula karena bayi dengan usia dibawah 6 bulan sistem pencernaannya belum sempurna, dan umur bayi berperan terhadap berkurangnya frekuensi defekasi, dimana hal ini merupakan petunjuk dari semakin matangnya kapasitas water-conserving pada usus 16. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus 11. Terdapat 2 bayi yang tidak diberi susu formula tetapi terjadi diare, hal ini disebabkan karena ibu tidak menjaga kebersihan baik bayi dan lingkungan sekitar bayi sehingga bayi mengalami diare karena adanya infeksi pada bayi yang biasanya dapat terjadi melalui tangan ibu yang tidak membiasakan melakukan cuci tangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat yang menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab diare adalah faktor infeksi 13. Proses terjadinya infeksi dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan system transport menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. KESIMPULAN Perlu upaya promotif untuk menekan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan, mengingat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang di beri susu formula. Upaya tersebut meliputi konseling dan edukasi mengenai ASI Eksklusif dan waktu yang tepat dalam pemberian MP ASI. DAFTAR PUSTAKA [1] Nawawi. (2013). Angka Kematian Bayi di Indonesia Alami Penurunan. http://health.okezone.com/read/2013 /09/27/482/872767/angka-kematianbayi-di-indonesia-alami-penurunan [2] Maryunani. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media. [3] Misgiyarta. 2008. Kajian Standar Mutu Susu Formula dalam Upaya Menekan Kontaminan. [4] SKRT. (2009). Survey Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2009. Jakarta. 102

[5] Dinkes Jateng. (2012). Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang: Dinkes. [6] Piogama. Kasus Diare di Indonesia. Available from: <http://piogama.ugm.ac.id>. [Accessed: 05 September 2013]. [7] Nutrisiani. (2010). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Anak Usia 0-24 Bulan dengan kejadian Diare d Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010. Surakarta : UMS. [8] Bararah. (2010). Penyebab Diare pada Bayi. Available from: <http://www.detikhealth.com/read/20 10/03/29/123411/1327644/764/peny ebab-diare-pada-bayi>. [Accessed: 05 September 2013]. [9] Healthy. (2011). Jangan Sepelehkan Diare Karena Bisa Menyebabkan Kematian. Available from: <http://www.klikhealthy.com/2011/10 /jangan-sepelehkan-diare-karenabisa.html>. [Accessed: 19 September 2013]. [10] Saputra. (2012). Efek samping susu formula pada bayi. http://www.antaranews.com/berita/3 25218/efek-samping-susu-formulapada-bayi [11] Hardjito K. (2011). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Frekuensi Kejadian Sakit pada Bayi Usia 6-12 bulan di Desa Jugo Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Jurnal Kesehatan Forikes Volume 4 tahun 2011. [12] Chandra. (2013). Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi. Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 419-424 [13] Hidayat. (2008). Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. [14] Lubis. (2003). Peranan Air Susu Ibu Dalam Mencegah Diare dan Penyakit Usus Lainnya. Medan : USU Library Digital. [15] Dexter H. (2005). Perawatan Untuk Bayi dan Balita. The American Academy of Pediatrics. Jakarta : Arcan [16] Sudigbia. (2004). Gambaran Perubahan Mukosa Usus Pada Diare Anak. Makalah pada pertemuan ilmiah IDI Magelang 103